Akankah Paceklik Gelar Indonesia Berakhir di China Open SSP 2016?

Praveen/Debby

Prestasi para pebulutangkis Indonesia di ajang super series sepanjang tahun ini jauh dari kata konsisten. Setidaknya demikian kesimpulan sementara berkaca pada hasil di delapan turnamen dengan Olimpiade Rio2016 sebagai sumbu.

Pada empat turnamen super series di awal tahun hingga sebelum Olimpiade Rio, Indonesia setidaknya masih bisa membawa pulang setidaknya masing-masing satu gelar dari Singapore Open, Malaysia Open, India Open dan All England.

Namun saat turnamen super series dihelat di tanah air, prestasi Indonesia menukik tajam. Alih-alih mendapat satu gelar, Merah Putih tanpa satu wakil pun di partai final. Miris!

Setelah membawa pulang satu gelar dari Olimpiade Rio, masa-masa surah kembali meliputi bulu tangkis Indonesia. Dalam empat turnamen super series setelah itu, berturut-turut di Jepang, Korea Selatan, Denmark dan Prancis, Indonesia gagal meraih satu trofi. Bahkan seakan terperangkap pada kegagalan berantai, di empat turnamen tersebut tak satu pun wakil Indonesia di partai pamungkas. Menyakitkan!

Setelah empat kegagalan itu, kini kesempatan datang lagi. Turnamen level super series premier akan dihelat di Haixia Olympic Sports Center, Fuzhou, Tiongkok sejak Selasa (15/11) hingga Minggu (20/11) nanti.

Catatan kurang mengesankan terpatri dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di China Open dalam tiga tahun terakhir. Sejak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merebut gelar ganda campuran pada 2013, Merah Putih tak lagi berjaya.

Edisi tahun lalu, pencapaian tertinggi wakil Indonesia adalah babak perempatfinal oleh satu-satunya utusan yakni Praveen Jordan/Debby Susanto. Juara All England 2016 itu dihentikan unggulan teratas yang kemudian menjadi jawara Zhan Nan/Zhao Yunlei dalam pertarungan tiga set, 19-21 21-13 21-16.

Meski demikian secara keseluruhan, sejak awal mula perhelatan, Indonesia total sudah meraih 15 gelar (5 gelar dari tunggal putra, 6 gelar ganda putra, 1 gelar ganda putri dan 3 gelar ganda campuran). Indonesia berada di belakang tuan rumah dalam daftar pengumpul gelar terbanyak.

Peluang
Pertanyaan, apakah Indonesia sudah bisa “move on” dari prahara bertubi-tubi itu? Dengan kata lain, apakah Tiongkok bakal menjadi perhentian terakhir Indonesia menjalani masa puasa selama empat turnamen terakhir?

Seperti negara-negara lain, Indonesia pun menurunkan kekuatan terbaik.  Di sektor ganda campuran siap tampil jawara Olimpiade Rio 2016 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Praveen Jordan/Debby Susanto dan Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti.

Tontowi/Liliyana dan Pravenn/Debby tak perlu mengeluarkan keringat di babak pertama. Keduanya langsung tampil di babak kedua karena mendapat bye. Berbeda dengan Ronald/Melati yang harus meladeni wakil Taiwan Yang Lee/Hsu Ya Ching. 

Pada babak kedua Owi/Butet, sapaan Tontowi/Liliyana akan menghadapi pemenang antara
wakil Jepang Kenta Kazuno/Ayane Kurihara, dan Lin Chia yu/Wu Ti Jung dari Taiwan. Di atas kertas, Owi/Butet masih diunggulkan dari dua calon lawan tersebut.

“Kami harus waspada dari awal. Siapapun lawannya nggak bisa lengah lagi. Walaupun bisa dibilang persiapan kami sebenarnya belum terlalu maksimal. Latihan fokus mungkin hanya dua mingguan aja. Tapi kami tetap berusaha dan optimis. Sejak menang Olimpiade Rio 2016 kemarin, kami lebih percaya diri,” tandas Liliyana dikutip dari badmintonindonesia.org.

Sementara Praveen/Debby akan berjumpa Kim Astrup/Line Kjaersfeldt dari Denmark atau wakil tuan rumah Liu Yuchen/Chen Lu. Praveen/Debby belum sekalipun bersua dua pasangan itu. Berdasarkan rangking BWF, Praveen/Debby yang kini berada di rangking lima lebih diunggulkan.

Di sektor ganda putra Indonesia juga berkekuatan penuh. Selain pasangan senior yang baru saja “bercerai” Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang kini berpasangan dengan Berry Angriawan dan Rian Agung Saputro, ada pula Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.

Kevin/Marcus

Kevin /Marcus akan menghadapi  wakil Korea Jae Hwan Kim/Yoo Yeon Seong. Sementara Ahsan/Rian harus bekerja keras menantang unggulan delapan asal Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Hendra /Berry bertemu Jhe-Huei Lee/Yang Lee dari Taiwan. Angga /Ricky yang tahun lalu angkat koper di babak pertama akan berjumpa pemenang di babak kualifikasi antara Pak Chuu Chow/Kay Ee Yeoh (Malaysia) dan Lu Kai/Zheng Siwei (Tiongkok).

“Tahun lalu kami kalah di babak pertama. Kami bisa dibilang kalah karena faktor non teknis. Jadi tahun ini pasti ingin tampil lebih baik. Kami harus lebih maksimal dan kerja keras lagi,” beber Ricky.

Ganda putri mengirim pasangan terbaik Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, berikut Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi. Dua pasangan yang disebutkan pertama sudah dipastikan langsung tampil di babak kedua. Greysia/Nitya mendapat bye, sementara Della/Rosyita menang walkover dari wakil tuan rumah Huang Yaqiong/Tang Jinhua.

Anggia/Ketut yang sempat vakum selama empat bulan akan bertemu wakil Taiwan, Su Yu Chen/WanYi Tang yang belum pernah di hadapai, di babak pertama. Bila menang unggulan tiga dari Denmar Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen bakal menghadang laju keduanya yang tampil kurang mengsankan di dua turnamen comeback yakni di Denmark dan Prancis.
Greysia/Nitya

Della/Rosyita akan menjalani laga berat di babak kedua, bertemu unggulan empat, Luo Ying/Luo Yu dari Tiongkok. Sementara Greysia/Nitya masih masih menanti lawan antara Bao Yixin/Yu Xiaohan (Tiongkok) dan Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva (Bulgaria).

Di sektor tunggal putra Indonesia hanya diwakili oleh Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro dan pemain muda Andre Marteen. Tommy langsung mnghadapi wakil tuan rumah yang merupakan jawara Olimpiade Rio 2016 Chen Long. Berdasarkan rekor head to head, Tommy baru sekali menang dari 10 pertemuan dengan mantan tunggal nomor satu dunia itu.

Sony akan bertemu pemain Hong Kong, Wong Wing Ki Vincent. Sementara Andre akan mengawali langkahnya sejak babak kualifikasi, menghadapi utusan Malaysia Kay Ee Yeoh. Bila ingin tampil di babak utama, satu kemenangan lagi adalah harga mati.

Dari data tersebut, harapan sekaligus peluang Indonesia di turnamen berhadian total USD 700.000 (setara Rp 9,4 miliar) berada di pundak empat wakil yang menyandang status unggulan. Ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (unggulan tujuh) dan lawan terberat adalah wakil tuan rumah yang menempati unggulan pertama Chai Biao/Hong Wei.

Berikutnya dua pasang ganda campuran Owi/Butet (unggulan dua) dan Praveen/Debby (unggulan empat). Bila mampu tampil baik maka batu sandungan utama mereka adalah wakil Korea Selatan Ko Sung Hyun/Kim Ha Na yang berada di daftar unggulan teratas.

Terakhir adalah ganda putri senior Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari yang menempati unggulan lima. Ganda terbaik Jepang dan dunia Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi tetap menjadi lawan utama dan terberat. 

Selamat berjuang!

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana 15/11/2016.




Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing

Menulis Terus Sampai Jauh...