Posts

Showing posts from June, 2016

Messi dan Pelajaran Penting tentang Kata Itu

Image
Gambar dari Dailymail.co.uk Messi benar-benar hancur. Hati pemenang lima kali Ballon d’Or atau pemain terbaik dunia itu luluh lantah. Kegagalan eksekusi penalti menjadi sinyal buruk yang akhirnya tergenapi dengan kegagalan serupa oleh Lucas Biglia. Kalah 2-4 dalam drama adu penalti menghadapi Chile di final Copa America Centenario, Senin (27/6) pagi WIB, melengkapi hattrick kegagalan Messi dan Argentina di partai final turnamen mayor secara beruntun setelah sebelumnya di Piala Dunia 2014 dan Copa America setahun silam, atau empat kali ditambah final Copa America 2007 usai dibekuk Brasil tiga gol tanpa balas. Putaran 358 hari setelah kalah di Chile itu, Messi akhirnya mengambil keputusan. Dalam nada emosional, striker Barcelona itu memutuskan gantung sepatu dari timnas Argentina. Seusai laga, kepada stasiun televisi Argentina, Messi coba menjelaskan keputusan penting itu, yang mana pada arti tertentu membuat kita pun mafhum. “Keberadaan saya dengan tim nasional sudah

Messi "Terkutuk"

Image
Gambar dari Dailymail.co.uk “Terkutuk”. Tampaknyabukan predikat berlebihan untuk Lionel Messi saat berseragam timnas Argentina. Kegagalandi Copa America Centenario, Senin (27/6) pagi WIB, menjadi batas toleransiuntuk memaklumi kebesaran Messi. Berprestasi bersama Barcelona, namun tidakuntuk Argentina.   Tampil baik sejak babak penyisihan, Messi gagal mencapi klimaks di MetLife Stadium saat kembali bertemu Chile di partai final. Tak hanya gagal mencetak gol selama 120 menit, Messi pun gagal membuka harapan bagi timnya dalam drama adu tos-tosan. Bola sepakannya dari titik putih jauh dari sasaran. Mengarah ke sudut yang tempat, namun bola terlampau tinggi dari gawang Claudio Bravo.    Nasib Messi seperti bintang Chile, Arturo Vidal yang lebih dulu gagal. Namun bedanya, eksekutor La Roja lainnya, Francisco Andrés Silva Gajardo, Jean André Emanuel Beausejour Coliqueo, Aranguiz, dan berpuncak pada Nicolás Ignacio Castillo Mora  berhasil menjalankan tugas. Sementara eksekus

Messi dan Sanchez Sekali Lagi, Lebih dari Pertemuan Biasa

Image
Ilustrasi Messi dan Sanchez dari Dailymail.co.uk Setelah Kolombia menyegel tempat ketiga Copa America Centenario usai menekuk tuan rumah AS melalui gol semata wayang Carlos Bacca pada, Minggu (26/6) pagi WIB, kini perhatian publik sepenuhnya tertuju ke MetLife Stadium, tempat perhelatan partai pamungkas pada Senin (27/6) pagi WIB. Dua tim terbaik di Amerika Selatan dan selama turnamen ini, Argentina dan Chile akan saling beradu memperebutkan mahkota seabad turnamen tersebut. Dengan tanpa menyampingkan arti penting pertandingan ini bagi para pemain lain yang nota bene akan kembali saling berhadapan, menarik memperhatikan kiprah dua bintang yang bakal menjadi andalan masing-masing tim. Lionel Messi untuk Argentina dan Alexis Sanchez di kubu Chile. Kedua pemain itu akan kembali diuji kemampuannya dalam atmosfer dan tensi tinggi seperti saat bertemu setahun silam di Estadio Nacional Julio Martinez Pradanos, Chile. Masih ingat penalti ala Panenka yang dilesatkan Sanchez k

Brexit dan Wajah Baru Sepak Bola Inggris

Image
Ilustrasi dari Eurosport.com “Sekarang mungkin tim untuk memenangkan trofi telah pergi, tetapi kami tim yang lebih baik dan lebih sukses karena kiper Denmark, Peter Schmeichel, kepemimpinan seorang Irlandia Roy Keane dan keterampilan seorang Perancis Eric Cantona.” Itu adalah sebagian dari “curhat” David Beckham di jejaring facebook menanggapi referendum di tanah kelahirannya, Inggris. Dikutip dari  BBC.com , pemain yang mengemas 115 caps bersama The Three Lions, sudah merasakan secara langsung bagaiman indah dan pentingnya persekutuan Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Hal itu terbukti saat ia masih aktif sebagai pesepakbola. Kala membela Manchester United selama satu dekade, Becks pernah merasakan kontribusi para pemain dari negara-negara lain yang membawa kejayaan Setan Merah seperti pada periode 1990-an. Bersama Peter Schmeichel yang kokoh di bawah mistar gawang, Roy Keane yang sangat tangguh sebagai gelandang bertahan dan karismatik dalam memimpin, serta s

Makna Tempat Ketiga untuk AS dan Kolombia

Image
AS dan Kolombia saat berduel di laga pembuka Copa America Centenario pada 4 Juni lalu/gambar dari mlssoccer.com Konsentrasi dan perhatian publik kepada Copa America Centenario boleh saja tertuju pada partai puncak yang mempertemukan dua finalis Copa America edisi sebelumnya, Argentina dan Chile pada Senin, (27/6) pagi WIB. Menanti bagaimana dua tim saling melam piaskan dendam dan ambisi adalah daya tarik tersendiri. Demikianpun, tak sabar melihat bagaimana para bintang beraksi dan mengukir sejarah menjadi keasyikan tersendiri. Namun, pertandingan antara Kolombia dan tuan rumah Amerika Serikat untuk memperebutkan tempat ketiga tetap penting dan menarik ditonton. Walau bukan klimaks, usai keduanya gagal ke partai puncak, laga ini tetap berarti. Pertandingan pada Minggu, (26/6) pagi WIB di University of Phienix Stadium, California,  lebih dari sekadar partai ulangan setelah sebelumnya mereka bertemu di fase penyisihan grup D, sekaligus laga pembuka. Tampil di hadapan mayo

Menulis Itu seperti Lidah dan Rasa

Image
Yayat (kiri) dan Yos Mo, sang moderator/gambar dari facebook Rahab Ganendra. Menulis bukan hanya soal teknik. Merangkai kata demi kata menjadi kalimat, paragraf hingga utuh sebagai sebuah tulisan, tak cuma bermodal waktu, kepandaian atau kecakapan linguistik. Ada faktor lain yang turut berperan agar tulisan yang dihasilkan itu bernyawa. Bisa hidup di hati pembaca, pun di sanubari sang penulis sendiri. **** Sore itu, Sabtu 18 Juni 2016. Lewat pukul 16.00 petang. Studio Kompasiana yang terletak di lantai 6 Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta, terlihat seperti kapal pecah. Sejumlah barang bertebaran di sana sini mulai dari yang bersifat elektronik hingga perkakas ruangan. Namun, keadaan itu sama sekali tak memecah belah, apalagi memudarkan keceriaan  kongkow  sejumlah Kompasianer. Suasanananya jauh dari kesan mentereng seperti promosi beberapa hari sebelumnya di Kompasiana dan jejaring sosial ikhwal acara bertajuk “Menangkap Momen dan Euforia Event Olahraga” yan

Mengapa Meksiko Tampil Sedemikian Memalukan?

Image
Pelatih Meksiko Juan Carlos Osorio begitu terpukul dengan situasi timnya yang diluluhlantahkan Chile/espnfc.com Segala sesuatu bisa saja terjadi di lapangan hijau. Tak ada yang mustahil sebelum peluit akhir berbunyi. Sudah banyak contoh dan bukti untuk itu. Terkini, nasib miris Meksiko di perempat final Copa America Centenario saat dicukur Chile tujuh gol tanpa balas di Levi’s Stadium Santa Clara, California, Minggu (19/6) pagi WIB. Walau dalam banyak ulasan dan prediksi peluang Chile untuk memenangkan laga tersebut terbuka, namun kekalahan super telak itu sungguh di luar dugaan. Hampir tak jauh berbeda saat Brasil dipermalukan 1-7 oleh Jerman di hadapan publik sendiri di babak delapan besar Piala Dunia 2014. Kekalahan itu tak hanya melahirkan kekecewaan mendalam. Bahkan jauh lebih dalam, luka besar yang menyayat kebesaran dan harga diri, yang entah kapan tersembuhkan. Persis seperti itulah yang dialami Meksiko saat ini. Betapa tidak. Dengan materi pemain yang mumpuni se

Seribu Makna Perjalanan “The Yanks” ke Seattle

Image
CenturyLink Field/thedrinksbusiness.com Setelah menuai hasil manis nan menentukan di Philadelphia pada Minggu, 12 Juni lalu, skuad Amerika Serikat pun melanjutkan perjalanan ke Seattle, Washington. Kemenangan tipis 1-0 atas Paraguay di laga pamungkas penyisihan Grup  A itu menjaga asa The Yanks di Copa America Centenario. Perjalanan armada Jurgen Klinsmann ke CenturyLink Field, Seattle kali ini sarat makna. Tak semata-mata menziarahi khazanah kekayaan stadion dan fasilitas wah di negeri sendiri.  Tak juga sekadar menyapa dari dekat penggemar kulit bundar yang masih terbilang minoritas di antara popularitas american football dan bola basket. Berebut kemenangan dengan Ekuador di babak perempat final di CenturyLink Field,  Jumat, (17/6) pagi WIB, bakal menorehkan banyak makna.  Hasrat dan ambisi saling memilin, menyatu menjadi sejarah. Hasil kurang meyakinkan di laga pertama membuat wajah Klinsmann merah padam. Dipermalukan Kolombia di hadapan pendukung sendiri yang m