Seandainya Rio Haryanto Seperti Max Verstappen

Max Verstappen/Crash.Net

Sebelum seri balapan F1 di Sirkuit de Catalunya, Spanyol digelar, Minggu (15/05/16) dipastikan tak ada yang menduga hasil yang kini terjadi. Dalam bayang-bayang publik seri kelima ini akan menyajikan pertarungan yang sengit, utamanya antara duo Mercedes, Lewis Hamilton dan Nico Rosberg.

Betapa tidak. Di satu pihak Rosberg ingin terus menegaskan dominasinya di musim ini setelah menyapu bersih empat seri sebelumnya. Seakan tak mau kalah dengan rekan setim sekaligus juara bertahan, driver asal Jerman itu begitu digdaya dengan menorehkan hasil sempurna.

Di sisi lain, Hamilton yang meraih pole di seri kelima ini diprediksi akan menggeber tunggangannya semaksimal mungkin demi mengakhiri kedigdayaan rekan setim itu. Sebagai jawara bertahan, pebalap asal Inggris itu tak mau kehilangan muka. Minimal merebut posisi terdepan di Catalunya ini.

Persaingan tersebut sempat terlihat jelas di awal balapan. Walau mengawali balapan di posisi pertama, Rosberg langsung menyalip untuk mendahului Hamilton di tikungan pertama. Di belakang Hamilton, duo Ferrari, Kimi Raikkonen dan Sebastian Vettel menempel ketat.

Namun persaingan tingkat tinggi antara duo Mercedes akhirnya menjadi bumerang. Hamilton tampak terlalu bernafsu untuk menggeser Rosberg. Setelah tikungan kedua Hamilton coba menyalip dari sisi kanan. Pada saat bersamaan Rosberg pun sedikit menggeser mobilnya ke arah yang sama karena ingin mengambil posisi yang bagus untuk berbelok.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Agresivitas Hamilton yang terlihat berlebihan membuat tunggangannya melintir dan menghantam Rosberg di depannya. Tabrakan keras ini tak dapat menyelamatkan keduanya. Mobil mereka terhenti di gravel dalam keadaan rusak.

Kekesalan Hamilton tak banyak berarti. Lemparan setir tunggangannya tak berpengaruh apa-apa. Sementara Rosberg hanya menunduk dan menggeleng-geleng kepala.  Dalam hati sepertinya ia menyesali kecerobohan kompatriotnya yang berakibat fatal. Tak hanya mengakhiri kiprah keduanya di seri tersebut, juga berpengaruh pada poin dan nama baik Mercedes.
Insiden tabrakan duo Mercedes/INDOSPORT.com


Insiden duo Mercedes itu memberi berkah bagi Daniel Ricciardo dan Max Verstappen. Keduanya pun berhak atas posisi terdepan.

Setelah lap 43, posisi Ricciardo melorot drastis. Giliran Verstappen yang menguasai arena. Pebalap asal Belgia itu sukses mempertahankan urutan terdepan dari kejarah Kimi Raikonen hingga garis akhir.

Kesuksesan Verstapenn mencatatkan waktu 1 jam 41 menit dan 40,017 detik menempatkannya sebagai jawara di seri kelima ini. Tak hanya itu, Verstapenn pun mengukir sejarah baru di pentas F1.

Ia menjadi pebalap termuda yang menjuarai F1. Dalam usia 18 tahun, Verstappen memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang Sebastian Vettel yang menjadi juara di usia 21 tahun dan pada seri kelima ini finish di tempat ketiga, didepan Ricciardo dari tim Red Bull Recing dan Valteri Bottas yang membawa bendera tim Williams.

Selain itu, prestasi ciamik Verstappen diukir dalam debutnya bersama Red Bull setelah di empat seri sebelumnya membela tim Toro Rosso. Verstappen yang bertukar tempat dengan Daniil Kvyat ternyata membawa keberuntungan bagi Red Bull. Bersama Verstappen, Red Bull menorehkan hasil impresif, dibandingkan bersama Kvyat yang dua kali menabrak Vettel di GP Rusia sebelumnya.

"Debut yang luar biasa, Max," ungkap bos Red Bull, Christian Horner melalui lewat radio setelah Verstappen melewati garis finis.

Seandainya

Keberhasilan Verstappen itu membuat kita sedikit menghayal: seandainya Rio Haryanto seperti Verstappen. Namun harapan itu bisa saja seperti pungguk merindukan bulan.

Tetap bukan berarti tak ada peluang bagi satu-satunya wakil Asia musim ini untuk mengukir prestasi.
Memang sejauh ini Rio belum mampu menorehkan hasil maksimal di musim pertamanya di ajang jet darat itu. Di seri kelima ini pebalap 23 tahun itu harus puas menempati urutan terakhir.

Sama seperti saat start awal dari urutan buncit, Rio tak mampu memperbaiki posisi. Namun, dibandingkan seri-seri sebelumnya, kali ini Rio terbilang bagus, mampu menorehkan hasil akhir yang lebih baik.

Di seri Rusia, Rio langsung keluar arena sejak putaran pertama dan berakhir dengan kegagalan. Di seri kelima ini Rio berada di urutan ke-17, walaupun sebagai berkah tersingkirnya lima pebalap lainnya.

Seperti seri-seri terdahulu, Rio belum mampu mengungguli rekannya di Tim Manor Racing, Pascal  Wehrlein yang berada satu tingkat di depannya.

Namun, secara keseluruhan pencapaian Rio dan Tim Manor di seri kelima ini terbilang lebih baik dibandingkan pada masa-masa awal. Selain posisi akhir yang lebih baik, selama sesi latihan bebas Rio dan Pascal mampu menorehkan catatan impresif saat melaju di track lurus.  Bahkan beberapa kali kecepatan MH05 yang ditunggangi Rio melebihi kepunyaan Mercedes yang ditunggangi Hamilton. Sayang kecepatan tinggi yang oleh situs F1 disebut ‘supersonik’ itu tak banyak berarti di sesi balapan.

Mudah-mudahan dengan berbagai sentuhan baru dan aneka paket perubahan yang disuntukan Tim Manor, dan masa adaptasi Rio yang semakin banyak, mampu memberikan hasil yang lebih baik di seri berikutnya yang akan dihelat di Srkuit Monte Carlo, Monaco pada 27-29 Mei nanti.

Selamat Verstappen, terus berjuang Rio Haryanto…

Hasil lengkap seri kelima F1 di Sirkuit Catalunya, Spanyol:

Gambar dari @F1



Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 15 Mei 2016.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/seandainya-rio-haryanto-seperti-max-verstappen_57389387927e61e808523d0b

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing