Satu Kata untuk Jonatan, Owi/Butet dan Marcus/Kevin



Marcus/Kevin di Malaysia SSP 2017/barmintonindonesia.org

Jalan dua pasangan ganda putra yang sedang memburu puncak dunia akhirnya bertemu di perempat final Super Series Premier Malaysia Open. Setelah unggulan teratas dari Malaysia lebih dulu terhempas di babak pertama, pertemuan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo versus Li Junhui/Liu Yuchen adalah penentuan siapa yang berhak menjadi nomor satu pekan depan.

Statistik menggariskan peluang kedua pasangan ini seimbang. Marcus/Kevin lebih dulu tertinggal di pertemuan pertama di Vietnam Open 2015, lantas balas dendam beberapa pekan lalu di All England. Kemenangan 21-19 dan 21-14 itu menjadi titian yang mengantar “the Minions” ke podium juara dan peringkat satu dunia. 

Dalam posisi sama kuat, pertemuan ini menjadi menarik. Li/Liu tentu diunggulkan dengan postur tubuh yang menjulang, di samping bobot pukulan dan permainan agresif. Meski kalah secara fisik, Marcus/Kevin sudah memiliki pengalaman menghadapi para raksasa. Kemenangan atas Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia), Mads Condrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark) dan Li/Liu sendiri membuktikan bahwa perbedaan postur tubuh itu bukan segalanya.

Marcus/Kevin memiliki senjata sendiri. Permainan cepat, kecakapan membaca ruang dan memaksimalkan ruang, keterampilan mengolah kok, serta mental yang kian terasah, adalah beberapa contoh. 

Walau bukan satu-satunya dan faktor penentu,  pukulan-pukulan aneh dan mengecoh yang mulai menjadi kekhasan unggulan empat ini berperan penting untuk mengacaukan konsentrasi lawan. Hal ini bisa dilihat dalam pertandingan babak kedua menghadapi pasangan China, Liu Cheng/Zhang Nan malam tadi. 

Beberapa kali penempatan bola yang sulit ditebak dan mengagetkan membuat Liu/Zhang kelabakan.
Kevin sendiri mungkin merasa tidak ada sesuatu yang istimewa dengan pukulannya itu. Tetapi kekagetan dari pihak lawan jelas terbaca. Dan dampaknya terlihat di lapangan. Kemenangan dua game, 23-21, 21-16 adalah bagian dari proyek bersama yang mengkombinasikan segala keterampilan yang ada. 

 “Saya merasa pukulan saya biasa saja, tidak ada yang aneh. Saya bermain dengan style saya, memang saya suka main-mainin pukulan. Saya menikmati saja dan melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan,” beber Kevin menjawab soal pukulannya kepada badmintonindonesia.org.

Patut diakui tidak semua pemain memiliki keterampilan seperti itu. Dan kemampuan seperti itu akan mendapatkan ruang aktualisasinya bila sang pemain mampu menikmati permainan. Mustahil mengharapkan munculnya kejutan bila bukan dijalani dalam semangat kebebasan tanpa tekanan.

Marcus/Kevin sedang dalam tren positif. Grafik penampilan keduanya bertolak belakang misalnya dengan Praveen Jordan/Debby Susanto, pasangan ganda campuran yang selalu berkawan dengan kegagalan selama setahun terakhir. Namun situasi tersebut jangan sampai membuatnya takabur. 

Li/Liu bukan lawan enteng. Postur tubuh sudah menjadi satu kelebihan yang bisa dikonversi dalam pukulan. Pasangan Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto adalah saksi terkini saat dihempaskan Li/Liu di babak kedua. Sempat tertinggal di babak pertama, Li/Liu berhasil bangkit di dua game berikutnya dengan senjata andalan: permainan cepat dan serangan tajam. Kemenangan 15-21, 21-17, 21-11 menunjukkan bahwa Li/Liu siap untuk menghadapi dan bangkit dari tekanan.

Pertarungan unggulan empat dan lima ini akan menarik ditonton. Hampir pasti tidak ada yang ingin ditekan sejak awal. Pilihan menekan dengan permaina agresif bakal diambil agar tak kehilangan peluang. Kunci kemenangan terletak pada kesabaran dalam menyerang dan bertahan, serta memanfaatkan setiap kesempatan.  Unforced errors adalah tabu bila ingin melaju.  

Memori Indonesia Open

Selain Marcus/Kevin Indonesia juga mengirim dua wakil lainnya ke delapan besar, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir  dan Jonatan Christie. Owi/Butet menang tanpa perlawanan dari wail Denmark Kim Astrup/Line Kjaersfeldt yang memilih mengundurkan diri. 

“Pembunuh” Praveen Jordan/Debby Susanto, Solgyu Choi/Chae Yoo-jung siap menghadang langkah Owi/Butet ke semi final. Pengalaman mengalahkan Praveen/Debby semakin mempertebal semangat dan rasa percaya diri pasangan Korea Selatan itu. Meski begitu Owi/Butet, sang juara bertahan, memiliki rekor sempurna dalam dua pertemuan terakhir dengan pasangan berperingkat 22 dunia. Laga terakhir mereka terjadi di turnamen super series premier China Open tahun lalu yang berakhir 21-17 dan 25-23 untuk kemenangan pasangan yang saat ini berperingkat tiga dunia.

Partai ulangan Indonesia open 2016 akan terjadi di tunggal putra. Jojo, sapaan Jonatan kembali diuji pemain veteran Lin Dan. Kemenangan di Indonesia membuat skor perteumuan kedua pemain beda generasi ini sama kuat. 

Namun situasi saat ini menempatkan mereka tidak dalam posisi ideal untuk berduel. Keduanya memang memiliki waktu persiapan yang cukup sebelum tampil di Malaysia. Setidaknya mereka tidak tampil di India Open Super Series pekan lalu. 

Meski begitu di pertandingan pertama keduanya melewatkan pertandingan dengan tensi berbeda. Jojo bermain lebih dari satu jam menghadapi  Chou Tien Chen. Pemain asal Taiwan memaksa Jojo bermain tiga game dengan skor akhir 21-23, 21-17, 21-19 sekaligus menambah panjang daftar kekalahannya dalam tiga pertemuan. Sementara Lin Dan hanya tampil lebih dari 30 menit saat menggasak wakil Thailand Tanongsak Saensomboonsuk, 21-8 dan 21-13.

Meski Jojo lebih muda dan segar, namun Lin Dan tahu bagaimana mengelola tubuhnya yang tidak muda lagi. Teknik dan pengalaman akan membedakan keduanya dalam pertandingan nanti. 

Meski begitu  Jojo bisa belajar banyak dari pertandingan hari ini, juga perjumpaan sebelumnya dengan Super Dan. Sisi positif dari pertandingan kontra Chou adalah semangat pantang menyerah untuk mengejar dalam situasi tertinggal cukup jauh. 

Sisi negatif yang perlu ditepis adalah mempertebal keberanian untuk berani beradu dalam segala situasi. Chou begitu piawai di depan net dan sangat militan dalam menyerang, situasi yang membuat Jojo ketar ketir. Menghadapi pemain kaya pengalaman seperti Lin Dan tantangan bakal jauh lebih besar. Jangan sampai Jojo merasa kalah sebelum pertandingan usai. Tidak ada pilihan lain selain mengerahkan kemampuan terbaik. 

Sambil menaruh harapan kepada Jojo, Owi/Butet dan Marcus/Kevin, kepada mereka kita pun menghembuskan nafas perjuangan yang membungkus segala dalam sepenggal “Perjuangan” milik Wiji Thukul. Maka hanya ada satu kata: lawan!

N.B
Babak perempat final akan berlangsung, Jumat (7/4) mulai pukul 15.00 waktu Kuching. LIVE KompasTV & Fox Sports mulai jam 16.00 WIB dengan jadwal sebagai berikut:
www.tournamentsoftware.com


Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana, 6 April 2017.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/satu-kata-untuk-jonatan-owi-butet-dan-marcus-kevin_58e66ba87297732f364d19c7

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing