Tahun Kelabu Angga/Ricky dan Kandasnya Harapan Owi/Butet
Angga Pratama dan Ricky Karanda/Badmintonindonesia.org
Sebelum Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo
melejit, Angga Pratama dan Ricky Karanda Suwardi paling diharapkan menjadi
penerus estafet ganda putra dari Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan . Namun
setahun ini menjadi momen pembuktian akan harapan tersebut. Apakah benar
demikian, atau asa tersebut terlalu cepat digantung?
Hingga pertandingan kedua di turnamen pamungkas BWF World
Superseries Finals, pasangan yang kini berada di rangking delapan dunia
terbukti belum bisa mewujudkan ekpektasi tersebut. Sudah dipastikan Angga/Ricky
mengakhiri tahun ini tanpa satu gelar pun.
Harapan untuk menyaput awal kelabu itu sirna setelah Angga/Ricky
kandas mengulangi catatan manis dalam empat pertemuan sebelumnya dengan
pasangan Jepang Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Meski diunggulkan di tempat
teratas di Dubai kali ini, Takeshi/Sonoda belum sekalipun menang atas
Angga/Ricky
Namun yang terjadi pada Kamis, (15/12) kemarin sebaliknya.
Takeshi/Sonoda tampil superior, melibas Angga/Ricky dua game langsung, 15-21
dan 9-21.Patut diakui performa Angga/Ricky hari itu jauh dari memuaskan. Alih-alih
mengeluarkan semua kemampuan terbaik, keduanya malah banyak melakukan kesalahan
sendiri. Alhasil lawan pun mendapat poin dengan mudah.
Hasil negatif ini mengulangi hasil di pertandingan pertama
saat terlibat “perang saudara” dengan Marcus/Kevin. Bedanya menghadapi
juniornya itu (dari segi umur), Angga/Ricky tampil fight dan memaksa rubber set. Berbeda dengan dua kekalahan
sebelumnya, kali ini laga berakhir setelah tiga set dengan skor 18-21 21-17 dan
14-21.
Dua kekalahan itu hampir pasti membuat Angga/Ricky angkat
koper dari turnamen berhadiah total 1 juta USD itu. Angga/Ricky memiliki jumlah
kekalahan terbanyak dibanding tiga wakil lainnya di grup A.
Hasil ini benar-benar menjadi catatan penting untuk
Angga/Ricky. Tahun 2016 sungguh bukan tahun cerah bagi keduanya. Tampil baik di
level Grand Prix Gold hingga super series, tak satu pun gelar berhasil dibawa
pulang. Pencapaian terbaik terjadi di India Open dan Australia Open. Merangsek hingga
partai final, namun dua-duanya harus kalah dari Marcus/Kevin.
Setidaknya konsistensi penampilan dan kematangan mental
masih menjadi pekerjaan rumah bagi keduanya. Teknik dan kualitas individu
keduanya nyaris tak memunculkan keraguan. Namun sebagai tim, dua individu itu
harus bisa saling menjaga harmoni baik dalam bertahan maupun menyerang serta
mampu memaksimalkan semangat dan tenaga secara efektif tidak untuk dibuang
sia-sia dan tanpa tujuan, tetapi taktis dan penuh perhitungan.
Marcus/Kevin Jaga Asa
Berbeda dengan Angga/Ricky, Marcus/Kevin terus menjaga asa
di turnamen akhir tahun itu. Menang di laga perdana, pasangan nomor empat dunia
ini takluk di pertandinang kedua dari Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding
dari Denmark. Menghadapi unggulan empat itu, Marcus/Kevin kalah straight set 12-21 dan 19-21.
Penampilan Marcus/Kevin hari itu taksemaksimal di laga pertama.
Keduanya sudah kehilangan permainan sejak awal set pertama. Sempat memaksa
imbang 18-18, Marcus/Kevin pun menyerah 19-21. Situasi tak berbeda jauh terjadi
di game kedua.
Kekalahan ini membuat Marcus/Kevin wajib memenangkan
pertandingan terakhir menghadapi unggulan pertama, Takeshi/Sonoda. Laga hidup
mati itu akan menentukan siapa yang akan mendampingi duo Mads-yang akan
menghadapi Angga-Ricky di laga terakhir-yang sebelumnya kurang diunggulkan
untuk ke babak semi final.
Secara peringkat dunia Marcus/Kevin lebih diunggulkan, namun
di ajang ini wakil Negeri Sakura itu menduduki puncak unggulan. Selain itu
Marcus/Kevin perlu mewaspadai penampilan calon lawan tersebut yang sedang on fire menyusul kemenangan atas
Angga/Ricky. Juga catatan kemenangan Takeshi/Sonoda di pertemuan terakhir di
Kejuaraan Asia pada April lalu dengan skor 21-18 17-21 21-16.
Menjaga fokus dan mempertebal mental untuk laga krusial itu
penting untuk Marcus/Kevin agar bisa mengulangi catatan manis di pertemuan
pertama di Malaysia Masters awal tahun ini dengan skor mencolok 7-21 17-21.
Dengan demikian harapan untuk lolos ke empat besar dan mengakhiri tahun ini
dengan catatan manis bisa terwujud.
Marcus/Kevin/badmintonindonesia.org
Owi/Butet Mundur,
Praveen/Debby Incar Juara Grup
Dari sektor ganda campuran, nasib serupa Angga/Ricky dialami
Tontowi Ahmad/Liliyana Natasir. Pasangan yang akrab disapa Owi/Butet ini
benar-benar harus menghakhiri perburuan gelar lebih dini. Masih tersisa satu
laga lagi namun juara Olimpiade Rio 2016 itu sudah mengangkat bendera putih.
Cedera yang dialami Butet (Liliyana) sejak China Open tahun
lalu mencapai “puncak” saat ini. Ia sempat memaksa tampil di Hong Kong Open dan
Kejuaraan Nasional pekan lalu meski cederanya belum benar-benar pulih.
Butet tak bisa berbuat banyak untuk laga ketiga di turnamen
yang belum pernah dimenanginya, setelah berusaha memaksa di dua laga sebelumnya
yang berakhir negatif.
Di pertandingan pertama Owi/Butet menyerah di tangan
juniornya Praveen Jordan/Debby Susanto dan di laga kedua kalah telak dari Joachim
Fischer Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark, 8-21 dan 6-11.
Kondisi ini menuntut Butet beristirahat penuh untuk
menjalani proses pemulihan. Dalam usianya yang sudah tidak muda lagi, 31 tahun
pengoleksi tiga gelar Juara Dunia itu harus lebih awas dengan kondisi tubuh.
Angkat koper dari Dubai membuat mimpi Owi/Butet untuk
menutup tahun ini dengan prestasi gagal. Selain itu keduanya seperti belum bisa
keluar dari “kutukan” kandas di penyisihan grup Superseries Final yang telah
melekat sejak 2011 lalu.
Meski kehilangan satu wakil, Indonesia masih memiliki
harapan dalam diri Praveen/Debby. Selain mengantongi kemenangan pertama,
pasangan nomor empat dunia juga membukukan kemenangan kedua atas unggulan
pertama dari Korea Selatan Ko Sung Hyun/Kim Ha Na, dua game langsung 21-12 dan
21-15.
Owi dan Butet/badmintonindonesia.org
Kekalahan itu menjadi kerugian besar bagi Ko/Kim. Mundurnya Owi/Butet
membuat semua pertandingan atas mereka tak masuk hitungan, termasuk ata laga
ketiga yang akan mempertemukan kedua pasangan itu. Ko/Kim lebih dulu menuai hasil
buruk menghadai Praveen/Debby dan Nielsen/Pedersen.
Pertemuan Praveen/Debby dan Nielsen/Pedersen, Jumat (16/12)
hari ini pun menjadi penentu juara dan runner up grup A. Kedua pasangan jelas
mengincar kemenangan untuk mengamankan posisi puncak untuk menghadapi runner up
grup B di semi final.
Statistik pertemuan lebih berpihak pada pasangan Denmark,
mengantongi enam kemenangan dalam 10 pertemuan. Praveen/Debby bisa menjaga laju
positif yang ada plus catatan kemenangan pada pertemuan terakhir mereka di All
England tahun ini. Di turnamen yang berakhir dengan trofi itu Praveen/Debby
menang dua set langsung 12-21 dan 17-21. Berharap hasil positif itu terulang
lagi kali ini, dan menorehkan happy
ending seperti di Inggris itu. Bila terjadi maka akan menjadi penutup yang
indah di tahun yang kurang menggembirakan bagi Praveen/Debby.
Jadwal pertandingan wakil Indonesia (TV Broadcast Schedule), Jumat (16/12):
@BadmintonUpdates
Comments
Post a Comment