Cerita dari Thailand tentang Keteladanan Greysia Polii
Greysia Polii dan Royita Eka Putri di Thailand GPG 2017/badmintonindonesia.org |
Saat ini Pelatnas PBSI setidaknya mempunyai lima pemain
senior, baik dari segi usia maupun pengalaman. Setelah Hendra Setiawan menyusul
Tommy Sugiarto dan Sony Dwi Kuncoro mengambil jalur profesional, tim nasional
Indonesia memiliki Tontowi Ahmad (29), Mohammad Ahsan (29), Nitya Krishinda
Maheswari (28), Greysia Polii (29) dan Liliyana Natsir (31).
Kehadiran lima pemain di antara barisan besar pemain muda di
Cipayung, tempat pelatnas PBSI berada, sangat penting. Mereka memainkan peran “senioritas”
dalam arti membimbing, menuntun, dan berbagi pengalaman dengan para junior. Tidak
hanya selama proses latihan, keterlibatan mereka juga ditunjukkan saat terjun
di lapangan pertandingan. Berganti-ganti pasangan dengan yang lebih muda tidak
lain selain memainkan lakon transfer ilmu dan pengalaman itu sembari menarik
para penerus untuk berkembang lebih cepat. Suatu saat kelak kala para senior
gantung raket, giliran para penerus yang ambil peran, termasuk memainkan lakon
berantai tersebut.
Saat ini Ahsan bertandem dengan Rian Agung Saputro. Sementara
Tontowi untuk sementara bercerai dengan Liliyana untuk membimbing Gloria
Emanuelle Widjaja sambil membangun prospek keduanya sebagai pasangan masa depan.
Saat ini Nitya sedang dalam masa pemulihan selama enam bulan
setelah menjalani operasi lutut pada Desember 2016. Sambil menanti pemain asal
Blitar tersebut pulih, Greysia berpasangan dengan Rosyita Eka Putri Sari yang
sebelumnya berpasangan dengan Della Destiara Haris. Grace, sapaan Greysia dan
Rosyita tengah menjalani masa perkenalan sebagai pasangan baru di turnamen yang
tengah berlangsung di Nimibutr Stadium,
Bangkok, Thailand.
Di ajang Thailand Grand Prix Gold yang memasuki fase-fase
akhir, pasangan ini perlahan tetapi pasti semakin padu. Terbukti di ajang yang
menjanjikkan total hadiah 120 ribu dollar ini, keduanya mampu melangkah ke semi
final.
Di babak kedua, Kamis (9/2) lalu keduanya hanya butuh dua
set untuk menghentikan wakil tuan rumah Pattaranan Chamnaktan/Kittipak Dubthuk,
21-9 dan 21-18. Meski terkesan mudah, tantangan berat akhirnya mereka hadapi di
perempat final sehari kemudian.
Selama 78 menit keduanya berjuang menantang wakil Tiongkok Bao Yixin/Yu Xiaohan. Pertarungan ini menyajikan duel
sengit, saling kejar mengejar poin terutama di dua set pertama. Rosyita benar-benar
mendapat pelajaran berharga dari laga yang berakhir 22-24, 23-21, 21-17.
Di set
pertama keduanya nyaris unggul. Lebih dulu menginjak game poin, 20-17, wakil
Tiongkok itu berhasil mengejar ketertinggalan dan balik unggul. Tentu situasi
ini menguji mental Rosyita yang baru berusia 20 tahun.Peran pemain senior
benar-benar dibutuhkan dalam situasi seperti ini.
Greysia Polii bersama Nitya K Maheswari bersama medali emas Asian Games 2014/Kompas.com |
Berkat dukungan
Grace, mental dan semangat Rosyita kembali menyala di game kedua. Laga
berlangsung ketat. Wakil Merah Putih ini lebih dulu menginjak poin krusial,
20-19. Namun satu angka ini masih terlalu banyak bagi wakil Negeri Tirai Bambu.
Keduanya mampu menyamakan kedudukan, 20-20.
Kesabaran
dan ketenangan Grace menular pada Rosyita untuk menghadapi situasi kritis.
Keduanya berhasil mengunci set kedua dan memaksa terjadi rubber game.
Mental dan semangat Greysia dan Rosyita benar-benar meledak
di set penentuan. Suara wakil Tiongkok terdengar mulai melemah seiring performa
Greysia/Nitya yang kian menggila. Di kubu Tiongkok situasi berbanding terbalik.
Bao yang lebih senior mulai goyah, dan kerap melakukan kesalahan di depan net. Situasi
ini mempengaruhi Yu yang lebih junior.
“Di game pertama dan
kedua, kami sempat terbawa permainan lawan yang cepat. Namun di game ketiga
kami maksa untuk main di pola kami, mainnya lebih mengatur penempatan bola satu
demi satu, makanya kami bisa menang,” beber Rosyita usai laga seperti dikutip
dari badmintonindonesia.org.
Terlepas dari strategi teknis yang mereka mainkan,
seperti pengakuan Rosyita sebelum tampil di delapan besar, peran penting Grace
tak bisa ditampik. Senioritas Grace menyata dalam menghadapi situasi-situasi
genting yang kadang membuat para pemain junior tegang dan kehilangan arah.
“Tadi banyak dibimbing sama Kak Ge, dikasih tahu untuk
fokus, ditenangin. Jadi, saya tahu mau mengambil keputusan apa dalam keadaan
seperti itu,” tandas Rosyita.
Perpaduan keduanya kembali diuji pasangan Tiongkok di semi
final, Chen Qingchen/Jia Yifan. Chen/Jia jauh lebih muda dari Greysia, bahkan
dibanding Rosyita. Meski demikian pasangan yang berusia di bawah 20 tahun itu
telah menorehkan prestasi impresif di tingkat dunia. Chen/Jia merupakan juara
super series finals tahun lalu.
Menghadapi Chen/Jia yang sangat ekplosif dan tangguh,
sebagaimana para pemain Tiongkok umumnya, peran Greysia amat dibutuhkan. Diperlukan
strategi tertentu untuk meredam agresivitas Chen/Jia, termasuk belajar dari pengalaman
Greysia saat menghadapi pasangan masa depan Tiongkok itu.
“ Saya sudah tahu permainan Chen/Jia seperti apa,
mudah-mudahan bisa menang lagi,” aku
Grace sebelum menghadapi unggulan satu itu.
Empat wakil lain
Greysia/Rosyita menjadi harapan satu-satunya sektor putri di
turnamen ini. Sebelumnya Tiara Rosalia
Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta menyerah di tangan jagoan tuan rumah Sapsiree
Taerattanachai/Puttita Supajirakul. Satu pasangan lain Anggia Shitta Awanda/Ni
Ketut Mahadewi mengundurkan diri.
Secara keseluruhan Indonesia menaruh harapan pula pada empat
wakil lainnya.Pasangan ganda campuran Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika,
pasangan ganda putra Berry Angriawan/Hardianto, dan dua tunggal putra yang akan
saling berhadapan yaitu Tommy Sugiarto dan Anthony Sinisuka Ginting.
Anthony ke semi final setelah membekuk wakil Tiongkok
Zhao Junpeng, dengan dua game langsung, 21-16, 21-16. Sebelumnya pemain 20
tahun itu juga menggasak wakil Tiongkok lainnya yang merupakan unggulan dua Huang
Yuxiang, 19-21, 21-15, 21-12.
Tommy dan Anthony sudah pernah bertemu yakni di Vietnam Open
2015. Saat itu Tommy menang straight set 21-14 dan 21-19. Laga ini bakal
berlangsung sengit meski Tommy lebih diunggulkan di tempat ketiga ketimbang
Anthony di urutan 10.
Ekpresi bahagia Anthony Ginting usai meraih tiket semi final ThailandGPG2017/badmintonindonesia.org |
Ganda putra Berry /Hardianto ke empat besar usai tampil
meyakinkan menghadpi wakil Jepang, Hiroki Okamura/Masayuki Onodera. Kemenangan
mudah 21-15, 21-16 berbanding terbalik saat meladeni pasangan senior beda
negara Hendra Setiawan/Tan Boon Heong di babak sebelumnya.
Berry/Hardianto akan berebut tiket final dengan
pasangan Taiwan L Ching Yao/Yang Po Han. Sesama pasangan non unggulan ini belum
lama melakoni debut pertemuan yakni di India Open Grand Prix Gold pekan lalu. Saat
itu kemenangan menjadi milik Lu/Yang dengan skor 21-16 dan 21-17. Pemenang
dalam laga ini akan menantang wakil tuan rumah yang menempati unggulan tiga Kittinupong
Kedren/Dechapol Puavaranukroh atau unggulan enam dari Tiongkok Huang
Kaixiang/Wang Yilyu yang menjegal unggulan dua dari Indonesia, Fajar
Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Sementara Alfian/Anisa akan menantang pasangan senior-junior
Tiongkok Zhang Nan/Li Yinhui setelah sebelumnya menyingkirkan wakil tuan rumah
Supak Jomkoh/Puttita Supajirakul. Pemenang di laga ini akan berebut gelar juara
dengan harapan tuan rumah Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (2)
yang akan menghadapi unggulan empat Yong Kai Terry Hee/Wei Han Tan dari
Singapura.
N.B
Jadwal semi final, Sabtu (11/2) dimulai pukul 13.00 WIB
@BadmintonUpdate |
Comments
Post a Comment