Tanpa Nitya dan Lindaweni, Seberapa Kuat Tim Uber Indonesia?

Nitya Maheswari (depan)/gambar badmintonindonesia.org



Pertanyaan di atas sengaja dilayangkan setelah mengetahui kondisi terkini skuad Tim Uber Indonesia yang akan tampil di putaran final kejuaraan dua tahunan itu di Kunshan, Tiongkok, pada 15-22 Mei 2016.

Di tengah kondisi tim yang angin-anginan, absennya sang kapten Nitya Krishinda Maheswari dan dicoretnya Lindaweni menambah berat perjuangan Indonesia.

Duet Nitya dan Greysia Polii merupakan andalan di sektor ganda sekaligus harapan untuk mendulang poin. Sebagai satu-satunya wakil dengan rangking terbaik, kehadiran mereka memberikan semangat bagi para pemain lainnya. Pasangan nomor dua dunia itu ibaratnya ujung tombak, pelindung sekaligus penyelamat kita.

“Nitya mengalami sedikit cedera pada lututnya setelah bermain di long match melawan pasangan Jepang, Naoko Fukuman/Kurumi Yanao, di semifinal BAC. Lututnya agak bengkak, jadi disarankan untuk beristirahat dan memulihkan kondisi,” ungkap Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI yang juga Manajer Tim Piala Thomas dan Uber 2016.

Nitya merupakan tandem terbaik Greysia Polii. Daya jelajahnya yang tinggi, serta kemampuan bertahan yang baik, membuatnya sangat diandalkan Greysia yang dominan dengan kekuatan smashnya. Nitya juga antithesis temperamen Greysia yang meledak-ledak. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana Greysia tanpa Nitya nanti.

Namun, kondisi Greysia yang mengalami cedera sama sekali tak bisa dipaksakan. Menggantikan tandem adalah pilihan terbaik. Walau untuk itu kita sedikit berjudi karena belum mengetahui kemampuan pasangan baru. Kekompakan mereka pun belum teruji. Rentang waktu persiapan yang sangat singkat sama sekali tak cukup untuk menyatukan mereka.

Ketiadaan Nitya membuat Greysia mendapat beban ganda. Selain harus beradaptasi dengan pasangan baru, ia juga memiliki tanggung jawab untuk membimbingnya. Apalagi pasangan baru Greysia notabene masih ‘hijau’ baik dari segi pengalaman, jam terbang maupun kematangan.

Selain itu, Greysia akan berperan sebagai pemimpin bagi rekan-rekannya. Belum bisa ditebak seperti apa kemampuan motivasional dan kepemimpinan Greysia. Namun dari segi usia dan pengalaman, pebulutangkis 28 tahun itu bisa diandalkan. Tak hanya untuk membimbing tandem baru, juga rekan-rekannya yang sebagian besar jauh lebih muda.

Berdasarkan penuturan Rexy Mainaki, posisi yang ditinggalkan Nitya akan diisi pemain muda Tiara Rosalia Nuraidah. Pemain asal Garut, Jawa Barat ini baru berusia 22 tahun. Pengalaman di level senior dan ajang bergengsi benar-benar belum teruji.

Namun, ia memiliki modal kemampuan yang baik. Tahun 2011, ia meraih medali emas Kejuaraan Asia Junior. Dua tahun berikutnya meraih perunggu di Kejuaraan Asia.

Selain itu, menurut Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto, Tiara merupakan sosok yang tepat untuk mengisi kekosongan di tengah situasi darurat seperti ini. Dalam kondisi seperti ini tak cukup waktu untuk memilah dan memilih, sehingga pemain yang memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk siap tempurlah yang dipilih.

"Kami memilih Tiara karena dia adalah pemain yang siap dipasangkan dengan siapa saja. Tiara juga siap tempur dalam turnamen final Piala Uber karena dia juga sering mengikuti turnamen-turnamen internasional dan berlatih bersama pemain lain," ungkap Achmad Budiharto dikutip dari INDOSPORT.com.

Dengan sisa waktu yang ada, Tiara akan berjuang untuk menyatu dengan Greysia. Ditambah modal kemampuan serba bisa, diharapkan Tiara mampu mengisi ruang yang sebelumnya ditempati sang senior.

"Saya bangga sekaligus terkejut saat ditunjuk masuk dalam tim Uber. Saya berusaha bermain sebaik mungkin karena telah dipercaya tim," tandas dara kelahiran 27 Juni itu.
Tiara/gambar dari INDOSPORT.com


Seberapa kuat?

Tak hanya tanpa Nitya, kontingen Indonesia juga tak diperkuat tunggal terbaik Lindaweni Fanetri. Seperti ganda putra Rian Agung Saputro/Berry Angriawan, performa tunggal 26 tahun itu selama kualifikasi Piala Thomas dan Uber di India awal tahun ini tak memuaskan.

“Kami dan tim pelatih telah melakukan analisa penampilan Rian/Berry dan Linda selama kualifikasi (Piala Thomas dan Uber) kemarin dan menurut kami penampilannya sangat kurang. Sehingga kami putuskan untuk mengganti mereka,” ujar Rexy  Mainaky.

Sepertinya keputusan PBSI mendepak pebulutangkis rangking 22 dunia itu menemui pembenaran lanjutan di sejumlah turnamen belakangan ini. Seperti tunggal putri lainnya, Lindaweni sama sekali tak bisa berbicara banyak. Mereka selalu kandas di babak-babak awal di semua turnamen internasional tahun ini.

Absennya Lindaweni membuat formula sektor tunggal pun sebagian besar mengandalkan para pemain muda. Selain Maria Febe Kusumastuti yang kini berusia 26 tahun, selebihnya adalah pemain muda. Selain Gregoria Mariska Tunjung (16 tahun) yang menggantikan slot Lindaweni, Tim Uber menaruh kepercayaan pada Hanna Ramadini (21 tahun), dan Fitriani (19 tahun).

Pertanyaan kini, seberapa kuat tim Uber Indonesia?

Di putaran final, tim Uber Indonesia bergabung di grup C bersama Thailand, Hongkong dan Bulgaria. Di atas kertas Thailand menjadi lawan tangguh. Peluang Indonesia untuk menjadi juara grup demi menghindari lawan sulit di babak perempat final hampir mustahil.

Di sektor tunggal, kekuatan Thailand sulit ditandingi. Negeri Gajah Putih memiliki pemain nomor satu dunia, Ratchanok Intanon. Selain itu, mereka memiliki dua tunggal lainnya yang kini berada di rangking 20 dunia yakni Porntip Buranaprasertsuk (rangking 16) serta Busanan Ongbamrungphan.

Di sektor ganda pun tampaknya setali tiga uang. Absennya Nitya, membuat Indonesia tak lagi memiliki andalan. Rangking dunia dua ganda lainnya yakni Ni Ketut Mahadewi Istarani/Anggia Shitta Awanda (rangking 26 dunia) dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari (rangking 28 dunia)  masih di belakang dua ganda terbaik Thailand yakni Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai (rangking 17) dan Jongolphan Kittharakul/Rawinda Prajongjai (rangking 20 dunia).
Lindaweni Fanetri/gambar INDOSPORT.com


Bila ingin lolos ke babak knock out tak ada pilihan lain bagi Indonesia selain menjadi runner up. Namu, dua lawan lainnya, Bulgaria dan Hong Kong tak bisa dianggap remeh. Negara yang disebutkan terakhir itu memiliki Poon Lok Yan/Rse Ying Suet yang kini berada di rangking 23 dunia. Selebihnya, tingkat kesiapan baik fisik maupun mental akan menentukan.

Harapan kepada Tim Piala Uber kali ini pun tak bisa digantungkan terlalu tinggi. Pengalaman babak kualifikasi menunjukkan seberapa kuat Tim Uber Indonesia saat ini. Saat itu, Indonesia lolos fase grup sebagai runner up, dengan modal satu kemenangan atas tim lemah Maladewa dan kalah dari Korea Selatan. Di babak perempat final Merah Putih bertekuk lutut di hadapan Tiongkok 0-3.

Apakah pada putaran final kali ini Tim Uber akan mampu menyaingi torehan babak kualifikasi atau melampauinya hingga menginjak babak semi final seperti di Kuala Lumpur tahun 2010 lalu?

Bagi saya, dengan kekuatan yang ada, terutama dominasi para srikandi muda, lolos fase grup saja sudah menjadi prestasi tersendiri. Jika tidak, putaran final Piala Uber kali ini sudah menjadi momentum yang pas untuk reformasi sektor putri dengan memberikan peran yang lebih bagi para pemain muda.

Absennya Nitya dan Lindaweni adalah ‘berkat terselubung’ (blessing in disguise) bagi para pemain muda khususnya dan sektor putri yang selama ini menjadi sasaran kritik umumnya.

Selamat berjuang Tim Uber Indonesia….

N.B

Tim uber Indonesia: Maria Febe Kusumastuti, Hanna Ramadini, Fitriani, Gregoria Mariska di sektor tunggal putri. Sementara sektor ganda: Greysia Polii/Tiara Rosalia Nuraidah, Ni Ketut Mahadewi Istarani/Anggia Shitta Awanda dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari.

Jadwal siaran langsung Thomas-Uber Kompas TV 15-22 Mei 2016 :

Minggu, 15 Mei 2016 jam 18.00 WIB
Thomas Cup Grup B : Indonesia vs Hong Kong

Senin, 16 Mei 2016 jam 12.00 WIB
Uber Cup Grup C : Indonesia vs Hong Kong

Selasa, 17 Mei 2016 jam 18.00 WIB
Thomas Cup Grup B : Indonesia vs Thailand

Rabu, 18 Mei 2016 jam 12.00 WIB
Thomas Cup Grup B : Indonesia vs India

Jadwal Kamis, 19 Mei 2016 (QF) dan Jumat, 20 Mei 2016 (SF) masih menunggu dari hasil penyisihan grup.

Selain Kompas TV, kita dapat mengikuti siarannya di FoxSport , CCTV5 ,TrueSport7. 

Tulisan ini sekaligus kado Ulang Tahun PBSI ke-66.......Bravo!!!

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 5 Mei 2016.


Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing