Vidic, Sang Legenda Lini Belakang Gantung Sepatu
Segala sesuatu ada waktunya. Demikian pernyataan bijak
bestari untuk menggambarkan kefanaan hidup sekaligus ajakan untuk berani
beralih dan tak keukeuh menggenggam status quo.
Rangkaian kebijaksanaan itu pun
berlaku atas kita, tak terkecuali Nemanja Vidic ketika ia harus berkata cukup
atas perjalanan karirnya di dunia yang telah membesarkan namanya. Sepak bola.
Ya, pria Serbia ini baru saja memutuskan gantung sepatu setelah kurang lebih 16
tahun berziarah di atas lapangan bola.
Secara fisik Vidic masih terlalu mampu
untuk berduel, apalagi menghalau si kulit bundar dari area pertahanan. Toh ada
pesepakbola lain yang sanggup bermain hingga usia kepala empat bahkan lebih.
Namun cedera yang tak kunjung membaik, membuatnya harus berkata cukup.
Mungkin
dengan setengah lirih, kelahiran 21 Oktober itu harus menggantung sepatu
sebagai seorang pemain, walau kesempatan mengakrabi dunia olah bola dengan cara
dan peran berbeda masih terbuka lebar di depan sana.
“Waktunya telah tiba
bagi saya untuk gantung sepatu. Cedera yang saya alami dalam beberapa tahun
terakhir telah merenggut korban,” tulisnya di situs Manchester United.
Menarik,
Vidic tak lupa memaklumkan kabar itu di laman Setan Merah meski sebelum gantung
sepatu ia tercatat sebagai pemain Inter Milan.
Rupanya pemain yang mengawali
karir di Red Star Belgrade ini tahu diri bahwa di tempat tersebut ia telah
mendapatkan hampir semua yg diinginkan seorang pemain: gelar dan nama besar.
Selama delapan tahun, sejak 2006 hingga 2014, ia telah menenun sejarah di
Theatre of Dreams.
Di tempat itu ia ditempa sebagai seorang central defender.
Di tempat itu ia meraih mahkota puja puji sebagai seorang palang pintu tangguh
yang namanya selalu tercatat dalam lembaran sejarah klub.
Dengan seragam merah
itu, ia menerima kritik dan caci maki bila salah mengawal lini belakang. Salah
satunya usai kalah 3-4 dari Blackburn Rovers di awal penampilannya
bersama Sir Alex Ferguson. Pengalaman itu menjadi lecutan. Fisik ringkih bawaan
dari Rusia pun berganti kokoh kekar setelah tak jemu-jemu berlatih dan menempat
di pusat kebugaran. Hingga akhirnya terbentuklah sosok Vidic yang disegani,
kokoh dalam duel-duel udara, sigap mengantisipasi bola-bola atas, dan tangkas
menyapu bola dan cakap mematikan pergerakan lawan.
Tak heran, ia pun harus
pamit, mengucapkan kata-kata perpisahan kepada mantan klub, meski tak pernah
ada kata mantan untuk seorang legenda.
"Saya ingin berterima kasih kepada
semua pemain yang telah bermain dengan saya, semua manajer dan staf yang telah
bekerja dengan saya, dan saya juga mengatakan 'terima kasih' kepada fans atas
dukungan mereka selama bertahun-tahun," lanjutnya.
Nama Vidic jauh lebih
dikenal sebagai seorang pemain Setan Merah. Bersama Rio Ferdinand, keduanya
sukses merebut hati pendukung United. Tampil bak tembok kokoh yang sulit
ditembus, membuat hati para pendukung nyaman saat menyaksikan timnya
bertanding. Seorang Didier Drogba terang-terangan mengaku sulit menembus
barikade Vidic-Ferdinand. Pada masa keemasan, keduanya benar-benar menjadi
palang pintu paling tangguh, bahkan untuk level Eropa.
Sepanjang kebersaman
mereka di Old Trafford, lima gelar Liga Inggris berhasil diraih. Perjuangan dan
peluah pengorbanannya pun berbuah trofi Liga Champions pada tahun 2008.
Setelah merasakan pahit manis bersama The Red Devils, Vidic
akhirnya memutuskan pergi ke Italia. Pada 18 Januari 2014 ia resmi berpakaian
Internazionale.
Kepergian Vidic sedikit mengagetkan. Sosok yg sudah mendapat
tempat tersendiri harus angkat kaki dari Old Trafford dan menanggalkan ban kapten.
Namun dalam dunia sepakbola dan kehidupan umumnya, tak ada yang abadi. Mungkin
masanya telah tiba untuk meninggalkan segala kemapanan di Inggris. Apalagi
rong-rongan cedera sudah mulai mengintai.
Berbeda ketika saat berjaya, Vidic
hanya menikmati karirnya di tempat baru tak kurang dari 18 bulan. Ketakutan
cedera, musuh yang ditakuti semua pesepakbola, akhirnya datang juga. Eks pemain
Spartak Moscow sejak 2004 hingga 2006 itu masih sempat bermain 28 kali musim
lalu.
Namun hantu cedera berkelebat hebat, membuatnya hanya bisa duduk manis
sepanjang musim ini, menyaksikan dari jauh armada Roberto Mancini bangkit
perlahan dari keterpurukan untuk kembali menempatkan diri sebagai salah satu
raksasa Serie A.
Keputusan Vidic untuk gantung spatu sekiranya tepat. Tak ada
kata yang pas untuk mengelak dari situasi sulit ini selain pensiun. Mengakhiri
karirnya sebagai pesepakbola, Vidic mendapat apresiasi luas. Hampir semua
pemain yang pernah merumput bersama mengangkat topi untuk sang palang pintu
tangguh, legenda lini belakang Setan Merah.
"Vidic orang yang jujur dan
bijaksana. Manchester United merindukannya, begitu juga sepak bola. Selamat
datang pada masa pensiun, Kawan," tulis Ferdinand di
beranda facebook.
Tak terkecuali respon emosional dari para penerusnya. Bukan
hanya sebagai bentuk apresiasi dan kekaguman pada sang legenda tetapi juga
terselip rasa rindu akan hadirnya sosok tangguh seperti Vidic untuk
kembali membangun kejayaan Setan Merah yang tengah terpuruk.
“Congrats Vida
pada karir yang luar biasa. Saya adalah salah satu yang beruntung untuk bermain
dengan Anda. Kenangan luar biasa,” kicau gelandang Michael Carrick di akun twitternya.
Terima kasih Vidic!!
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, Sabtu 30 Januari 2016.
Sumber gambar: dailymail.co.uk
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/vidic-sang-legenda-lini-belakang-gantung-sepatu_56abf5928e7e61c2040441d3
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/vidic-sang-legenda-lini-belakang-gantung-sepatu_56abf5928e7e61c2040441d3
Comments
Post a Comment