Sayonara Lleyton Hewitt...


Bagi pencinta tenis nama yang satu ini tak asing lagi. Pria 34 tahun itu boleh dikata menjadi salah satu sosok legendaris di cabang olahraga tersebut. Ya, Lleyton Hewitt. 

Grand Slam pertama tahun ini rupanya menjadi turnamen terakhirnya sebagai pemain tunggal. Alih-alih menjadi juara atau mengincar posisi tertinggi, Hewitt malah tergusur di babak kedua. Menghadapi David Ferrer, Hewitt menyerah setelah berjuang straigth set dengan skor 2-6, 4-6 dan 4-6. 

Rupanya laga tersebut menjadi laga terakhirnya di lapangan tenis profesional. Di hadapan pendukungnya sendiri, Ferrer akhirnya gantung raket. Tepat pada penampilan ke-20 di Australia Terbuka. 

Sambutan hangat diberikan oleh penonton yang memadati Rod Laver Arena. Membawa serta istri dan anaknya, pemilik 30 gelar nomor tunggal ini mengucapkan salam perpisahan. Dengan mata berkaca-kaca, ia terus menatap ke dalam lapangan sambil langkah kakinya perlahan-lahan meninggalkan salah satu arena bersejarah itu. Hewitt seakan berat untuk mengatakan cukup. 

Hewitt sudah menganggap tempat tersebut sebagai rumah keduanya. Tempat tersebut menjadi salah satu ruang ia mendarmabaktikan diri bagi negaranya. 

"Ini sudah seperti rumah kedua saya, di Rod Laver Arena. Saya beruntung bisa merasakan tampil di sini terus-terusan," ungkapnya seperti dilansir Daily Mail.

Dalam pernyataannya usai pertandingan, Hewitt mengaku selalu memegang teguh prinsip kerja keras. Baginya setiap pertandingan harus dijalani dengan sepenuh hati dan memberi diri secara total. 

"Saya selalu memberikan 100 persen kepada karier saya. Saya selalu senang untuk tampil di sini dan bertarung dengan petenis lainnya. Selalu tidak mudah untuk tampil di sini, di hadapan suporter yang luar biasa,”ungkapnya seperti dilansir Daily Mail.  

Pantas saja para penonton menghadiahinya aplaus meriah. Mungkin itu menjadi tanda terima kasih paling nyata yang bisa mereka berikan untuk kebanggaan yang dihadiahi Hewitt dengan dua gelar Grand Slam, Amerika Serikat (2001) dan Wimbledon (2002) serta dua gelar ATP (2001 dan 2002). 

Meski koleksi gelar dan catatannya rekornya tak sekilau Novak Djokovic, Rafael Nadal atau Roger Federer, kegigihannya melewati suka duka selama 18 tahun memberikan pelajaran pentang arti kesetiaan pada panggilan hidup. 

Usai mengakhiri karirnya di tunggal, kapten tim Davis Australia ini masih tampil di nomor ganda Australia Terbuka 2016 bersama Sam Groth. 

Sayonara, sampai jumpa Hewitt…

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 22 Januari 2016

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/sayonara-lleyton-hewitt_56a167f1967a615e0f9a329e

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing