Peran Sistem Imun dan Stimulus pada Perkembangan Kognitif Anak dan "8 Winning Skills Interactive Assesment"

Ilustrasi faktor-faktor mempengaruhi perkembangan kognitif anak: shutterstock

Ada banyak faktor yang menentukan dan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Namun, tidak banyak yang menyadari dan mengoptimalkan aspek imunitas dan stimulasi yang tepat.

Danone Specialized Nutrition Indonesia menyelenggarakan seri webinar #BicaraGizi2022 yang berfokus pada hal tersebut. “Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Melalui Daya Tahan Tubuh dan Stimulasi yang Tepat” pada Rabu, (26/10/2022) dengan menghadirkan sejumlah pembicara kompeten.

Mereka adalah Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, dr. Molly Dumakuri Oktarina, Sp.A(K); Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog Klinis, Parenting Expert, CEO dan Founder Personal Growth; dan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK selaku Medical and Scientific Affairs Director Danone Indonesia.
Para pembicara: dok Danone

Peran Sistem Imun pada Perkembangan Otak

Demikian pokok bahasan dr. Molly Dumakuri Oktarina. Ia mengingatkan betapa pentingnya 1000 hari pertama kehidupan seorang anak. Masa emas itu menjadi fondasi bagi kehidupan di masa depan. “Apa pun yang dialami dan diberikan pada hari-hari itu akan memberikan konsekuensi yang panjang,” tegasnya.

Saat itu terjadi percepatan pertumbuhan sel-sel tubuh yang akan menentukan status gizi dan perawakan. Juga terjadi percepatan sel-sel otat yang akan menentukan tingkat kognisi, perilaku, dan tingkat kecerdasan.

“Juga terjadi percepatan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel imun atau daya tahan tubuh. Yang akan menentukan apakah anak tahan atau lemah pada pathogen,” sambungnya.

Dokter Molly Dumakuri menganalogikan sistem imun seperti sistem keamanan dan pertahanan di suatu negara. Negara atau derah diandaikan sebagai tubuh.

“Fungsi utama fungsi imun adalah melindungi tubuh baik dari serangan dari luar tubuh (seperti pathogen) maupun dari dalam tubuh (seperti sel-sel kanker).”

Selain itu, sistem imun juga berperan menjaga keseimbangan antarsel-sel imun. Jangan sampai ada yang terlalu dominan.

Secara garis besar, sistem imun dibagi atas dua. Sistem imun alami yang sudah ada sejak lahir dan akan terus ada. Contoh: kulit, cairan, dan bulu-bulu pada tubuh (telinga, hidung, dan sebagainya).

Sistem imun yang didapat yang bertujuan untuk memberikan pertolongan menghadapi jamur, bakteri atau virus yang tidak bisa ditangani sistem imun alami.

“Kerjanya hanya bila ada ada sinyal dari sistem imun alami yang tidak bisa bekerja maksimal.”

Sistem imun kedua ini tidak bersifat permanen atau sepanjang masa. Bekerja spesifik yakni satu sel bertugas melawan bakteri tertentu. Begitu juga sel-sel lain dengan tugas berbeda-beda.
Tangkapan layar presentasi

Sistem imun didapat memiliki sel memori untuk merespon “musuh” atau zat asing yang sama. Hal ini tidak dimiliki sistem imun alami.

Sistem imun juga seharusnya bisa mengenal “kawan” dan “lawan.” Bila sampai terjadi maka mengalami penyakit autoimun: menyerang sel tubuh sendiri. Selain itu, perlu sensitivitas sedang khususnya pada individu yang mengalami alergi.

Perkembangan imun dan otak terjadi sejak konsepsi, berlanjut setelah kehamilan, bahkan hingga dewasa. Keduanya terjadi bersamaan.

“Data terakhir mengemukakan sistem imun dan otak tidak hanya berkembang bersamaan, tetapi juga saling berhubungan. Interaksi di antara keduanya bisa menentukan kemampuan kognitif dan perilaku seseorang.”

Hal itu didasari pada dua teori. Pertama, “early life programming theory.” Sistem imun berperan langsung dalam perkembangan otak.

Adanya hipokampus sebagai lokasi pusat pembelajaran dan memori atau kognitif. Memainkan peran ganda dengan kehadiran sel neuron dan sel imun.

Kedua, “gut-brain axis theory.” Sistem imun berhubungan dengan mikrobiota usus dan otak.

“Mikrobiota usus berperan pada maturasi dan fungsi respon imun alami dan dapat mempengaruhi otak dan perilaku.” Sebanyak 70 persen-80 persen sel imun terdapat di usus.

Dari penelitian, penting stimulasi dini dan nutrisi yang memadai pada perkembangan anak. Diare merupakan faktor risiko gangguan perkembangan.

Penelitian lain di Bangladesh menunjukkan prevalensi diare yang tinggi berhubungan dengan perkembangan negatif kognitif anak.

Tidak hanya pada ibu dan anak, tetapi ternyata anak-anak yang memiliki faktor risiko atau gejala alergi di awal masa kehidupan juga berisiko mengalami gangguan perkembangan.

“Perkembangan kognitif yang optimal pada anak sangat dipengaruhi oleh sistem imun yang sehat karena sistem imun berperan penting dalam perkembangan otak.”

Penting digarisbawahi peran ASI sebagai nutrisi utama dan terbaik bagi anak.

“ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan elergi. Juga, akan merangsang pertumbuhan kekebalan tubuh bayi.”

Aksi ekslusif wajib diberikan saat usia 0 sampai 6 bulan, lalu dilanjutkan bersama makanan padat sampai usia dua tahun atau hingga ibu dan bayi ingin mendapatkan atau memberikan ASI.

Nutrisi yang baik akan meningkatkan kematangan dan kedewasaan sistem imun. Di samping membangun sel-sel tubuh untuk perkembangan kognitif. Pentingnya asupan vitamin, mineral, asam amino, asam lemak, fitokimia, prebiotik, dan probiotik bersama dengan makanan padat.
Slide presentasi: dok Danone

Selain itu, selama masa kehamilan, ibu perlu menjaga kebersihan diri, mencegah infeksi selama kehamilan, menghindari stres, dan menghindari alkohol dan asap rokok.

“Butuh kerja sama dengan pasangan, terutama yang merokok,” tegasnya.

Saat kehamilan, bila tidak ada kontraindikasi medis, pilihlah metode melahirkan secara per-vaginam.

Pentingnya Stimulasi

Ratih Ibrahim, M.M menegaskan pentingnya nutrisi bagi perkembangan kognitif anak. Nutsiri ini terdiri dari omega 3, vitamin, zinc, hingga zat besi.

Penting memperhatikan asupan lemak dan karbohidrat agar jangan sampai kurang atau lebih sehingga tidak mendukung perkembangan kognitif anak yang disebut malnutrisi.

Hal penting lainnya adalah stimulasi. Orang tua berperan penting dalam menstimulasi perkembangan kognitif anak. Mulai dari bahasa dan perilaku adaptif, performa akademik, dan kemampuan berhitung.

“Penting dipegang sendiri oleh orang tua, kecuali ada keterbatasan,” tegasnya sambil memberi contoh soal meningkatkan “engagement” dan pelatihan makan pada anak.

Kondisi kesehatan mental terutama ibu berpengaruh pada perkembangan kognitif anak.

Orang tua juga berperan dalam interaksi anak dengan dunia sekitar. Orang tua adalah mediator dan fasilitator yang memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitar.

Dari situ anak belajar melalui pengamatan dan interaksi dengan benda-benda, teman sebaya, dan orang lain.

Parameter Perkembangan Kognitif

Ratih Ibrahim menyebut ada delapan parameter mengukur perkembangan kognitif pada anak.

Pertama, psikomotor. Bergerak dan mengontrol gerakan tubuhnya. Motorik kasar yang melibatkan otot besar (berjalan, berlari) dan motorik halus yang melibatkan otot kecil (menulis, mewarnai).

Kedua, penalaran. Memahami argument atau bukti untuk menilai atau memahami sesuatu.

Ketiga, logika. Berpikir dengan penilaian yang tepat dan masuk akal.

Keempat, membuat keputusan. Menentukan keputusan dari dua pilihan atau lebih atas kemauan sendiri.

Kelima, perhatian. Mengarahkan perhatian terhadap hal tertentu.

Keenam, daya ingat. Mengingat informasi yang diterima mengenai benda, orang, atau kejadian.

Ketujuh, fokus. Memusatkan perhatian dan minat terhadap satu hal dan dapat menyelesaikan tugas tanpa teralihkan.

Kedelapan, kemampuan berbahasa. Mampu mengekspresikan atau mengkomunikasikan pkiran dan perasaan secara lisan maupun tertulis.

Parameter perkembangan kognitif anak: dok Danone

8 Winning Skill Interactive Assessment

Danone bekerja sama dengan ahli di bidang personal growth mengembangkan parameter untuk mengukur perkembangan kognitif anak. Namanya, 8 Winning Skills Interactive Assesment.

Sebagaimana dikatakan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK, perangkat ini memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk mengamati tahap perkembangan kognitif anak sehingga tumbuh kembang anak lebih maksimal.

“Berbeda dengan perkembangan fisik (misalnya pertumbuhan berat badan dan tinggi badan) yang pada umumnya lebih mudah diperhatikan, mengamati perkembangan kognitif menjadi tantangan bagi para orang tua karena belum ada indikator/milestones kognitif yang komprehensif, mudah dipahami, dan mudah diakses oleh orang tua,” ungkapnya.

Tool ini, demikian dr.Ray Wagiu, sudah divalidasi oleh para ahli terkait. 8 Winning Skills Interactive Assessment bisa diakses melalui mynutri.club/twl.

Perangkat ini mudah diakses menggunakan telepon pintar. Gratis. Orang tua hanya perlu memilih usia anak, memilih salah satu aspek Winning Skill lalu menjawab lima pertanyaan untuk mengukur sejauh mana perkembangan aspek tersebut.

“Kemudian orang tua akan menerima rekomendasi aktivitas yang sesuai dengan kemampuan anaknya serta stimulation kit gratis berupa e-book untuk melatih 8 Winning Skill anak,” lanjutnya.
Tampilan "8 Winning Skills Interactive Assesment": dok Danone

Tentu, ini menjadi kabar baik bagi para orang tua. Alat bantu bagi mereka untuk memantau tumbuh kembang sang buah hati dan menciptakan generasi dengan skill pemenang.

Selamat mencoba!!

Comments

  1. Ntapppp sangat penting informasi seperti ini bagi para orang tua

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing