Ahsan/Rian Makin Padu dan Peluang Gelar di Hong Kong Open 2016
Ahsan/Rian/badmintonindonesia.org
Judul di atas tampak tidak terlalu berlebihan. Menginjakkan kaki di babak semi final Hong Kong Open Super Series 2016 adalah pencapaian gemilang untuk ukuran pasangan baru. Meski secara invidual sudah cukup teruji, sungguh tidak mudah “meleburkan” dua orang yang berbeda untuk seiring sejalan dalam satu tarikan perjuangan. Apalagi bila dua pribadi itu memiliki riwayat prestasi berbeda dan usia yang sedikit berjarak.
Hong Kong Open adalah batu ujian kedua bagi Mohammad Ahsan
dan Rian Agung Saputro setelah debut pertama mereka di Denmark Open Super
Series Premier pekan lalu. Setelah “bercerai” dari Hendra Setiawan usai Kore
Open Super Series pada awal Oktober lalu, Ahsan dianggap masih memiliki masa
depan. Pria 29 tahun itu akhirnya diikhtiarkan untuk mendampingi dan memacu
Rian yang tiga tahun lebih muda sama seperti yang dilakukan Hendra Setiawan
kepadanya.
Setelah gagal di percobaan pertama, hasil berbeda ditorehkan
di turnamen mereka yang kedua. Bila di Denmark Open, keduanya bernasib sama
seperti pasangan baru beda generasi yakni Hendra Setiawan/Berry Angriawan juga the rising star Marcus Fernaldi
Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Ahsan/Rian sukses melaju hingga empat besar.
Salah satu noktah dalam perjalanan yang tak mudah ini
dikukir di perempatfinal. Seakan menepis segala risau akan pasangan yang baru
terbentuk, keduanya sudah menunjukkan diri layak diperhitungkan. Unggulan
pertama yang juga berada di rangking satu dunia dari Malaysia, Goh V Shem/Tan
Wee Kiong harus bersimpuh di hadapan keduanya yang kini bertengger di peringkat
333 dunia.
Ahsan/Rian lebih dulu unggul di set pertama, sebelum situasi
berbeda terjadi di game kedua. Namun keduanya mampu membalikan kondisi di game
penentu. Pertarungan selama 48 menit itu berakhir dengan skor 21-11, 17-21 dan
21-17 untuk Ahsan/Rian.
Di game pertama Ahsan/Rian benar-benar tampil bebas, tanpa
beban. Mereka sadar lawan yang dihadapi jauh lebih kompak dan lebih lama
ditempa dalam tanur kompetisi sebagai satu pasangan. Tetapi pengalaman Ahsan yang
segudang termasuk pula pernah mengalahkan pasangan Negeri Jiran itu cukup
berperan untuk menjadi katalisator bagi Rian.
Semasa berpasangan dengan Berry Angriawan, keduanya
sama-sama ketiadaan pegangan karena tidak bisa saling memberi dukungan apalagi
kontribusi lebih untuk menutupi banyak kekurangan. Sementara bersama Ahsan,
Rian tidak hanya mendapatkan pengalaman yang lebih juga sumbangsih skill dan
teknik yang mumpuni. Serangan dan agresivitas Ahsan belum juga memudar. Dan rupanya
sejak awal ia dan Rian kompak menggempur Goh/Tan tanpa ampun.
Namun di game kedua tantangan yang hampir selalu membayangi
setiap pemain datang juga. Bahkan angin tantangan itu menerpa jauh lebih keras.
Konsistensi untuk menjaga irama permainan. Kestabilan untuk tetap berada dalam ritme
pertandingan yang telah diawali dengan baik.
Di sini Goh/Tan menunjukkan diri lebih matang sebagai satu
pasangan. Keduanya balik menekan baik dengan menyerang secara total, maupun
bertahan secara apik. Justru bumerang ketidakstabilan Ahsan/Rian itu menyata di
antaranya dalam sejumlah kesalahan yang tidak perlu.
“Game kedua kami kalah karena saat mau membalikkan permainan
seperti game pertama, rasanya belum enak. Tapi game ketiga saya mulai berpikir,
gimana main individu saya dulu aja. Yang penting masuk dulu,” aku Rian dikutip
dari badmintonindonesia.org.
Dalam kedudukan seimbang alias sama kuat tekanan akan jauh
lebih kuat. Bila Hendra/Rian tetap berpegang pada prinsip awal, bermain nothing to loose, maka sudah pasti
Goh/Tan akan lebih tertekan. Keduanya pasti membatin: sebagai unggulan pertama,
apalagi berjumpa dengan pasangan baru yang masih labil, maka kemenangan adalah
harga mati.
Namun di sini Ahsan/Rian sukses memaksimalkan prinsip awal
tersebut sebagai api spirit yang membakar semangat. Keduanya membawa diri
kembali ke situasi awal pertandingan. Sempat ketat di awal, Ahsan/Rian berhasil
meninggalkan Goh/Tan untuk mengunci kemenangan.
Setelah kemenangan besar ini, Ahsan/Rian akan dihadapkan
dengan tantangan yang lebih besar di semi final. Meski secara peringkat berada
di belakang Goh/Tan, pengalaman Mathias Boe/Carsten Mogensen jauh lebih banyak.
Ditambah lagi pertemuan tersebut terjadi menjelang anak tangga terakhir. Bila
dalam turnamen sepak bola peringkat tiga dan empat masih disebut, tidak
demikian dengan turnamen bulu tangkis seperti ini. Yang dikejar adalah partai
puncak, dan yang dituju adalah gelar juara.
Tentu, Ahsan/Rian tidak ingin langkah bagus ini terhenti
begitu saja. Mengalahkan unggulan pertama bukanlah tujuan sesungguhnya. Klimaks
sesungguhnya adalah partai final. Dan itu bisa terjadi bila keduanya mampu
melewati hadangan Boe/Mogensen yang diunggulkan di tempat keempat.
Tidak banyak yang diharapkan Ahsan/Rian untuk melewati
hadangan tersebut selain menjaga semangat positif yang sudah mulai bersemi. Sekali
lagi, pengalaman dan kematangan keduanya jelas kalah jauh dari Boe/Mogensen.
Namun Ahsan dengan segala kelebihannya, termasuk pengalaman berhadapan dengan
pasangan Denmark itu bisa menudungi Rian. Bersama, dalam semangat perjuangan
tanpa beban, menggempur lawan.
Seperti kata Ahsan, kunci yang mereka bawa adalah bersiap
diri untuk menikmati pertandingan. Menjalani laga itu dengan memberikan ruang
lapang bagi berkaryanya roh kemerdekaan. Bukan rasa beban karena menjadi
harapan semata wayang di sektor tersebut, apalagi rasa gentar.
“Buat besok enjoy aja. Nggak usah mikirin yang berlebihan.
Karena kami juga kan masih baru. Kami nggak terlalu mikirin menang kalah.
Memang ingin menang, tapi kalau terus dipikirin nanti malah nggak keluar
permainan kami. Main sepert hari ini aja,” ungkap Ahsan.
Peluang gelar ganda
campuran
Selain Ahsan/Rian, Indonesia juga meloloskan dua wakil
lainnya di sektor ganda campuran. Keduanya adalah jagoan Merah Putih di sektor
ini yakni Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto.
Sebenarnya masih ada satu wakil lagi di sektor tunggal putra yakni Sony Dwi
Kuncoro. Namun tunggal senior itu tak berdaya di hadapan wakil tuan rumah Hu
Yun yang melibasnya straight set,
20-22 dan 12-21.
Owi/Butet, sapaan Tontowi /Liliyana melangkah ke semifinal
dengan mudah. Unggulan tujuh itu hanya butuh waktu 27 menit untuk menumbangkan Liu Cheng/Li Yihui asal Tiongkok dengan skor 21-13
dan 21-14.
Kemenangan mudah ini menjadi berkah tersendiri bagi Liliyana
yang sedang dalam kondisi tak bugar. Ia mengalami masalah pada lututnya sejak di
China Open pekan lalu. Di empat besar keduanya kembali bertemu wakil tuan rumah
Tang Chun Man/Tse Ying Suet. Keduanya belum pernah bertemu, dan secara rangking
berada jauh di belakang Owi/Butet.
“Buat besok ya sama aja dengan hari ini. Main sebaik
mungkin, semaksimal mungkin. Tidak ada beban target, kami hanya berusaha yang
terbaik aja,” tandas Liliyana.
Praveen/Debby/badmintonindonesia.org
Sebelum itu, Praveen Jordan/Debby Susanto lebih dulu
menggenggam tiket semi final setelah “membunuh” harapan tuan rumah lainnya, Lee
Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah. Berbeda dengan Owi/Butet, juara All England
2016 itu harus berjuang keras selama tiga game sebelum mengakhiri pertandingan
dengan skor 17-21, 22-20 dan 21-14.
Di babak semi final, Praveen/Debby akan menantang wakil
Korea Selatan Choi Solgyu/Chae Yoo Jung. Pertandingan ini akan menjadi ajang
balas dendam bagi Praveen/Debby yang dijegal di babak perempatfinal China Open
pekan lalu. Pada pertandingan yang merupakan pertemuan pertama mereka itu,
Praveen/Debby menyerah 15-21 dan 13-21.
“Kemarin kami kalah karena kurang maksimal. Tapi dari
pertemuan itu kami semakin mengerti bagaimana tipe permainan mereka. Buat besok
kami tinggal berdiskusi lagi pola permainan apa yang paling sesuai untuk lawan
mereka,” ungkap Praveen.
Seperti kata Praveen itu kekalahan itu sekiranya memberikan
pelajaran berharga bagi keduanya. Bila sukses dalam proses pembelajaran itu
maka jalan menuju podium juara akan terbuka lebar. Pasalnya keduanya merupakan
pasangan yang berada di daftar unggulan teratas, setelah unggulan pertama lebih
dulu kandas di babak sebelumnya.
Bila Owi/Butet pun lolos dari hadangan di empat besar dan
tetap masuk hitungan, Indonesia bisa pulang setidaknya dengan satu gelar.
Semoga.
N.B
Jadwal semifinal #HongkongSS, Sabtu 26 November, Live @KompasTV mulai Pukul17.30 WIB:
Gambar dari @BadmintonTalk
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana 26/11/2016.
Comments
Post a Comment