Chelsea Nyaman, Leicester Kian Terkapar


Chelsea vs Liverpool/Dailymail.co.uk


Laga-laga yang melibatkan tim-tim papan atas Liga Primer Inggris, sejak Selasa hingga Rabu (2/1) dini hari WIB menguntungkan Chelsea. Tiga pesaing utama tidak mendulang poin lebih banyak dari The Blues. Sehingga Si Biru itu tetap nyaman di puncak.

Liverpool menahan laju Chelsea di Anfiled. Hasil imbang 1-1 ini membuat kedua tim tetap berjarak tiga strip. Chelsea belum tergoyahkan di puncak klasemen dengan 56 poin, unggul 10 poin dari The Reds di posisi keempat.

Perubahan konstelasi klasemen di papan atas hanya terjadi antara Arsenal dan Tottenham. Justru kedua tim ini paling terpukul dengan hasil yang mereka peroleh. Alih-alih menyalip Tottenham dan mendekati Chelsea, The Gunners justru menelan pil pahit. Armada Arsene Wenger dipecundangi Watford 1-2. Sementara Tottenham yang bermain imbang tanpa gol di kandang Sunderland berhasil menggeser Arsenal dari posisi kedua, meski kedua tim sama-sama mengemas 47 poin.

Situasi ini berbanding terbalik dengan Leicester City. Sang juara bertahan tak putus dirundung malang. Armada Claudio Ranieri gagal mendapat sebiji poin di markas Burnley. Tim berjuluk the Foxes itu menyerah satu gol tanpa balas, melengkapi catatan minor tanpa kemenangan di 14 laga tandang terakhir. Kondisi ini bertolak belakang dengan musim lalu, bahkan menjadi yang terburuk dalam 12 tahun terakhir. 

Hasil ini membuat peluang “Rubah Biru” mempertahankan gelar sudah pasti tertutup. Menghindari degradasi adalah target paling penting. Dengan 23 poin di tangan, saat ini Jamie Vardy dan kolega tengah bersaing dengan Swansea City, Crystal Palace dan Sunderland yang juga mengoleksi poin yang sama, dan hanya berjarak sebiji poin dari Hull City di dasar klasemen. 

Ranieri sempat menyesali satu peluang emas yang digagalkan wasit. Ia menilai ada handball di kotak terlarang Burnley. “Setelah itu wasit benar-Anda tidak dapat mengubah hasil,”tandasnya seperti dikutip dari Dailymail.co.uk.

Meski makin terkapar di papan bawah, pelatih 65 tahun itu mengelak panik. Pria asal Italia itu sepertinya belum benar-benar merasakan dampak yang bakal ditimbulkan dari tren negatif ini.  

Leicester vs Burnley/BBC.co.uk

“Panik? Tidak, kami tahu ini adalah pertarungan dan kami bertarung berhadap-hadapan,”ungkapnya. 

Berbeda dengan Leicester, rentetan hasil baik dalam beberapa pekan terakhir membuka kans  Chelsea menuju podium juara di akhir musim. Konsistensi penampilan anak asuh Antonio Conte belum tergoyahkan. 

Meski gagal menang, Si Biru tetap menjaga selisih poin yang cukup signifikan dengan para pesaing.
Pada pertandingan itu peluang menang Liverpool lebih besar. Statistik pertandingan jelas memperlihatkan itu. Penguasaan bola armada Jurgen Klopp sebanyak 62 persen menunjukkan dominasi mereka atas Chelsea. Ruang gerak Diego Costa dan Eden Hazard benar-benar dibatasi. 

Namun dalam tekanan tersebut, Chelsea justru lebih efektif dalam menciptakan peluang. Chelsea memiliki delapan kesempatan melalui tendangan ke gawang, lebih banyak satu kesempatan dari tuan rumah. Dari delapan tendangan ke gawang itu hanya dua yang mengarah ke gawang, lebih sedikit satu kali dari Liverpool.
Kesempatan emas di ujung laga nyaris membawa petaka bagi tuan rumah. Joel Matip melanggar Diego Costa di kotak penalti. Untungnya sepakan Costa sanggup dibendung Simon Mignolet.

“Disayangkan Diego Costa kehilangan penalti padahal ia bermain sangat baik. Kami memiliki kesempaatan berbeda untuk mencetak gol. Tetapi kami harus bahagia dengan hasil ini dan penampilan tim karena itu tidak mudah bermain tandang menghadapi Liverpool,”ungkap Costa kepada BBC.co.uk.

Tanggapan positif juga datang dari manajer tuan rumah. Meski ia gagal mempertahankan catatan bagus saat menghadapi tim-tim besar seperti Chelsea, Manchester City, Manchester United dan Tottenham, ia menilai permainan timnya semakin baik.


“Tidak  semua buruk karena kami kalah. Tim ini terkenal dengan sikapnya, jadi mari lakukan terbaik yang kita bisa dan melihat di mana kami mengakhiri musim ini. Hasil malam ini baik buat kami, tetapi kami harus terus berjuang,”ungkap pria Jerman itu. 

Di luar lapangan para pendukung tuan rumah begitu bersemangat dan emosional. Begitujuga para pemain di dalam lapangan yang ikut terbakar. Penampilan Liverpool dini hari tadi menjadi salah satu yang terbaik di awal tahun, meski tak sejalan dengan peluang, apalagi gol. 

Bila efektivitas tak sejalan dengan intensitas maka peluang mengakhiri puasa gelar sejak 1990 bakal berlanjut. Jarak 10 poin terlalu panjang untuk kompetisi seketat ini. Sementara Chelsea dalam segala kenyamanannya pasti akan tetap berjuang untuk tetap di puncak, apalagi banyak kalangan bahkan hingga kalkulasi rumpil rumit dengan teknologi pengolahan data canggih menjagokannya. 

Publik kembali disuguhkan pertandingan menarik akhir pekan ini. Chelsea akan menghaapi Arsenal, sementara Liverpool berburu poin dengan juru kunci. 

Tulisan ini pertama kali terbit di Kompasiana, 1 Februari 2017.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing

Menulis Terus Sampai Jauh...