5 Fakta Menarik Usai Badminton Asia Championship 2016

Finalis ganda campuran (gambar@BadmintonUpdates)

Badminton Asia Championships 2016 baru saja usai, Minggu (01/05). Bergulir sejak 26 April lalu di Wuhan Sport Center Gymnasium, turnamen yang telah dimulai sejak 1962 silam telah melahirkan para juara di lima nomor sekaligus menghadirkan lima fakta menarik.

Pertama, Owi/Butet gagal pertahankan gelar.Ganda campuran andalan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi satu-satunya wakil Indonesia di partai final. Pasangan yang karib disapa Owi/Butet juga berstatus juara bertahan.

Namun, gelar yang diraih tahun lalu setelah menumbangkan wakil Hong Kong Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah, 21-16 dan 21-15, harus lepas ke unggulan teratas Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Pertarungan antara kedua pasangan ganda campuran terbaik dunia berjalan alot. Owi/Butet sempat merebut set pertama. Namun Zhang/Zhao berhasil bangkit di dua set berikutnya hingga menutup laga yang berdurasi satu jam lebih itu dengan skor akhir 21-16, 9-21 dan 17-21.

Kemenangan ini sekaligus memperpanjang dominasi Zhang/Zhao atas Owi/Butet. Dalam 18 kali pertemuan Zhang/Zhao menyabet 13 kemenangan. Sementara Owi/Butet terakhir kali mengalahkan andalan Tiongkok itu dua tahun lalu di All England 2014.

Sampai kapan Owi/Butet bertahan dengan rekor buruk ini?

“Turnamen ini sebenarnya tidak masuk dalam target utama kami. Jadi apapun hasilnya tidak akan mempengaruhi persiapan kami menuju Olimpiade. Kami sudah berusaha yang terbaik. Selanjutnya kami akan terus bersiap lagi, latihan lagi,” ungkap Liliyana dikutip dari badmintonindonesia.org sambil mematok target tinggi di BCA Indonesia Open tahun ini.

Kedua, Lee Chong Wei unggul head to head atas Chen Long.Usianya 33 tahun, namun Lee Chong Wei masih bertaji. Lolos hingga partai final, pemain andalan Malaysia itu mampu menumbangkan unggulan teratas dari Tiongkok Chen Long dalam pertarungan rubber game 21-17 16-21 dan .21-13.

Kemenangan yang diraih setelah berjuang selama satu jam dan 22 menit itu sekaligus mengantar mantan pemain nomor satu dunia itu memimpin dalam rekor pertemuan keduanya. Bertemu sebanyak 25 kali, Chong Wei kini memimpin dengan keunggulan satu kemenangan atau 13 kali menang.
Kemenangan terakhir Chong Wei atas Chen Long terjadi di ajang India Open 2014 lalu. Saat itu, Chong Wei masih berstatus pemain rangking satu dunia. 
Chong Wei dan Chen Long (gambar@badmintonupdates)


Kini dengan kemampuan yang ada, bukan tidak mungkin Chong Wei siap mengkudeta Chen Long di puncak rangking BWF.

Selain itu, kemenangan Chong Wei sekaligus memutus rantai dominasi Tiongkok di sektor ini sejak 2009. Sejak masa Bao Chunlai hingga Lin Dan tahun lalu, gelar tunggal putra menjadi milik Tiongkok.

Ketiga, Li Xuerui tumbang.Sebagai unggulan pertama, Li gagal naik ke podium utama. Menghadapi rekan senegara Wang Yihan, tunggal rangking tiga dunia itu kalah 21-14 13-21 dan 21-16 dalam waktu satu jam.

Kekalahan ini membuat Yang Yihan menjauh dalam rekor head to head.Sebelumnya sempat berbeda satu kemenangan, kini Wang sukses mengantongi 10 kemenangan dalam 18 pertemuan mereka, sekaligus mempertahankan kemenangan dalam pertemuan terakhir di Chinese Taipei Open tahun lalu.

Keempat,  Ayaka/Misaki kubur rekan setim ke Olimpiade Rio Janeiro 2016.Ganda putri nomor satu runia Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo kelur sebagai juara setelah menggulung rekan senegara Naoko Fukuman/Kurumi Yonao straight set 21-13 dan 21-15.

Pertandingan final ini sepertinya menjadi antiklimaks bagi kedua pasangan. Pasalnya mereka harus melewatkan laga sengit lebih dari 161 menit untuk menggenggam tiket final.

Bahkan kesuksesan Fukuman/Yonao mengandaskan andalan Indonesia Greysia Polii/Nitya K.Maheswari di semifinal sekaligus memecahkan rekor pertandingan terlama. Kedua pasangan berjuang habis-habisan selama dua jam dan 41 menit dengan skor akhir 13-21 21-19 dan 24-22 untuk kemenangan wakil negeri Sakura itu.

Sayang, penampilan gemilang Naoko/Kurumi di semifinal gagal berlanjut di partai final. Kegagalan mereka di final sekaligus menutup peluang mereka tampil di Olimpiade Rio. Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa dua pasangan Jepang ini tampil profesional, sekaligus menepis dugaan adanya kemungkinan ‘bermain sabun’ demi meloloskan Naoko/Kurumi ke Brasil Agustus nanti.

Terlepas dari laga kedua pasangan, kemenangan Misaki/Ayaka sekaligus mengakhiri rantai juara Tiongkok di sektor ini yang sudah bertahan sejak tahun 2006 melalui Yu Yang/Du Jing hingga Ma Jin/Tang Yuanting tahun lalu.
Greysia/NItya dan Fukuman/Yonao (@BadmintonUpdates)


Kelima, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong pertahankan gelar.Ganda putra terbaik dunia tersebut berhasil mempertahankan gelar juara yang direbut tahun lalu setelah menumbangkan ‘kuda hitam’ dari Tiongkok Li Junhui/Liu Yuchen. Walau pasangan juara bertahan mampu memenangkan pertandingan dua set langsung, namun laga tersebut diraih setelah melewatkan delaman kali matchpoint sebelum berakhir dengan skor 21-14 dan 28-26.

Ini sekaligus menjadi kemenangan pertama Lee/Yoo atas pasangan nomor 14 dunia itu. Dengan demikian seperti tahun lalu, kali ini Tiongkok tetap dominan dengan membawa dua gelar juara.
Seperti Indonesia, Thailand pun gagal mempertahankan rekor positif. Wakil semata wayang Indonesis, sekaligus juara bertahan,Owi/Butet kandas di final. Sementara tunggal nomor satu dunia Ratchanok Intanon harus rela melepaskan gelar tunggal putri kepada Wang Yihan.

Berikut hasil pertandingan final selengkapnya (gambar dari @BadmintonUpdates)


Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 1 Mei 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing