Posts

Showing posts from September, 2016

“Sad Ending” Hendra/Ahsan dan Panggung Baru Para Penerus

Image
  Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan/Badmintonindonesia.org Kebersamaan Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan berakhir pilu. Ganda senior Merah Putih itu tak mampu berbicara banyak di turnamen Korea Terbuka yang merupakan turnamen terakhir sebelum keduanya berpisah. Langkah pasangan peringkat lima dunia itu terhenti di babak perempatfinal. Adalah Li Junhui/Liu Yuchen yang menjadi mimpi buruk pasangan Juara Dunia 2013 dan 2015 itu. Pasangan muda Tiongkok itu kembali menjegal Hendra/Ahsan sama seperti di babak semi final Jepang Terbuka beberapa hari sebelumnya (). Pasangan yang sama-sama masih berusia 21 tahun itu menggagalkan harapan Hendra/Ahsan menorehkan perpisahan yang  manis dengan gelar juara di turnamen terakhir . Selain itu Li/Liu mencatatkan rekor tersendiri atas pasangan juara All Engaland 2014 itu. Dalam tujuh pertemuan mereka, Li/Liu berhasil mengantongi lima kemenangan. Menyaksikan pertandingan hari ini terlihat jelas seperti apa semangat Hendra/Ahsan. Tampa

Plus Minus PON Jabar 2016

Image
Suasana upacara penutupuan PON XIX/2016, Bandung di Stadion Bandung Lautan Api/Antara/PB PON. Api Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX yang menyala di Stadion Gelora Bandung Lautan sejak 17 September lalu Api, Bandung, baru saja padam, Kamis (29/09) petang. Tanda bahwa pesta olahraga antarprovinsi di Indonesia sudah berakhir. Seperti upacara pembukaan yang dihadiri Presiden Joko Widodo, meski kali ini didelegasikan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, upacara penutupan tetap berlangsung meriah. Ada pesta kembang api. Ada permainan grafis visual. Ada tarian dan nyanyian dari sejumlah daerah. Ada pula alunan suara merdu dari sejumlah band dan penyanyi lokal maupun nasional seperti Kikan, Andi /rif, Rossa, dan Doel Soembang. Tak kurang dari 1.200 orang terlibat dalam acara penutupan yang berlangsung maraton sejak petang hingga malam hari yang juga dihadiri Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi serta Ketua KONI Pusat, Tono Suratman. Dari 365 pertandingan untuk putra dan 302 p

Akankah Li/Liu Kembali Beri Mimpi Buruk Hendra/Ahsan ?

Image
Hendra/Ahsan/Badmintonindonesia.org Seperti diprediksi sebelumnya, wakil semata wayang Indonesia di turnamen Korea Terbuka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan akhirnya bertemu Li Junhui/Liu Yuchen di babak perempatfinal, Jumat (30/09) besok. Pasangan muda Tiongkok itu tengah naik daun dan baru saja menjuarai turnamen Jepang Terbuka beberapa waktu lalu. Menariknya, Li/Liu naik ke podium juara setelah menyingkirkan Hendra/Ahsan di babak semi final. Kekalahan Hendra/Ahsan itu menguburkan harapan Indonesia dan harapan keduanya untuk meraih trofi sebelum mereka berpisah usai Korea Terbuka. Kini kesempatan terakhir mereka ada di Seoul. Dan tiada jalan lain untuk merengkuh kado perpisahan selain melewati hadangan unggulan tujuh itu. Sebelumnya di babak kedua, Hendra/Ahsan mengalahkan pasangan Taiwan yang menduduki rangking 26 dunia. Kemenangan ganda nomor lima dunia tidak diraih dengan mudah. Pasangan Juara Dunia 2013 dan 2015 itu harus berjuang keras selama 44 menit sebelum mengak

Menanti “Anggur Beralkohol” Profesor Wenger

Image
Wenger dan para pemain Arsenal tampak lesu usai gagal menjuarai Liga Champions 2005/2006/Dailymail.co.uk Pencinta Arsenal dan Barcelona tentu tak bisa melupakan Paris, 10 tahun silam. Bertempat di Stade de France, dua klub tersebut bertarung merebut supremasi klub terbaik Eropa. Mereka bertarung untuk mengangkat trofi Liga Champions dalam format baru yang ke-14 atau yang ke-51 secara keseluruhan. Dramatis. Demikian kesan utama bila kita memutar kembali roda waktu atau melihat kembali rekaman pertandingan pada 17 Mei 2006 itu. Saat itu Arsenal hanya butuh stabilitas selama 14 menit untuk mempertahankan keunggulan, setelah centre-back Sol Campbell mengoyak jala Victor Valdes di menit ke-37. Namun 14 menit masih terlalu panjang untuk mengawetkan kemenangan. Dan 840 detik masih cukup bagi Blaugrana untuk mencetak dua gol. Dan benar, sisa waktu kemudian menjadi mimpi buruk bagi Arsenal setelah Samuel Eto’o balik menjebol gawang yang ditinggalkan Jens Lehman sejak menit ke-18

Hendra/Ahsan Harapan Terakhir di Korea Terbuka

Image
Hendra/Ahsan di babak pertama Korea Terbuka 2016/@Badmintonupdate Turnamen Korea Terbuka baru saja dimulai pada 27 September kemarin dan akan berakhir pada 2 Oktober nanti di Seong-nam Indoor Stadium. Dua dari tiga wakil Indonesia langsung gugur di babak pertama. Tersisa ganda putra senior PBSI, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Tiga wakil lainnya yang pulang lebih dini semuanya berada di luar pelatnas. Mereka adalah Sony Dwi Kuncoro serta dua pemain muda kakak-beradik yang masing-masing tampil di dua nomor yakni Lyanny Alessandra Mainaky dan Yehezkiel Fritz Mainaky. Yehezkiel yang tampil di hari pertama pada babak kualifikasi langsung gugur di tangan wakil tuan rumah Kwang Hee Heo. Jarak peringkat yang cukup jauh, antara kedua pemain menyata di lapangan pertandingan. Yehezkiel, pemain berperingkat 320 dunia menjadi bulan-bulanan Heo yang kini berada di rangking 72 dunia. Tak butuh waktu lama bagi Heo untuk memenangkan pertandingan selama 22 menit dengan skor identik 21-5

NOKAS, Melihat Timur dari Timur

Image
  Foto: Istimewa/Youngsters.id Kemerdekaan Indonesia yang telah memasuki dekade kedelapan, hemat saya, belum sepenuhnya membebaskan kita dari prasangka dikotomis Timur dan Barat atau Jawa dan luar Jawa. Meminjam paradigma postkolonial Edward Said,  Jawa masih dilihat sebagai sentrum atau oksidental sementara luar Jawa sebagai periferi atau oriental. Jawa diperlakukan sebagai pusat segala-galanya sehingga identik dengan kemajuan dan kemakmuran. Sementara Timur adalah wilayah abangan yang dilumuri atribut miring dan miris: keterbelakangan, ketertinggalan, kemiskinan, dan sebagainya. Dikotomi tersebut jauh lebih terasa dan karena itu sangat menyayat hati, ketika menyertakan anggapan apriori bernada primordial. Jawa berarti unggul, utama dan nomor satu. Tendensi itu tak hanya soal kebijakan pembangunan, lebih dari itu, soal sikap dan persepsi. Soal sikap dan cara bersikap adalah persoalan subjektif sehingga tidak bisa dijadikan alasan baik untuk membenarkan atau menegasikan

Toure dan Schweinsteiger, Dibayar Mahal untuk Tidak Bermain?

Image
Toure dan Guardiola/Dailymail.co.uk Secara ekonomis mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak produktif jelas merugikan. Siapa yang mau merogoh kocek untuk hal yang tidak memberikan nilai tambah tertentu? Beramal, atau sumbangan sukarela, barangkali. Namun, tidak dalam dunia bisnis. Namun dalam dunia sepak bola prinsip ekonomi itu tak selalu berlaku. Terkadang dengan sengaja dilanggar seperti dalam kasus Yaya Toure dan Bastian Schweinsteiger. Sejak suksesi kepelatihan di Manchester City dan Manchester United terjadi di awal musim ini, keduanya lebih banyak, atau selalu, dibangkucadangkan. Pelatih baru City, Pep Guardiola enggan menggunakan tenaga Toure. Bahkan nasib pemain internasiol Pantai Gading itu setali tiga uang dengan beberapa pemain bintang The Citizen yang kemudian dibuang ke luar dari Etihad Stadium, seperti Joe Hart dan Samir Nasri. Bahkan eks pelatih Barcelona dan Bayern Muenchen itu hakulyakin mencoret pria 33 tahun itu dari daftar skuad untuk Liga Cha

Merah Putih di Lembaran Sejarah Dato Lee Chong Wei

Image
Lee Chong Wei, juara tunggal putra Jepang Terbuka 2016/@LeeChongWei Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Demikian peribahasa yang sekiranya pas disematkan kepada sosok Dato Lee Chong Wei. Di usia 33 tahun, tepatnya menjelang 34 tahun pada 21 Oktober nanti, pendulum kiprah pebulutangkis kebanggaan Malaysia ini malah bergerak berlawanan dengan arus umum. Saat satu per satu pemain senior mulai berguguran, bahkan akhirnya memutuskan gantung raket,Sang Dato malah kian moncer. Pencapaian di Jepang Terbuka yang baru saja usai menjadi bukti terkini.  Diajak Jan O Jorgensen bermain tiga set, Lee tak gentar. Dalam tempo 1 jam dan 10 menit, Lee menggagalkan asa tunggal senior Denmark itu untuk naik podium juara. Lee menang 21-18 15-21 dan 21-16. Bukan kali ini saja suami mantan tunggal putri Malaysia Wong Mew Choo itu berjaya di turnamen level super series itu. Ini merupakan gelar keenam, sekaligus terbanyak sepanjang sejarah pagelaran itu. Sebelumya Lee naik podium utama pada

Gagal di Jepang, Hendra & Ahsan Buru Kado Terakhir di Korea

Image
Hendra/Ahsan/Badmintonindonesia.org Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan tinggal menyisahkan satu pertandingan lagi sebelum keduanya “bercerai”. Kegagalan di Jepang Terbuka yang baru saja usai membuat ganda putra terbaik Merah Putih itu kehilangan satu dari dua kado perpisahan. Pekan depan, sejak 27 September hingga 2 Oktober, keduanya akan melakoni pertandingan terakhir sekaligus memburu catatan manis sebelum berpisah. Pasangan yang kini melorot ke urutan enam dunia terhenti di babak semi final Jepang Terbuka, Sabtu (24/09/16). Pasangan Juara Dunia 2013 dan 2015 itu tak kuasa meladeni ganda muda Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen.  Hendra/Ahsan sempat memperpanjang nafas harapan setelah memaksa rubber set, namun akhirnya menyerah juga dengan skor 13-21 21-18 15-21 dalam tempo 49 menit. Kekalahan ini memperpanjang rekor buruk Hendra/Ahsan terhadap Li/Liu yakni dua kekalahan beruntun dalam lima pertemuan terakhir. Hattrick atau tiga kekalahan berturut-turut membuat pasangan mas

Saatnya Rooney Dapat “Pelajaran” dari Mourinho

Image
gambar dari Mirror.co.uk. Tahukah Anda apa yang keluar dari mulut Jose Mourinho ketika ditanya apa yang ia inginkan dari Wayne Rooney saat menghadapi Northampton di Piala Liga, Kamis (22/09/16) dini hari WIB lalu? “Gol,” jawabnya mantap. Tak hanya sekali. Seakan memastikan harapannya, pelatih Manchester United itu sekali lagi berujar, “Gol. Saya berharap dia mencetak gol.” Namun apa yang terjadi setelah 2 X 45 menit pertandingan itu? Alih-alih mencetak gol, Rooney tampil buruk. Mengecewakan. Bukan dia yang menjaringkan tiga gol kemenangan ke gawang tim promosi itu, melainkan dua pemain yang sebelumnya kurang diperhitungkan Mourinho yakni Michael Carrick dan Ander Herrera, serta pemain muda berbakat Marcus Rashford. Mourinho perlu berterima kasih kepada ketiga pemain itu. Gol mereka mengakhiri tiga kekalahan beruntun Setan Merah. Ketiga gol itu pun memastikan kemenangan 3-1 atas tim promosi itu dan mengantar Iblis Merah ke babak selanjutnya. Menariknya, di babak ber