Guardiola Menuju Pemenuhan Mimpi Paripurna Manchester City
Guardiola dua kali angkat trofi Liga Champions bersama Barcelona masing-masing pada 2009 dan 2011/BBC.com
Kemenangan Manchester City atas Barcelona, 3-1, di fase grup
C Liga Champions, Rabu (2/11/2016) dini hari WIB tadi benar-benar sempurna. Itulah
kemenangan pertama Manchester Biru atas raksasa Catalan itu setelah enam kali
percobaan, termasuk balas dendam sempurna setelah dipermalukan empat gol tanpa
balas di Nou Camp pada pertemuan sebelumnya. Serentak mengakhiri rekor tujuh
kemenangan beruntun Blaugrana atas tim-tim Inggris di pentas Eropa.
Tiga gol balasan Manchester Biru-masing-masing dua kali dari
kaki pemain baru Ilkay Gundogan dan sekali dari Kevin de Bruyne-usai Lionel
Messi lebih dulu menghadirkan cemas pada publik Etihad Stadium setelah lewat 20
menit pertandingan, mengirim banyak pesan.
Pesan pertama terkait performa tim setelah diasuh Pep
Guardiola. Hasil ini menandakan bahwa kerja Guardiola semakin memuaskan. Pep
tampaknya belajar banyak dari kekalahan telak di pertemuan sebelumnya, dan
mampu melakukan perbaikan signifikan. Pep tak susah menemukan titik lemah
Barca, tim yang pernah diasuh, diasah dan dipolesnya selama lebih dari satu
dekade. Sebagai salah satu formatur penting dalam sepak bola Barcelona, jejak
Pep sedikit banyak masih bertahan hingga kini. Sehingga terhadap gaya bermain
tim, maupun kapabilitas para pemain utama Barca yang sebagian besar dikenalnya
dengan sangat baik, Pep tak kesulitan menemukan celah untuk dieksploitasi.
Mendominasi laga, dan menyarangkan tiga gol ke gawang tim
sekaliber Barcelona membuktikan tesis tersebut. Jumlah gol itu lebih banyak
dari yang ditorehkan dalam lima kekalahan sebelumnya sekaligus menorehkan rekor
baru sebagai tim Inggris pertama yang mampu mencetak trigol atau lebih di fase
grup Liga Champions menghadapi raksasa Spanyol itu sejak terakhir kali
dilakukan tetangga sebelah, Manchester United pada musim 1998/1999.
Meski armada Luis Enrique tampil tanpa bek kunci Gerard
Pique dan gelandang maestro Andres Iniesta, performa City masih terlalu baik
untuk direduksi. City memiliki tim yang sangat paadu dengan tambahan berkah
dari sejumlah pemain luar biasa.
Kreativitas dan naluri gol De Bruyne benar-benar terlihat,
sekaligus mengirim pesan sebagai salah satu striker terbaik Eropa saat ini. Aksi
Gundogan tak ubahnya pemain siluman yang sulit ditebak gerak geriknya, serta
Sergio Aguero yang menunjukkan diri sebagai striker pekerja keras yang berlari
mencari ruang dan mengejar peluang tanpa lelah. Ditambah lagi Raheem Sterling
yang bermain semakin baik di bawah sentuhan Guardiola.
Setelah kemenangan itu Guardiola malah bersikap dilematis,
bahkan terbalik. Sembari mengakui kemenangan itu penting bagi tim, apalagi
terhadap tim yang dicap sebagai yang terbaik di dunia, eks pelatih Bayern
Muenchen itu kurang afdal dengan penampilan tim. Menurutnya masih banyak hal
yang belum berjalan seperti yang dikehendaki. Ada bagian-bagian tertentu yang
tak sejalan dengan skenario yang disusun.
"Kami bersaing dengan Barcelona, tapi untuk saat ini
kami melakukannya dengan cara yang berbeda. Kami bermain bola lebih lama karena
kami masih belum siap untuk menjaga bola dan bermain seperti yang mereka
lakukan,”tuturnya membuka salah satu kartu kemenangan seperti dikutip BBC.com.
Yang dikatakan Pep jelas terlihat di lapangan. Meski
mendominasi, para pemain City tak mau ambil risiko memegang bola terlalu lama,
meniru gaya tiki taka Barcelona. Bagi Pep butuh waktu lama untuk bisa sempurna
memainkan cara seperti itu.
"Mereka telah bermain seperti itu selama 25 tahun. Kami
telah mencoba untuk bermain dengan gaya yang berbeda selama tiga atau empat
bulan terakhir,"lanjut pria 45 tahun itu.
Selain itu hasil akhir yang terlihat tak lepas dari kejelian
Pep dan kemampuan para pemain menerjemahkan semangat perubahan. Setelah tertinggal
satu gol, City berhasil keluar dari tekanan dan langsung menyamakan kedudukan.
“Mereka unggul 1-0 dan kami benar-benar dalam kesulitan.
Mereka memiliki kesempatan untuk mencetak gol kedua dan jika terjadi, maka
pertandingan selesai," kata Guardiola.
Lebih cerah di Eropa?
Sinyak kedua yang terpancar dari kemenangan ini yakni terkait
masa depan City di pentas Eropa. Vincent Kompany dan kolega selangkah lebih
dekat ke fase gugur. Tambahan tiga poin ini membuat mereka hanya berselisih dua
poin dari Barcelona di puncak klasemen dengan 9 poin.
Kemenangan atas Borussia Monchengladbach di pertandingan
berikut akan memastikan satu tiket knock
out. Dengan jarak tiga poin, hasil seri atas Monchengladbach pun tetap tak
menghentikan peluang mereka, namun dengan catatan Celtic gagal menumbangkan
Barcelona.
Namun langkah City masih panjang untuk bisa berbicara banyak
di benua biru musim ini. Musim lalu di bawah asuhan Manuel Pellegrini City
mampu merangsek hingga ke babak semi final. Tentu, Pep akan semakin disentil
dengan pencapaian tersebut.
Bila ingin menyejajarkan diri dan bersaing lebih dengan
tim-tim besar, maka City perlu meningkatkan performa, atau setidaknya menjaga
penampilan seperti yang ditunjukkan pada babak kedua menghadapi Barca.
"Jika Anda berbicara tentang seluruh kinerja tim, 38
menit pertama, kami masih belum mampu bersaing dengan klub-klub terbaik di
dunia. Tapi, di babak kedua, itu berbeda,”tandas Pep yang dua kali
mempersembahkan mahkota Liga Champions bagi Barcelona.
Ya perbedaan dalam laga itu, antara babak pertama dan babak
kedua, di satu sisi jelas menunjukkan bahwa tugas Pep belum usai. Hasil
tersebut bukan segalanya. Masih ada proses penjang yang harus dilewati sebelum mimpi
indah para fans City yang sebagiannya telah terwujud dini hari tadi benar-benar
paripurna.
Tabel klasemen sementara Grup C/BBC.com
Comments
Post a Comment