Posts

Showing posts from October, 2014

Dahsyatnya Media Sosial….

Lon Safko dalam bukunya The Social Media Bible (2010) memberikan pengertian tentang media sosial sebagai cara kita menggunakan berbagai teknologi secara efektif untuk menggapai dan terhubung dengan orang lain, membangun sebuah hubungan, menciptakan kepercayaan dan ada ketika orang lain berkehendak untuk membeli barang atau produk yang ditawarkan.  Pengertian terminologis ini akan menjadi semakin nyata ketika kita memalingkan wajah pada kenyataan yang terjadi dewasa ini. Erik Qualman, seorang sosialnomics melontarkan sebuah pernyataan yang menarik sekaligus menggelitik bahwa media sosial sebagai sebuah perubahan terbesar sejak revolusi industri. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah data yang diangkat dalam video singkat dari www.blackboxsocialmedia.com  berjudul “What is Social media?” Pertama , Erik Qualman menyebutkan bahwa butuh waktu 38 tahun untuk radio mencapai 50 juta pendengar. Sementara media TV membutuhkan waktu 13 tahun untuk mencapai 50 juta pengguna. Internet mem

CERITA DI KAMAR PASTOR

(Cerpen Atel Lewokeda) “Tak ada yang pernah tahu kapan kami pertama kali bertemu. Tak seorang pun tahu kapan kami mulai ada rasa. Satu yang kutahu waktu itu, tiap kali saling berpapasan di jalan-jalan sekeliling asrama, kami ingin saling memandang untuk sedikit lebih lama lagi sebelum lonceng-lonceng berdentang memanggil kami untuk kembali. Perbedaan tempat tinggal ternyata selalu menjadi penghalang untuk bisa bertemu kapan saja. Sementara itu rasa diri sebagai orang desa yang beranjak dewasa semakin menegaskan pernyataan diri bahwa saya hanya orang kampung yang coba mengaduh nasib di lembah yang dingin itu.” Cerita baru dimulai, sang pastor perlahan membenarkan posisi duduknya agar bisa mendengar dengan lebih jernih dan cermat pengalaman yang dialami oleh anggota binaannya. Kami akhirnya saling kenal. Perkenalan kami sedikit lebih jauh dan tidak hanya sebatas nama dan alamat saja, juga tidak hanya asal dan cita-cita. Ada rasa mulai tumbuh di antara kami. Rasa itu mengalir dan t

LOIS !

(Cerpen Atel. Lewokeda) Hari baru pukul empat dini hari. Lois beranjak meninggalkan rumahnya tepat beduk bertalu. Pagi di dusun msih terlalu sunyi. Hanya terdengar kokok jago dari bukit. Para petani masih lelap di atas dipan tua. Pedagang-pedangan sayur baru mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk dijual pagi itu. Dalam pagi yang masih remang-remang saat tetes embun masih ingin membasahi daun kamboja di samping rumah dengan siraman yang paling mesra, Lois meninggalkan halaman rumahnya. Dua keranjang yang dijinjin tidak terlalu berat namun keduanya berisi penuh dengan barang-barang dagangan. Matahari belum terlalu memuncak ketika langkah Lois kian pelan, menyusuri lorong-lorang yang mulai ramai. “Kerupuk…,kerupuk.., kerupuk.,” teriak Lois untuk menjual barang dagangannya. Satu per satu orang mulai mendekati Lois untuk melihat barang yang dibawanya. “Yang sedang ini dua ribu lima ratus, sedangkan yang besar ini lima ribu per bungkus”, jawab Lois terhadap beberapa calon pembeli yan

Dari Magang di Pos Kupang

Orang-orang di belakang meja itu… Kelompok Menulis di Koran – Ledalero (KMKL) dalam kiat-kiatnya melatih dan mengembangkan potensi menulis para anggotanya merencanakan kegiatan magang dan pelatihan saat liburan semester kedua. Sesuai rencana  magang dilakukan di tiga tempat. Kantor Redaksi Pos Kupang (PK), Flores Pos dan Penerbit Nusa Indah. KMK menunjuk dua orang anggotanya untuk masing-masing tempat. Ve Nahak dan J.Loin menyinggahi dapur Harian Umum Pos Kupang. Berikut rekaman pengalaman Ve Nahak selama 10 hari (dari tanggal 7 s/d 17 Juli 2006) menjadi “wartawan tembak” di Kantor Redaksi Harian terkemuka di NTT itu. ---------------------------------------------------------------------                                          ·       Menepis mitos “dapur” sialan S ebuah gedung berlantai dua dengan cat putih yang sudah mulai kusam oleh terik matahari kota Kupang. Perbaikan-perbaikan kecil di beberapa sudut kelihatan belum rampung. Gedung itu bekas sebuah

MENGENANG 70 TAHUN LEDALERO

Ledalero, bukan pilihan pertama… Prioritas misi di era 20-an adalah mempersiapkan tenaga imam pribumi. Monsinyur Verstraelen, di tahun 1926 coba menawarkan ide itu. Suatu saat generasi baru mesti menggantikan tugas misionaris-misionaris asing yang sudah tua. Lembaga pendidikan seminari merupakan sebuah wacana yang tidak bisa tidak mengingat pendidikan iman di daerah Nusa Tenggara (Sunda Kecil, waktu itu) sudah lama terjadi. Sebelum misionaris Serikat Sabda Allah datang, sudah ada misionaris Yesuit, Dominikan dan Fransiskan yang berkarya di wilayah Nusa Tenggara. Dasawarsa pertama berlalu dan meninggalkan cerita. Sejarah awal berdirinya seminari misi di pulau Flores, persisnya adalah kisah nekat orang-orang yang menamakan dirinya misionaris. Sejak Maximum Illud , ensiklik Paus Benediktus XV di tahun 1919 dan keberanian para SVD memulai sebuah seminari di Sikka dan Mataloko, masa depan misi di tanah Flores mulai membukukan kisahnya sendiri. Apa yang awalnya dianggap ”coba-coba” da