Menati Segelas Anggur di Old Trafford


AFP PHOTO/DOMINIQUE FAGET-LLUIS GENE. Sumber: bola.liputan6.com

Nama Zlatan Ibrahimovic menjadi satu dari sekian banyak topik yang mengemuka jelang laga klasik antara duo Manchester di Old Trafford, Sabtu (10/9/2016) pukul 18.30 WIB. Pemain yang belum lama mundur dari timnas Swedia dan meninggalkan Paris Saint-Germain (PSG) turut meramaikan perbicaraan di tengah suhu panas derby Manchester itu.

Kedua tim tercatat sudah 171 kali bertemu dengan  71 dari antaranya dimenangkan United. Sementara City hanya sanggup meraih 49 kemenangan dan sisanya, 51 kali berakhir sama kuat. Karena itu tak terbantahkan predikat el clasico dengan riwayat panjang yang telah terukir.
Dalam riwayat panjang itu pelatih dan pemain silih berganti memanaskan pertarungan dua klub tersebut. Dengan tanpa meremehkan atmosfer pertemuan satu atau dua dekade sebelumnya, saat ini aura persaingan makin terasa panas.

Beberapa bukti bisa ditunjukkan. Di jendela transfer musim panas belum lama ini, kedua klub berlomba-lomba memperkuat armada. Manchester Merah mencetak rekor pembelian termahal saat memulangkan Paul Pogba dari Juventus dengan mahar 89 juta poundsterling atau mendekati Rp2 triliun. Melengkapi para bintang, United juga memboyong Eric Baily dari Villareal, Henrikh Mkhitaryan dari Borussia Dortmund serta Ibrahimovic yang diperoleh secara gratis dari Prancis. Secara keseluruhan untuk mendapatkan para pemain tersebut, United membelanjakan sekitar 150 juta poundsterling.

Melanjutkan tradisi jor-joran-setelah sebelumnya mendatangkan Raheem Sterling dari Liverpool- Manchester Biru nekat merogoh kocek 47,5 juta poundsterling (Rp809) kepada Everton untuk mendapatkan bek John Stones. Tak hanya itu. Leroy Sane, Ilkay Gundogan, Nolito, dan eks kiper Barcelona Claudio Bravo turut melengkapi anggaran belanja tak kurang dari 165 juta poundsterling.

Pembelian besar-besaran tersebut tak lepas dari ambisi pribadi menjadi penguasa lokal dan internasional. Absen dari Liga Champions membuat Manchester United merasa perlu bekerja lebih giat, termasuk membuka keran belanja lebih besar. Sementara City yang baru saja kehilangan mahkota Liga Primer Inggris setelah gagal bersaing dengan pendatang baru Leicester City, masih menganggap belanja pemain sebagai solusi untuk merengkuh gelar. Tak hanya di kancah domestik, pengalaman pahit di pentas Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir membuat mereka semakin nekat berbelanja dengan harapan bisa sampai menginjak partai final dan bila perlu menjadi juara Eropa.

Sebelum membelanjakan banyak uang untuk para pemain bintang, kedua kubu lebih dulu membereskan posisi pelatih kepala. Jose Mourinho dan Pep Guardiola pun didatangkan untuk meramu tim dan merangkai kembali kejayaan.

Tak pelak kehadiran kedua pelatih itu, plus para pemain bintang semakin meningkatkan tensi persaingan di antara kedua klub. Bila gelar juara Liga dan Liga Champions adalah target tertinggi yang akan dikejar, pertemuan antarakedua tim di tingkat lokal tetap saja perlu dan penting.

Pertandingan di antara kedua tim tak hanya menjadi ajang unjuk kekayaan dan kebintangan, juga kesempatan memaklumkan prestise dan harga diri. Tidak hanya di antara dua tim dengan akar sejarah sepak bola yang kuat di kompetisi tertua itu. Juga di antara kedua pelatih dan para pemain.
Kehadiran Mourinho dan Guardiola, di samping Antonio Conte (Chelsea) dan Jurgen Kloopp (Liverpool) mengisi deretan pelatih elit, memberi warna tersendiri bagi liga Inggris secara keseluruhan.

Saat mereka bertemu sudah barang tentu menarik lebih banyak atensi dan membuat atmosfer jelang pertandingan semakin meninggi. Tak terkecuali yang sedang terjadi jelang pertemuan antara dua penguasa kota Manchester ini.

Pertemuan Mourinho dan Guardiola bukan pertemuan biasa. Keduanya dikenal dan mendaku sebagai pelatih beken dengan riwayat kesuksesan yang gilang gemilang. Guardiola tercatat enam kali membawa timnya menjadi juara liga dalam tujuh musim sebagai manajer dan secara keseluruhan sudah menuai 12 trofi. Sementara Mourinho telah memenangkan Liga Champions bersama FC Porto dan meraih gelar domestik di tiga negara berbeda san keseluruhan sudah mengoleksi 18 gelar.

Pertemuan kembali di Liga Inggris adalah yang kedua kalinya setelah sebelumnya sama-sama berkarir di La Liga Spanyol. Guardiola yang lebih dulu di Spanyol bersama klub masa kecilnya Barcelona mulai terlibat persaingan dengan Mourinho yang digaet seteru abadinya Real Madrid dari Inter Milan pada musim 2010/2011. Bahkan sejak Barcelona bertemu Inter di semi final Liga Champions setahun sebelumnya, api persaingan di antara mereka sudah mulai membara. Perang urat syarat hingga perang mulut kemudian kerap mewarnai pertemuan mereka yang terhitung berjumlah 16 kali dengan 7 dari antaranya menjadi milik Guardiola.

Mengacu pada latar dan riwayat seperti itu, tak heran muncul spekulasi bahwa pertemuan langsung di antara mereka, pun secara keseluruhan di liga semakin memperpanjang kisah perseteruan yang bisa berujung pada aneka kemungkinan, baik yang bersifat kontrontatif maupun teduh-diplomatis.
Pertandingan ini menjadi semakin panas dengan kehadiran Ibrahimovic. Sosok  tinggi-besar yang diidolai dan mengidolai Mourinho, pernah memiliki kisah buruk bersama Guardiola. Otobiografi I am Zlatan (2014) menjadi tempat curahan hati atas riwayat buruk saat bersama pria plontos itu di Barcelona.

Keduanya pernah berseteru, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan. Kebijakan yang dianggap kontroversial termasuk lebih menganakemaskan Lionel Messi, tak hanya membuat Zlatan sakit hati lantas meninggalkan Nou Camp. Ibra pergi dari Catalonia dengan membawa kesan dan cap buruk pada pelatih asal Spanyol itu. Secara sarkastik, Zlatan menilai mantan pelatihnya itu sesungguhnya bukan seorang manusia.

Dibandingkan Mourinho, Guardiola dianggap jauh lebih buruk. “Mourinho menyalakan ruangan, Guardiola menutup tirai,”demikian analogi Ibrakadabra, julukan Ibrahimovic untuk kedua pelatih itu.
Kini bersama Mourinho, keduanya tak hanya besama sebagai satu tim, tetapi juga sebagai satu sekutu untuk melawan Guardiola. 

Alih-alih memanaskan pertandingan, Guardiola dan Mourinho memilih tenang. Bahkan mereka dianggap telah berdamai sejak pertemuan para manajer Liga Inggris beberapa waktu lalu. Jelang pertandingan keduanya malah saling memuji dan Guardiola tak segan menanti undangan minum segelas anggur dari Mourinho selaku tuan rumah.

"Tentu saja saya akan menerima segelas anggur setelah pertandingan jika dia mengajak saya,"ungkap Guardiola yang sebelumnya melatih Bayern Muenchen dikutip dari BBC.com

"Mereka memiliki manajer yang sangat baik. Mereka selalu memiliki pemain yang sangat baik dan membeli lebih banyak. .. Mereka adalah penantang gelar dan Anda harus menghormati mereka,"timpal Mourinho pada kesempatan berbeda.


Sengit
Terlepas dari aroma persaingan di antara pelatih dan pemain, laga ini tetap menarik dinanti. Kedua tim tampil dengan komposisi para pemain bintang yang harga keseluruhan diperkirakan lebih dari 600 juta poundsterling. Harga kedua tim lebih mahal ketimbang  El Clasico Madrid dan Barcelona pada November 2015 senilai 591 juta poundsterling.

Investasi besar yang dikeluarkan kedua tim sudah terlihat di awal kompetisi. Kedua tim sama-sama menorehkan rekor 100 persen kemenangan di tiga pertandingan awal Liga Primer Inggris, sekaligus melengkapi pencapaian di pertandingan kompetitif bagi masing-masing klub.

Guardiola tercatat sebagai pelatih pertama yang membawa City meraih lima kemenangan di awal musim. Sementara Mourinho menjadi manajer United pertama yang menorehkan kemenangan di empat pertandingan kompetitif awal.

Produktivitas gol kedua klub pun tinggi. Sejauh ini City sudah menjaring sembilan gol, atau tiga gol lebih banyak dari United. Namun demikian dari segi pertahanan, United memiliki rekor kebobolan lebih sedikit yakni sekali saja, berbanding tiga kemasukan ke gawang City.

Dari jumlah gol tersebut ujung tombak masing-masing tim yakni Sergio Aguero dan Ibrahimovic pun sementara ini bercokol di puncak daftar pencetak gol terbanyak Liga Inggris dengan tiga gol. Ibrahimovic berpeluang menambah pundi-pundi gol untuk mengungguli Aguero yang absen tampil karena terkena sanksi larangan bermain karena menyikut pemain West Ham Winston Reid.

Dari catatan statistik tersebut jelas terlihat kelebihan sekaligus kelemahan dari kedua tim. Tanpa Aguero, Guardiola cukup direpotkan meski para pemain lain seperti Kevin de Bruyne, Sterling atau pemain baru Nolito, juga “si bocah ajaib” Kelechi Iheanacho mampu mengambil peran.

Guardiola pun perlu mewaspadai barisan depan United yang kian garang. Ibrahimovic yang jangkung sekaligus predator benar-benar mengancam barisan belajang City. Gol ke gawang Leicester City di Community Shield dan Southampton beberapa waktu lalu menjadi bukti kehebatan Ibra.
Tak hanya Ibra, United masih memiliki Pogba dan Marouane Fellaini yang sangat berbahaya di kotak penalti dan dalam duel-duel udara.


Sejauh ini United sangat gemar memanfaatkan kelebihan para pemain jangkungnya dengan mengrim umpan-umpan lambung ke kotak penalti lawan. Sebanyak 59 peluang tercipta dari permainan terbuka, jauh lebih banyak dari tiga pertandingan terakhir musim lalu yang hanya berjumlah 29.

Bila tak diantisipasi maka United-yang kemungkinan masih mengandalkan permainan yang sama-akan merepotkan armada Guardiola. Kehadiran kiper kawakan Claudio Bravo yang telah berpengalaman bersama Barcelona dan timnas Chile jauh dari cukup untuk mengamankan gawang The Citizen.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 10 September 2016. 

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing

Menulis Terus Sampai Jauh...