Coutinho, Sang Arsitek dalam Rencana Baru Selecao

Philippe Coutinho/getty images

Minggu, 12 Juni Philippe Coutinho Correia genap 24 tahun. Pemain yang saat ini tengah membela timnas Brasil di Copa America itu sudah lama menjadi rebutan banyak klub besar Eropa. Sejak meninggalkan Inter Milan dan bergabung dengan Liverpool pada 2013 namanya terus disebut-sebut. Sejumlah klub besar seperti Paris Saint-Germain berani menyebut angka gila-gilaan  untuk mendaratkan Coutinho ke Parc des Princes musim depan. Tak tanggung-tanggung klub berjuluk Les Parisien itu berani menyetor 45 juta poundsterling untuk menggoda Liverpool.

Ditambah lagi, performa apik Coutinho di Copa America Centenario kali ini membuat banyak klub ‘klepek-klepek’. Setelah PSG, Barcelona dan Atletico Madrid pun mulai meramaikan perburuan. Beberapa pemain Selecao yang merumput di kedua klub itu pun turut merayunya.

 Neymar dan Dani Alves secara tidak langsung menjadi juru bicara raksasa Catalonia untuk menarik pemain bertinggi 1,71 meter itu ke Spanyol.

"Coutinho adalah pilar andalan (pemain hebat) dan saya ingin bermain bersama dia untuk Barcelona. Dia memiliki kemampuan untuk bermain bersama Barca," ungkap Neymar Jr yang dilansirSportskeeda.

Walau musim depan tak lagi bersama Barcelona, Alves yang akan hijrah ke Juventus pun tak kalah persuasif. Bek yang gemar merajah tubuh itu menyebut Coutinho memiliki segalanya untuk bermain bersama Neymar Jr di La Liga. Ditambah lagi, musim depan Liverpool tak ambil bagian di Liga Champions Eropa, maka, hemat Alves, Coutinho dengan segala kualitasnya sepantasnya merasakan atmosfer kompetisi antarklub di benua biru itu.

"Sepakbola adalah tentang mendapatkan sebuah momen. Liverpool memiliki sejarah yang sangat besar, tapi kamu juga harus bermain di level atas di Liga Champions," ungkap Alves kepada Yahoo Esportes.

Tak mau kalah muncul pula godaan dari Fililipe Luis, Bek Tim Samba yang saat ini memperkuat Atletico Madrid itu memanfaatkan pengalamannya tampil di final Liga Champions untuk merayu Coutinho. Kepada Coutinho, mantan bek Chelsea itu berujar bahwa ia memiliki kemampuan untuk merasakan atmosfer Liga Champions bersama Atletico.

Tentang Coutinho, Luis berujar, "Kami sering berdiskusi bahwa ia bisa memperkuat tim-tim top yang bermain di Liga Champions. Dia bertanya kepada saya bagaimana rasanya bermain di Final Liga Champions. Dan saya bilang bahwa ia akan disambut dengan hangat di Atletico Madrid, karena ia punya kemampuan yang baik."

Fokus
Terkait berbagai tawaran dan rumor, Coutinho menjawab diplomatis. Selain belum adanya pembicaraan resmi, menurutnya saat ini yang ada dalam pikirannya hanyalan Copa America. Lebih lanjut, ia mengatakan bila ada kabar terkait hal tersebut, maka yang patut menanggapinya adalah sang agen.

“Saya tidak tahu apa-apa soal tawaran tersebut. Saya sedang bermain untuk timnas Brasil, dan ikhwal transfer seharusnya dijawab oleh agen saya,”tandasnya dikutip dari Sky Sports.

Benar yang dikatakan Coutinho. Dengan potensi dan bakat besar yang dimiliki tak sepatutnya ia mencemaskan masa depannya. Sudah pasti dengan tampil baik di Copa America kali ini bukan mustahil tawaran demi tawaran akan mendatanginya dengan nilai penawaran yang gila-gilaan.

Selain itu, Coutinho perlu menjaga fokusnya untuk timnas. Performa baik yang sudah ditunjukkan perlu dijaga dan konsentrasinya sejatinya tak boleh pecah hanya karena rumor-rumor tersebut.
Setelah menjadi pemain terbaik Liverpool musim 2015/2016, Coutinho kini menjadi bagian penting dari proyek baru Carlos Dunga bersama timnas Brasil.
Dengan mendepak banyak pemain senior dan berpengalaman, pelatih Tim Samba itu seakan ingin menegaskan bahwa sudah saatnya tim tersebut dibangun dengan kekuatan baru. Ditambah lagi, pengalaman sangat tidak mengenakkan di Piala Dunia 2014 menjadi alasan lain untuk menyambut Brasil yang baru.
Coutinho pun berada di jantung rencana besar Dunga. Absennya Neymar Jr, dan pemain senior Ricardo Kaka di Copa America Centenario kali ini otomatis menempatkan Coutinho sebagai dirigen tim. Itulah kesempatan emas bagi Coutinho untuk membuktikan diri sekaligus menjawab kepercayaan Dunga.
Ditempatkan sebagai pengatur serangan, Coutinho sudah menunjukkan hasil baik. Sempat melempem di laga pertama saat ditahan imbang Ekuador, pengoleksi 12 gol dan tujuh assist bersama The Reds musim lalu, “meledak” di laga kedua. Haiti menjadi sasaran pelampiasan Coutinho. Tiga dari tujuh gol kemenangan Brasil lahir dari kakinya.

“Kepercayaan dirinya berkembang dalam setiap laga dan sesi latihan,”puji Dunga seperti dilansir Four Four Two.
Bahkan Dunga tak segan meminta Coutinho untuk menjadi lebih dari yang ditunjukkan di level klub. “Kami berbicara dengannya agar ia menjadi lebih seperti di Liverpool, mendikte permainan, menerima tanggung jawab dan berani mengambil risiko,”lanjut pelatih yang memenangkan Piala Dunia 1994 bersama Brasil itu.

Darah arsitek

Kecakapan dan kelihaian Coutinho di lapangan hijau menjadi potret sempurna dari ciri khas keunggulan generasi bola Brasil dengan ‘jogo bonito” atau sepak bola indah. Melihat bagaimana Coutinho bermain, seperti melihat hasil karya sempurna dari seorang arsitek bola yang mumpuni.

Selain terlahir dari dunia “jogo bonito’, darah arsitek yang mengalir dalam dirinya dari sang ayah Jose Carlos semakin menyempurnakan sosok Coutinho. Terlahir sebagai anak ketiga dari putra sang arsitek di daerah kumuh dan gudang industri di wilayah Rio de Janeiro, Coutinho mulai mengasah bakat melalui futsal.
Berbeda dengan dua saudaranya Cristiano dan Leandro, Coutinho kemudian tumbuh cepat sebagai seorang pesepakbola. Walau berada dalam ruang yang terbatas dan tak mendukung, pesona Coutinho seperti mutiara yang berkilau dari balik kekumuhan lingkungan.

Sang nenek kemudian mendesak Coutinho untuk menempa diri secara profesional di akademi sepak bola lokal. Tak lama kemudian pelatih tim muda Vasco da Gama mendekati sang ayah untuk merekrut Coutinho. Dari situ karir Coutinho pun terus berkembang hingga kini.

Setahun bersama Vasco da Gama sejak 2009 hingga 2010, ia pun terbang ke Eropa diboyong oleh Inter Milan.Setahun menjadi pemain pinjaman di klub Spanyol, Espanyol, Coutinho digaet Liverpool.
Di level timnas Coutinho sudah menjadi langganan sejak menjadi anggota timnas Brasil U-17 saat masih berseragam Vasco da Gama. Selanjutnya memperkuat Selecao U-20 pada tahun 2011 hingga 2012, sebelum menjadi bagian dari masa depan Brasil saat ini.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 12 Juni 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing

Menulis Terus Sampai Jauh...