Posts

Showing posts from August, 2016

All England 2016, Kaca Besar Bulu Tangkis Indonesia

Image
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir/solopos.com All England 2016 memang sudah usai, Minggu (13/03/2016) lalu. Namun bayangan tentang ajang super series premier pertama tahun ini belum juga lepas dari ingatan publik, terutama bangsa Indonesia. Betapa tidak, di Barclaycard Arena, Birmingham itu Merah Putih kembali berkibar setelah absen di tahun sebelumnya. Bukan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Greysia Polii/Nitya K.Maheswari dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang naik podium utama, melainkan Praveen Jordan/Debby Susanto. Hendra/Ahsan, Greysia/Nitya dan Owi/Butet-sapaan akrab Tontowi/Liliyana gagal mewujudkan target juara yang dibebankan kepada mereka. Kesuksesan Praveen/Debby di satu sisi dan kegagalan Hendra/Ahsan, Greysia/Nitya serta Owi/Butet memenuhi target, serta terpuruknya sektor tunggal putra dan tunggal putri  di sisi lain menjadi catatan tersendiri bagi dunia bulu tangkis tanah air. Ajang tertua di dunia sekaligus salah satu yang paling bergengsi itu menjadi kac

Brasil Menggantung Harapan pada Memori 1959

Image
Willian saat menghadapi Ekuador/Getty Images/Dailymail.co.uk “Kami harus tetap menginjak bumi [saat melawan Haiti]. Kami harus menghormati lawan kami dan tahu bahwa tidak ada yang diberikan kepada kami hanya karena kami adalah Selecao” Brasil belum juga  move on . Asa menebus ‘dosa’ memalukan di rumah sendiri, di Piala Dunia 2014 lalu belum juga kesampaian di Copa America 2015. Harapan untuk menjaga muka di Copa America Centenario pun masih dalam tanda tanya. Jumpa Ekuador di laga pertama Copa America Centenario beberapa waktu lalu, Selecao hanya mampu bermain imbang tanpa gol. Carlos Dunga belum juga menemukan formula yang pas untuk membangun sebuah orkestra Samba yang memikat. Dengan hasil itu, Willian dan kolega pun dituntut hasil sempurna saat menghadapi Haiti, Kamis (9/6) pukul 06.30 WIB.  Tak ada kata imbang, apalagi kalah bila asa penebusan ‘dosa’ itu terpenuhi di Amerika Serikat kali ini. Dengan satu poin, menempati urutan kedua di klasemen sementara Grup B

Perang Bintang ‘Final Dini’ Copa America Centenario

Image
Silvia Izquierdo/Associated Press Pertandingan pembuka penyisihan Grup D antara Argentina kontra Chile, Selasa (07/06) pagi WIB, merupakan partai ulangan final Copa America 2015. Laga keduanya tak ubah final dini di edisi Centenario, perayaan ke-100 Copa America. Levi's Stadium akan menjadi panggung pembuktian kedigdayaan La Roja terhadap tim sarat bintang itu. Kemenangan adu penalti di kandang sendiri tahun lalu, setelah kedua tim bermain imbang di waktu normal, bakal diuji lagi kali ini. Sebaliknya,Tim Tango menghadapi laga ini dengan rasa dendam yang membara. Sebagai salah satu lumbung pemain bintang,  puasa gelar internasional sejak 1993 silam bukanlah kenyataan yang mengenakkan. Pemilik 14 kali gelar Copa America itu belum juga ‘move on’ setelah terakhir kali merengkuh gelar akbar Amerika Selatan itu pada 1993, usai mengalahkan Meksiko. Setelah itu, nasib baik Albiceleste hanya berakhir sebagai finalis. Kegagalan di final Piala Dunia 2014 melengkapi tiga kal

Coutinho, Sang Arsitek dalam Rencana Baru Selecao

Image
Philippe Coutinho/getty images Minggu, 12 Juni Philippe Coutinho Correia genap 24 tahun. Pemain yang saat ini tengah membela timnas Brasil di Copa America itu sudah lama menjadi rebutan banyak klub besar Eropa. Sejak meninggalkan Inter Milan dan bergabung dengan Liverpool pada 2013 namanya terus disebut-sebut. Sejumlah klub besar seperti Paris Saint-Germain berani menyebut angka gila-gilaan  untuk mendaratkan Coutinho ke Parc des Princes musim depan. Tak tanggung-tanggung klub berjuluk Les Parisien itu berani menyetor 45 juta poundsterling untuk menggoda Liverpool. Ditambah lagi, performa apik Coutinho di Copa America Centenario kali ini membuat banyak klub ‘klepek-klepek’. Setelah PSG, Barcelona dan Atletico Madrid pun mulai meramaikan perburuan. Beberapa pemain Selecao yang merumput di kedua klub itu pun turut merayunya.  Neymar dan Dani Alves secara tidak langsung menjadi juru bicara raksasa Catalonia untuk menarik pemain bertinggi 1,71 meter itu ke Spanyol. "

Rosario, Berkah Tak Terhingga untuk Argentina

Image
Argentina saat menghadapi Panama/gambar dari Dailymail.co.uk Argentina, tim sarat bintang, perlahan tapi pasti mulai menemukan tajinya di Copa America Centenario. Susah payah mengalahkan Chile di laga pertama, tim berjuluk La Albiceleste itu memaklumkan kedidayaannya saat menghadapi Panama.  Gelontoran lima gol ke gawang Los Canaleros, Sabtu (11/6) lalu di Soldier Field ,  menjadi bukti. Adalah Lionel Messi, sang kapten yang absen di laga pertama karena cedera, tampil sebagai pembeda. Torehan tiga gol ke gawang tim yang terletak di tenggara Amerika Tengah itu menunjukkan kualitasnya sebagai pemain terbaik dunia, sekaligus perlahan-lahan menyaput mitos sebagai bintang gagal bersama timnas. Usai mencetak hattrick ke gawangnya, pelatih Panama  Hernan Dario Gomez  hampir tak bisa berkata-kata tentang Messi. Dari patah kata yang dikeluarkan pelatih  60 tahun, terbersit pengakuan akan magis pemain mungil berjuluk Si Kutu itu. "Sebelum Messi  ber main  hampir  tidak ad

Messi, Dempsey dan Jimat Itu

Image
Lionel Messi/GUSTAVO ORTIZ DIARIO AS (tigernewsbd.com) Barba non facit philosophum . Di-Inggris-kan menjadi  a beard does not constitue a philosopher.  Janggut tak membuat seseorang menjadi filsuf atau berjenggot tak berarti bijak, demikian kurang lebih bila dialihkan ke bahasa Indonesia. Ungkapan yang berasal dari penulis Latih, Aulus Gellius itu bisa bermakna jamak. Paling kurang pangkal pemahamannya adalah kulit luar,  cover  atau penampilan tak otomatis menggambarkan isi. Yang berjanggut tak selalu terbaca sebagai seorang filsuf. Atau kaum bijak bestari tak selamanya ditandai dengan janggut. Bisa saja yang tak berjanggut adalah juga kaum bijak atau filsuf itu. Seorang Lionel Messi atau Clint Dempsey misalnya. Mereka berjanggut, tetapi bukan pemikir. Mereka adalah pesepakbola top yang bergulat di lapangan hijau, bukan berkutat dengan alam pikiran. Bagi Messi dan Dempsey janggut bukanlah penanda jati diri. Rambut lebat yang menutup sebagian wajah  mereka adalah bagian

Meksiko Bakal Menguburkan Sang Juara Bertahan, Mengapa Tidak?

Image
Pelatih Meksiko, Juan Carlos Osorio/ESPNFC.com Dengan tanpa mengabaikan apalagi meremehkan tujuh partai perempat final Copa America lainnya, perebutan tiket semi final terakhir antara Chile kontra Meksiko layak mendapat kredit tersendiri. Betapa tidak. Laga yang dijadwalkan digelar di Levi’s Stadium, Minggu (19/6) pagi WIB dan disiarkan langsung oleh Kompas TV dan K-Vision itu, adalah pertemuan antara dua tim yang tidak hanya mendamba untuk ke keempat besar, juga pertarungan antara dua tim yang terbilang sama kuat. Bermaterikan pemain yang seimbang di semua lini, berkelindan dengan tren, catatan pertemuan serta hasrat untuk mengukir sejarah. Maka, bila laga perempat final antara Argentina kontra Venezuela beberapa jam sebelumnya sedikit banyak sudah bisa diprediksi hasil akhirnya, laga ini, hemat saya, pelik ditebak. Dengan kata lain, kita bisa dengan enteng memejamkan mata sekejap untuk mereka-reka akhir cerita, tetapi sukar membohongi hasrat untuk menjadi saksi per