Ketika Piala Eropa dan Copa America Centenario Berebut Perhatian

Trofi Piala Eropa (kiri)/talksport.com


Saat Copa America Centenario belum juga menyelesaikan fase penyisihan grup, perhelatan akbar lainnya, Piala Eropa muncul ke permukaan. Selama sebulan penuh, sejak Jumat (10/6) hingga 10 Juli, bangsa-bangsa Eropa berpesta di Perancis.

Sebanyak 24 tim terbaik yang terbagi dalam enam grup bertempur di 10 kota besar di Perancis. Menurut Independent.co.uk, tak kurang dari 2,5 juta fans sepak bola bakal merapat ke Prancis. Belum lagi penggemar bola dari luar Eropa yang ingin menikmati pesta bola di tengah keindahan dan kemolekan Paris di musim panas.

Pertanyaan pun menyeruak, bagaimana nasib Copa America? Apakah pertarungan 16 tim dari Amerika Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia itu akan kekurangan perhatian dari pencinta bola sejagad? Atau sebaliknya, pesona Copa America di edisi spesial seratus tahun lebih memikat?

Tentang turnamen mana lebih bergengsi, pelatih timnas Amerika Serikat, Jurgen Klinsmann memiliki pandangan tersendiri.

Dikutip dari mlssoccer.com pemenang Piala Dunia 1990 bersama Jerman berujar, “Bila Anda membandingkan Copa America dengan 16 negara dengan 24 tim yang lolos ke Piala Eropa, maka menurut saya Copa America lebih berkualitas ketimbang versi 24 tim Piala Eropa.”

Pria 51 tahun itu beralasan, di Eropa dengan penyebaran kekuatan sepak bola yang belum merata yang ditandai dengan sejumlah level kekuatan tim, dibukalah keran kontestan dari biasanya 16 tim menjadi 24 tim.

Sementara, mengutip pernyataan peraih mahkota Piala Eropa 1996 itu, “saya berpikir  16 tim [di Copa America], enam Negara CONCACAF sangat bagus, sangat kuat, dan jelas semua klub Amerika Selatan memiliki kekuatan besar.”

Pernyataan Klinsmann pada sisi tertentu terkesan sangat tendensius. Perbedaan level kekuatan di Amerika Selatan, apalagi dengan enam tim tamu di Copa America Centenario ini tak bias ditutup-tutupi. Sulit kita menyejajarkan Argentina, Brasil, Uruguay, Chile dengan tim-tim sekelas Jamaika, Haiti dan Venezuela.

Di sisi lain, sebagai gudang para pemain berkualitas, fakta tentang Amerika Selatan ini tak bisa ditampik. Perhelatan Copa America Centenario ini memanggil pulang para pemain bintang Amerika Selatan yang selama ini meramaikan dan menaikkan gengsi liga-liga top Eropa. Para pemain terbaik yang bersinar di sejumlah klub elit benua biru dikumpulkan dan dipanggungkan di Amerika Selatan.
Lionel Messi (Argentina) dan Luis Suarez (Uruguay), dua dari trisula maut Barcelona bersama Neymar Jr; top skor Serie A bersama Napoli, Gonzalo Higuain; bomber Manchester City, Sergio Aguero; Angel Di Maria yang menjadi andalan klub Ligue 1, Paris Saint-Germain; Arturo Vidal, salah satu pemain kunci raksasa Bundesliga, Bayern Muenchen, adalah beberapa contoh dari ‘bibit-bibit unggul’ Amerika Selatan yang menyemarakkan sepak bola di benua biru. 

Saat ini mustahil berbicara tentang pamor sepak bola Eropa tanpa menyebut Amerika Selatan. Mereka yang melambungkan Eropa itu kini bersaing di Copa America Centenario.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa Eropa in se ketiadaan bintang. Dengan pola pembinaan dan manajemen sepak bola yang maju, Eropa pun sukses melahirkan dan memanggungkan talenta-talenta hebat. Kemajuan Eropa dalam segala bidang itu membuatnya menjadi destinasi sekaligus kiblat sepak bola dunia saat ini. Eropa adalah tempat para pemain terbaik dari seluruh dunia mencoba peruntungan. Piala Eropa pun menjadi locus dunia menyaksikan bagaimana sepak bola dikelola, dibesarkan dan dirayakan.

Menunjukkan bahwa kedua ajang tersebut memiliki daya Tarik tersendiri bisa dilihat dari penampilan para pemain bintang yang bila disatukan akan menjadi seperti di bawah ini (sumber talksport.com).

Piala Eropa

talksport.com

Kiper David De Gea (Spanyol dan Man United)
Bek kanan: Stephan Lichtsteiner (Swiss dan Juventus)
Bek kiri: David Alaba (Austria dan Bayern Muenchen)
Bek tengah: Leonardo Bonucci (Italia dan Juventus)
Bek tengah: Toby Alderweireld (Belgia and Tottenham Hotspur)
Central midfield: Sergio Busquets (Spanyol dan Barcelona)
Central midfield: Paul Pogba (Prancis dan Juventus)
Attacking midfield: Thomas Muller (Jerman dan Bayern Muenchen)
Pemain sayap: Gareth Bale (Wales dan Real Madrid)
Pemain sayap: Cristiano Ronaldo (Portugal dan Real Madrid)
Striker: Robert Lewandowski (Polandia dan Bayern Muenchen)

Copa America
talksport.com


Kiper: Claudio Bravo (Chile danBarcelona)
Bek kanan: Dani Alves (Brasil dan Barcelona)
Bek kiri: Filipe Luis (Brasil and Atletico Madrid)
Bek tengah: Diego Godin (Uruguay dan Atletico Madrid)
Bek tengah: Javier Mascherano (Argentina dan Barcelona)
Attacking midfield: Angel Di Maria (Argentina dan PSG)
Attacking midfield: James Rodriguez (Kolombia dan Real Madrid)
Attacking midfield: Arturo Vidal (Chile dan Bayern Muenchen)
Wide forward: Lionel Messi (Argentina dan Barcelona)
Wide forward: Alexis Sanchez (Chile dan Arsenal)
Striker: Luis Suarez (Uruguay dan Barcelona)

Tantangan

Seperti Copa America yang dihelat di tengah krisis ekonomi sejulah negara Amerika Selatan seperti Brasil dan Venezuela, demikian Piala Eropa memiliki tantangan tersendiri, terutama yang tengah diharapi tuan rumah Perancis.

Saat ini, Prancis sedang dihadapkan pada sejumlah persoalan krusial seperti bencana banjir, isu terorisme dan pemogokan. Dari pengamatan langsung Kompas, Kamis (9/6) hari ini, di ibu kota Prancis, Paris, sejumlah pekerja layanan publik terutama sektor transportasi masih melakukan mogok massal. Sejumlah petugas pengelola limbah dan sampah di Paris dan sejumlah kota pun mengambil langkah yang sama,

Kompas melaporkan, “Ratusan pekerja kereta bawah tanah yang tergabung di dalam Serikat Pekerja CGT sengaja melakukan mogok menjelang Piala Eropa untuk menaikkan posisi tawar terhadap pemerintah. Sebagian dari rute kereta metro di Paris..lumpuh sepekan terakhir.”

Sebagai perbandingan bahwa kedua kompetisi tersebut sama-sama memiliki deretan pemain berkualitas bisa dilihat dari starting line up yang menggabungkan para pemain terbaik (sumber talksport.com).

Sebelum pemogokan, ancaman terorisme lebih dulu mengemuka dan membayangi persiapan Perancis dan para kontestan Piala Eropa 2016. Penembakan brutal dan ledakan bom di Paris pada 13 November lalu menjadi titik awal kecemasan publik Eropa, menyusul ledakan di sejumlah kota di Eropa.

Menjelang hari H isu terorisme semakin kencang setelah Badan Intelijen Ukraina menangkap pria Perancis bernama Gregoire Moutaux yang disinyalir berencana menyerang 15 lokasi selama perhelatan Piala Eropa.

Alhasil penyelenggaraan turnamen akbar ini akan dilaksanakan dalam bayang-bayang horor. Pengerahan tak kurang dari 90.000 tenaga keamanan, termasuk 13.000 petugas swasta serta penggunaan aplikasi peringatan dini terorisme menunjukkan bahwa perhelatan akbar ini tak lepas dari ancaman.
Suasana di Stade de France usai pengemboman, Jumat (13/11/2015), MIGUEL MEDINA/AFP/Kompas.com


Leluasa

Ancaman terorisme yang menghantui perhelatan Piala Eropa tak bisa diremehkan. Pengalaman sudah membuktikan, pertimbangan akal sehat bahkan kemanusiaan sekalipun tak berarti banyak dalam kamus para teroris. Karena itu, pengamanan yang ekstra ketat ditempuh agar kesemarakan pesta bola di Eropa tetap berlangsung.

Sambil berharap Piala Eropa jauh dari hal-hal tak diinginkan, kehadirannya menjadi pemenuhan bagi kerinduan para pencinta bola di seluruh dunia untuk melihat para pemain terbaik berlaga. Perhelatan di Eropa dan Amerika Serikat adalah dua sajian dengan gaya dan karakteristik berbeda. Copa America kental dengan gaya sepak bola Amerika Selatan yang mengedepankan kekuatan fisik dan seni individu yang menguras rasa penasaran. Sementara Eropa mempertontonkan permainan cepat yang membakar semangat dan perhatian penonton.

Kedua kompetisi itu melengkapi rasa lapar dan haus akan sajian sepak bola yang menghibur. Ditambah lagi, bagi pencinta bola di Tanah Air, waktu bertanding yang berbeda, memungkinkan kita leluasa membuat pilihan: Copa America atau Piala Eropa, atau kedua-duanya. Terserah Anda.


 Sumber: Kompas 9 Juni 2016, talksport.com, mlssoccer.com, Independent.co.uk.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana 9 Juni 2016.

http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/ketika-piala-eropa-dan-copa-america-centenario-berebut-perhatian_57594b056823bd990d565c7e

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menanti Intervensi Pemerintah untuk Anak dengan Penyakit Langka

Menulis Terus Sampai Jauh...