Persipura, Papua dan Freeport


 Chappy Hakim secara simbolis menyerahan bonus kepada Persipura Jayapura/@IDFreeport


Di sana pulauku yang kupuja s’lalu
Tanah Papua pulau indah
Hutan dan lautmu
yang membisu s’lalu
Cendrawasih burung emas
Gunung-gunung lembah-lenbah yang penuh misteri
Kan kupuja s’lalu
Keindahan alamu yang mempesona
Sungaimu yang deras mengalirkan emas
Syo Ya Tuhan trima kasih

Persipura Jayapura dan Papua adalah satu. Sebagai sebuah klub sepak bola, Persipura telah menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Papua. Tim berjuluk “Mutiara Hitam” itu telah memberikan rasa bangga karena prestasi yang telah diraih baik di tingkat domestik maupun internasional.

Teranyar, di bawah asuhan pelatih Brasil, Angel Alfredo Vera, tim merah-hitam itu tampil sebagai juara di turnamen pengisi kekosongan kompetisi dalam negeri, Torabika Soccer Championship (TSC) A yang belum lama usai. Hanya menelan enam kekalahan dan delapan kali imbang dalam 34 laga, Boaz Solossa dan kolega berhak atas 68 poin, unggul empat angka dari pesaing terdekat, Arema Cronus.

Di laga pamungkas yang dihelat di Stadion Mandala, Jayapura, Persipura melibas PSM Makassar 4-2. Minggu, 18 Desember itu menjadi hari bahagia bagi rayat Papua. Tim kebanggaannya tampil sebagai jawara. Euforia dan sukacita pun meledak di kandang. Meski berstatus tak resmi, jalan panjang penuh berjuangan bersaing dengan tim-tim terbaik dari seantero nusantara tetap menaikkan gengsi kompetisi tersebut. 

Rakyat Papua tak kurang rasa bangganya pada tim kesayangan yang telah menjadi salah satu klub besar di tanah air. Empat kali merajai liga dalam negeri yang diukir terakhir kali pada 2013, serta menjadi semi finalis kompetisi Asian Football Confederation (AFC) di 2014 adalah bukti. Selain itu, Persipura tak pernah habis mencetak para pemain berbakat yang kemudian menjadi tulang punggung klub-klub lain dan langganan tim nasional Indonesia. Boaz Solossa adalah salah satu anak emas Persipura yang belum juga habis daya magisnya di tim Garuda. 

 Para pemain Persipura merayakan juara TSC A 2016 dan berhak atas hadiah Rp3 Miliar/@Harian_Papua
Setelah Boaz siap tampil banyak pemain muda seperti Yohanes Pahabol yang sukses mengambil peran saat sang kapten harus berjibaku membela “Merah-Putih” di Piala AFF yang berakhir tak lama setelah TSC A. Di samping itu ada Rudolof Yanto Basna, bek berusia 21 tahun. Meski tak berseragam Persipura, pemain yang terdaftar di skuad Persib Bandung itu turut mengharumkan nama Papua di timnas Indonesia.

Dengan bakat-bakat luar biasa yang datang dan pergi tanpa henti itu, rakyat Papua memiliki cukup alasan untuk menjadikan sepak bola sebagai kendaraan menuju puncak kegembiraan. Sepak bola adalah alat pemersatu untuk merayakan sebagian dari kekayaan Papua seperti tertuang dalam bait-bait “Tanah Papua” yang diciptakan dan dipopulerkan oleh grup musik Trio Ambisi di atas.

Persipura dengan prestasinya itu menjadi harta kepunyaan rakyat Papua yang setiap saat menghadirkan rasa bangga. Bahkan, Ketua Umum Persipura Benhur Tomi Mano, bersaksi bahwa Persipura sudah seperti agama kedua di Papua. “Persipura main hari Minggu pendeta bisa tunda (kebaktian), apalagi shalat Jumad bisa dimajukan.”

Pernyataan Benhur itu disampaian dalam gala dinner pemberian bonus dari PT Freeport Indonesia atas prestasi juara TSC A. Bertempat di salah satu hotel berbintang di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (6/01) kemarin, mewakili perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Chappy Hakim, secara simbolis menyerahkan bonus Rp 1 Miliar kepada Persipura.

Di hadapan jajaran manajemen, pelatih dan para pemain, Kepala Staf TNI Angkatan Udara 2002-2005 itu menyampaikan rasa bangga atas prestasi tersebut. Sosok yang mengaku gemar sepak bola sejak kecil dan selalu mengikuti sepak terjang Persipura dari masa ke masa itu dengan penuh semangat memuji prestasi Persipura.

Menurut pria kelahiran Yogyakarta 17 Desember 1947, dengan amunisi berbakat Persipura pantas berprestasi lebih. Tidak hanya “jago” di kandang , juga bisa berbicara banyak di mancanegara.

Namun bakat dan potensi tersebut tidak akan menyata bila tidak didukung oleh finansial yang memadai. Sudah bukan rahasia lagi fulus memainkan peran penting untuk membesarkan klub dan memanen prestasi.
Selama penyelenggaraan TSC, menurut Bento Madubun selaku media officer, Persipura menghabiskan tak kurang dari Rp26 miliar. Angka tersebut dipastikan meningkat untuk kebutuhan kompetisi resmi yang rencanannya akan bergulir pada pekan ketiga di bulan Maret mendatang. Dan jumlah tersebut akan bertambah lagi bila ada agenda turnamen internasional nanti mengingat tidak ada alasan lagi bagi Indonesia untuk tida kembali terlibat dalam pergaulan internasional setelah masa sanksi setahun berakhir.

Pada titik ini peran penting sponsor tak bisa ditampik. Sebagai perusahaan tambang yang sudah bertahun-tahun mengelola harta kekayaan dari tanah Papua dengan keuntungan miliaran dolar Amerika, support dari PT Freeport bukan lagi sesuatu yang dinanti, tetapi mutlak diperlukan.

Meski telah menyisihkan sedikit keuntungannya untuk masyarakat Papua, tidak akan merugi bila Freeport meningkatkan kontribusinya pada Persipura. Mendukung “agama” kedua itu adalah juga bentuk lain mendukung rakyat Papua sekaligus sedikit meredam suara-suara minor terhadap keberadaan perusahaan raksasa itu serta status Otonomi Khusus yang oleh Tomi Mano dinilai amburadul. 

Menurut Tomi Mano Persipura berdiri di atas kebhinekaan masyarakat Papua. Skuad yang ada diperkuat oleh pemain-pemain terbaik dari kabupaten-kabupaten, kecamatan-kecamatan hingga suku-suku di Papua. Persipura tak ubahnya Papua mini. Salah satu dari antaranya berasal dari suku Damar, salah satu yang empunya wilayah yang kini diduduki Frepoort.

Pada kesempatan itu Chappy berjanji. “Kami sangat berharap dan mempunyai niat yang sangat besar untu membantu semaksimal yang bisa dikerjaan agar  Persipura bisa (terus) berjaya.”

Tomi Mano pun langsung menagih janji pada saat itu juga. Saat ini tim-tim sedang mempersiapan amunisi dan jendela transfer Indonesia sedang terbuka. Seperti klub-klub lain, Persipura pun sedang menyiapkan diri untu menentukan komposisi pelatih dan pemain. 

Beberapa hari ke depan adalah masa penantian bagi para pemain dan staf pelatih Persipura akan kepastian nasib mereka. Peluang untuk tetap bertahan atau angkat kaki sama besar. Demikian juga menjadi masa Adventus bagi Persipura akan kehadiran para sponsor terutama Freeport.

Di hadapan sang presiden, Tomi Mano berjanji akan melepas semua sponsor dan memindahkan Freeport yang selama TSC hanya tergurat kecil di bagian belakang jersey merah-hitam itu. 

“Kalau boleh lebih cepat dan kalau boleh malam ini. Rp20 miliar kah?”tantang Tomi disambut tepuk tangan seisi ruangan.

Entah apa yang akan terjadi nanti, bisa dipastikan Tomi bersungguh-sungguh dengan ucapan itu. Baru kali ini Freeport memberi bonus terhadap Persipura yang telah lama membanggakan rakyat Papua. Benar kata Tomi, bonus tersebut sangat kecil nilainya bagi Persipura, dan tiada artinya untuk ukuran sebuah perusahaan tambang yang memanen keuntungan luar biasa.

Bila Freeport ingin mengambil hati, meski tak bisa menggantikan posisi Persipura di hati rakyat Papua, inilah momentum itu. Seperti kata Bento Madubun, bagi para pemain Persipura lebih dari sebuah klub sepak bola. Itu adalah sebuah keluarga.

“Persipura adalah keluarga yang menjadi tumpuan harkat dan martabat seluruh rakyat Papua, sebuah keluarga yang menjadi asa untuk dihargai oleh seluruh rakyat Indonesia mealui sepakbola dan prestasi.”
Freeport masih punya peluang mendeat. Setidanya memberi jejak positif, agar kelak ia tidak hanya dikenal sebagai penampung “sungai yang mengalirkan emas”, tetapi juga bagian dari sejarah dan prestasi Mutiara Hitam.

Bravo Persipura!
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 7 Desember 2017.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing