Kalah Tipis,Tim Uber Indonesia ke Delapan Besar sebagai Runner Up
Della
Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari/badmintonindonesia.org
Anggia Shitta Awanda tak kuasa menahan tangis usai
pertandingan partai keempat penyisihan Grup C antara Indonesia vs Thailand di
Kunshan Sport Center, Tiongkok, Selasa (17/05/16) petang. Didampingi
pasangannya Tiara Rosalia Nuraidah, Anggia tertunduk lesu meninggalkan arena
pertandingan.
Tangis Anggia tampaknya lebih sebagai ekspresi kekecewaan
usai melewati partai dramatis nan menentukan. Berpasangan secara dadakan dengan
Tiara, keduanya gagal menjungkalkan Jongkolphan Kittiharakul/Rawinda Prajongjai
melalui pertarungan ketat selama 50 menit.
Sempat menyamakan kedudukan di set kedua, Anggia/Tiara
memiliki harapan untuk memenangkan pertandingan. Di set penentu beberapa kali perolehan
poin keduanya mampu berada di depan
pasangan Gajah Putih itu. Namun kehilangan
dua poin terakhir membuat pasangan Thailand itu mengunci kemenangan dengan skor
akhir 21-14 17-21 22-24.
Kekalahan ganda kedua ini membuat Tim Uber Indonesia harus rela
menyerahkan status juara grup kepada Thailand. Sama-sama ke delapan besar,
potensi lawan yang dihadapai akan berbeda. Thailand berpeluang menghindari tim
kuat. Sebaliknya para Srikandi Merah Putih akan mendapatkan lawan tangguh untuk
memperebutkan tiket semi final.
Terlepas dari siapa lawan di babak perempat final yang pasti
Tim Uber telah memberikan yang terbaik di pertandingan terakhir penyisihan Grup
C. Dengan sedikit perubahan komposisi, di antaranya dengan mengistirahatkan
Greysia Polii dan Fitriani, sepertinya tim pelatih tak mau Indonesia bermain
habis-habisan. Bisa saja tenaga Greysia dan Fitriani disiapkan untuk
pertandingan sulit di delapan besar, mengingat di atas kertas peluang realistis
Tim Uber Indonesia adalah menjadi runner up.
Di partai pertama, Maria Febe Kusumastuti tak bisa berbuat
banyak saat berhadapan dengan jagoan Thailand, Ratchanok Intanon. Tunggal putri
terbaik Tanah Air itu masih kalah kelas dari ratu bulu tangkis dunia itu.
Selain itu track record Febe saat berhadapan dengan Intanon pun tak meyakinkan.
Ia belum sekalipun menang atas Intanon dalam lima pertemuan mereka.
Intanon yang tampil cemerlang sepanjang tahun ini
mengendalikan sepenuhnya pertandingan. Pebulutangkis nomor dua dunia itu butuh
42 menit untuk memenangkan pertandingan dengan skor 21-14 dan 21-14.
“Dibanding pertemuan-pertemuan
sebelumnya, Ratchanok sekarang lebih kuat, lebih cepat dan variasi pukulannya
lebih banyak. Saya seperti cuma melayani permainan dia saja, susah mengimbangi.
Dari segi kecepatan dan kekuatan, saya masih satu tingkat dibawah dia,” Febe
mengakui keunggulan Intanon, dikutip dari badmintonindonesia.org.
Pebulutangkis 26 tahun itu melanjutkan, “Ratchanok punya
senjata yang bikin kaget dan saya mati langkah. Saya sudah mencoba untuk
menebak pergerakan Ratchanok, tapi tiba-tiba bisa dibelokkan sama dia.”
Ganda pertama Indonesia, Della Destiara Haris/Rosyita Eka
Putri Sari mampu menyamakan kedudukan usai menang mudah straight set atasSapsiree
Taerattanachai/Puttita Supajirakul, 21-14, 21-12.
Hanna Ramadini/badmintonindonesia.org
“Ini pertemuan ketiga, jadi kami belajar dari pertemuan
pertama dan kedua. Di pertemuan pertama kami menang, di pertemuan kedua kami
kalah. Kami belajar dimana kekuarangan dan kelebihan kami saat melawan mereka,”
ungkap Della.
Pemain 21 tahun Hanna Ramadini dipercaya sebagai tunggal
kedua. Dalam posisi tertinggal, pemain asal Tasikmalaya, Jawa Barat itu
menantang Busanan Ongbumrungphan. Walau usia Hanna lebih tua, secara rangking
Busanan lebih baik.
Hanna yang kini berada di rangking 63 dunia masih sulit
menandingi permainan agresif tunggal 19 dunia itu. Alhasil Hanna tak berkutik
dan menyerah dua set langsung dengan skor cukup telak, 8-21, 11-21.
“Saya lebih banyak main bertahan, ngga ada serangan balik,
saya banyak diserang oleh lawan. Serangan Busanan hari ini memang lagi bagus.
Shuttlecock yang dipakai hari ini lebih berat dari yang kemarin, saya kalah
dari segi tenaga juga,” ungkap Hanna.
Setelah partai ketiga, kombinasi baru Tiara Rosalia /Anggia
Shitta bertemu Jongkolphan Kittiharakul/Rawinda Prajongjai. Seperti disebutkan
di atas laga keduanya berjalan sengit dan Tiara/Anggia nyaris memperpanjang
nafas Merah Putih. Namun harapan segenap masyarakat Indonesia belum terwujud.
Pertandingan kelima, sudah tidak menentukan lagi. Namun, tak
menghalangi Gregoria Mariska untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya, sekaligus
menimba pengalaman di ajang tersebut. Menghadapi Nitchaon Jindapo, jelas
Gregoria kurang diunggulkan.
Secara pengalaman dan rangking Gregoria kalah. Namun, dara
asal Wonogiri yang kini berada di rangking 106 mampu memberikan perlawanan
sepadan tehadap tunggal nomor 25 dunia itu. Sempat tertinggal di set pertama, pemain
yang baru berusia 16 tahun itu mampu memaksa terjadinya rubber set hingga
memenangkan laga dengan skor 21-13 14-21 20-22.
Berat
Menjadi runner up grup setelah menyingkirkan Hong Kong dan
Bulgaria, membuat Tim Uber Indonesia harus bekerja ekstra keras di delapan
besar. Pasalnya peluang untuk bertemu para juara grup terbuka lebar.
“Memang hasil ini tidak seperti yang diperkirakan,
pertaruhannya di tunggal ketiga, kami memasang debutan dan bisa berhasil. Hasil
ini membuat langkah tim Uber lebih berat, karena di perempat final kami akan
bertemu para juara grup,” ungkap Achmad Budiharto, Chef de Mission tim Thomas
dan Uber Indonesia.
Namun, seperti dikatakan Achmad, situasi ini tak bisa
dihindari dan harus dihadapi dengan sekuat tenaga. Terlepas dari siapa lawan
yang akan ditemui, para Srikandi sejatinya bermain lepas tanpa beban.
“Tetapi ini harus kita hadapi, dengan predikat underdog,
mudah-mudahan pemain kami bisa tampil lepas,” lanjutnya.
Berdasarkan aturan yang diterapkan di ajang beregu ini, ada
kemungkinan dua tim yang bertemu di fase grup bertemu lagi di delapan besar. Aturan
ini berbeda dengan yang diterapkan pada babak kualifikasi Thomas dan Uber pada
bulan Februari lalu.
Dengan demikian dari hasil undian ada peluang Indonesia
kembali bertemu Thailand. Budiarto yang merupakan WakilSekretaris Jenderal PP
PBSI menjelaskan, “Tim Uber Indonesia ada kesempatan ketemu Thailand lagi di
perempat final dan peluang kami terbuka. Sebetulnya tadi Tiara/Anggia punya
kesempatan di game kedua dan ketiga tetapi Tuhan berkata lain.”
Sambil menanti siapa lawan yang dihadapi nanti, perjuangan
para Srikandi Merah Putih tetap harus diapresiasi. Dukungan dan harapan tetap
kita lantunkan, mengiringi langkah mereka di delapan besar.
Hasil pertandingan
Tim Uber Indonesia vs Thailand (2-3) :
Maria Febe Kusumastuti vs Ratchanok Intanon 21-14, 21-14
Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari vs Sapsiree
Taerattanachai/Puttita Supajirakul 21-14, 21-14
Hanna Ramadini vs Busanan Ongbumrungphan 8-21, 11-21
Tiara Rosalia Nuraidah/Anggia Shitta Awanda vs Jongkolphan
Kittiharakul/Rawinda Prajongjai 21-14, 17-21, 22-24
Gregoria Mariska vs Nitchaon Jindapol 13-21, 21-14, 22-20
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 17 Mei 2916.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/kalah-tipis-dari-thailand-tim-uber-indonesia-ke-delapan-besar-sebagai-runner-up_573b03650bb0bd260962cdd3
Comments
Post a Comment