Mari “Move On” Bersama Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya
Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya/Badmintonindonesia.org |
Banyak komentar lepas berseliweran seiring bergulirnya
Indonesia Open Super Series Premier. Hingga berakhirnya hari ketiga, Rabu (14/06),
penyelenggaraan banyak celotehan mengemuka mulai dari soal kondisi venue
dadakan dengan serba kekurangan di satu sisi dan kelebihan di sisi lain seperti
lebih terasa dingin, hingga kejutan demi kejutan yang terjadi.
Tentang hal yang
terakhir ini komentar yang mencuat kira-kira demikian. “Bila ingin merasakan
keseruan maka jangan sampai menunggu hingga babak semi final dan final.” Komentar
ini mengacu pada penampilan para pemain Indonesia yang tidak sedikit jumlahnya
saat berlaga namun perlahan tetapi pasti mulai tereliminasi satu per satu.
Tampaknya komentar ini sangat terasa hari ini. Seperti
tahun-tahun kemarin, paling kurang sejak 2013, bergugurnya para pemain andalan
secara tak terduga membangkitkan penyesalan. Sesal karena gagal mewujudkan
harapan, tentu saja. Dari pihak penonton rasa sesal itu semakin berganda
terutama mereka yang sengaja menunda untuk datang ke arena dengan harapan bisa
menyaksikan para idola berlaga di babak-babak akhir.
Bagi para penggemar Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya
Sukamuljo penyesalan itu tak bisa ditutup-tutupi. Alih-alih melihat sang jagoan
berbicara banyak di tanah air, malah harus terkapar di laga perdana.
Ganda nomor satu dunia ini tidak bisa berbuat banyak saat
ditantang Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen. Pemain Denmark berperingkat 20
dunia menang straight set 16-21, 16-21 hanya dalam tempo 34 menit.
Kekalahan Marcus/Kevin ini jelas tidak bisa diterima dengan
mudah. Rekam jejak duo “Minions” itu sangat superior di hadapan Kim/Andres yang
tidak pernah menang di dua pertemuan sebelumnya. Selain itu, Marcus/Kevin
menghadapi pertandingan ini dengan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
pemegang hattrick gelar bergengsi
mulai dari India Open, All England
hingga Malaysia Open.
Namun melihat bagaimana mereka bermain hari ini segala
keagungan tersebut sama sekali tak berbekas. Semua itu tidak lebih dari masa
lalu belaka. Kevin kehilangan kegesitannya di depan net. Pria yang sengaja
mengubah warna rambutnya itu tak juga berpengaruh di lapangan.
Sementara Marcus yang biasa sigap meng-cover lapangan sama sekali kehilangan peran. Smash-smash akurat plus
tipuan-tipuan maut yang biasa mereka perlihatkan tidak terlihat. Singkat kata,
keduanya underperformed.
Seusai laga dengan wajah layu mereka mengakui lawan bermain
lebih baik. Selain mengeluhkan kondisi angin di lapangan, Kevin juga berdalih
bermasalah dengan bahu sejak Rabu pekan lalu. Otot bahu Kevin sobek dan hingga
saat ini masih dalam tahap pengobatan oleh tim dokter PBSI.
Pengakuan Kevin itu cukup mengejutkan. Sampai-sampai seorang
Taufik Hidayat setengah tak percaya mendengarnya ketika dikonfirmasi awak media.
Angin tak bisa dijadikan alasan karena pihak lawan pun merasakan hal yang sama.
Bila sedang tidak fit mengapa paksa bertanding? Apakah
kemenangan akan dengan sendirinya menyembuhkan rasa sakit? Bukankah risiko
cedera lebih parah bakal terjadi? Tidakkah lebih baik bila urusan tersebut
hanya menjadi konsumsi internal antara mereka dan dokter tim bila memang Kevin
harus dipaksa bertanding?
Kekalahan apapun itu tetaplah kekalahan. Dalih seberapa
sahih dan berterima tetap tidak bisa mengubah hasil yang telah terjadi. Kevin
harus ditangani segera dan membiarkan proses penyembuhannya berjalan tuntas. Pekan
depan ada agenda Australia Open dimana keduanya berstatus juara bertahan. Tak lama
lagi Kejuaraan Dunia menanti di Glasgow, Skotlandia. Dokter PBSI tentu lebih
paham bagaimana seharusnya menangani mereka.
Satu hal yang patut diperhitungkan, kekalahan kali ini
membuat grafik penampilan mereka semakin menurun. Ini adalah kekalahan ketiga
yang diraih secara beruntun. Sejak dibekuk Mathias Boe/Carsten Mogensen di
Singapura Super Series, kemudian menelan kekalahan dari ganda senior Denmark
itu di Piala Sudirman, hingga hari ini dari junior Boe/Mogensen.
Menelan tiga kekalahan beruntun tentu menyakitkan, apalagi
dari pasangan yang sama, atau setidaknya dari negara yang sama. Namun hal
semacam ini hampir lumrah di jagad bulu tangkis. Senior mereka Hendra Setiawan
dan Mohammad Ahsan saat masih berpasangan pun selalu menemui hambatan ketika
bertemu Lee Yong Dae dan Yoo Yeon-seong dari Korea Selatan. Namun Hendra/Ahsan
tidak pernah menyerah hingga akhirnya bisa bangkit dari catatan buruk itu untuk
menjadi Juara Dunia. Setidaknya pelajaran Hendra/Ahsan itu menginspirasi
pasangan lilipun agar segera “move on.”
Bagi para penggemar, kekalahan Marcus/Kevin bukan alasan
untuk tidak datang ke JCC atau menghidupkan chanel
pertandingan. Meski nasib malang juga dialami para jagoan lainnya seperti
Praveen Jordan dan Debby Susanto, begitu juga Mohammad Ahsan dan Rian Agung
Saputro, serta Ihsan Maulana Mustofa dan Anthony Sinisuka Ginting, kita masih
memiliki harapan dalam diri sejumlah pemain.
Hari ini penampilan dua pemain tunggal putri sungguh ciamik.
Gregoria Mariska dan Fitriani tampil meyakinkan. Keduanya mempertontonkan
teknik yang bagus, keuletan dan semangat pantang menyerah. Demikian pula
Apriyani Rahayu yang berkolaborasi semakin baik dengan seniornya Greysia Polii
di sektor ganda putri. Tak ketinggalan Jonatan Christie sebagai satu-satunya
harapan di tunggal putra setelah Tommy Sugiarto tak bisa berbuat banyak saat
menghadapi Lee Chong Wei. Serta peluang yang masih tersisa di nomor ganda putra
dengan empat wakil yang masih bertahan dan nomor ganda campuran seiring gugurnya para pemain unggulan.
Selain para pemain Indonesia, penampilan para pemain muda,
pasangan debutan, atau pemain unggulan dari mancanegara pun tak kalah
menghibur. Sebut saja Chen Xiaoxin, pemain kelahiran 1998 yang sukses membungkam
Carolina Marin di babak pertama. Selain itu racikan baru China di nomor ganda
putri, Huang Yaqiong dan Yu Xiaohan yang membuat unggulan pertama dari Jepang,
Misaki Matsutomo dan Ayaka Takahashi tak berkutik. Serta masih banyak alasan
lagi yang membuat kita menyesal bila tidak segera “move on” dari hasil buruk
hari kemarin.
Comments
Post a Comment