Indonesia Sabet 2 Gelar Korea Open 2017
Anthony Ginting (kanan) dan Jonatan Christie, finalis #KoreaSS 2017/badmintonindonesia.org |
Pertama kali sejak naik level menjadi turnamen super series
pada 2007, Indonesia sukses menjadi juara umum Korea Open. Sejak turnamen ini
bergulir pada 1991, Indonesia setidaknya sudah pernah menjadi pendulang gelar
terbanyak. Pencapaian itu terjadi pada 1995 dengan menyabet tiga gelar
sekaligus yang disumbangkan Heryanto Arbi (tunggal putra), Susi Susanti
(tunggal putri) dan Ricky Subagja dan Rexy Mainaky di ganda putra.
Lebih dari satu dekade kemudian Indonesia baru berhasil
menggondol dua gelar masing-masing di nomor ganda putra (Candra Wija dan Tony
Gunawan) serta ganda campuran (Nova Widianto dan Liliyana Natsir). Sekalipun
membawa pulang dua gelar, Indonesia harus mengakui keunggulan China yang
menyapu tiga nomor lainnya.
Tahun ini, setelah menanti lebih dari sepuluh tahun,
Indonesia baru bisa menorehkan catatan manis di Korea Selatan. Mengirim empat
wakil, sekaligus terbanyak dibandingkan negara lain, Indonesia sukses membawa
pulang dua gelar juara. Pencapaian ini melebihi torehan dua tahun sebelumnya
yang hanya mampu meraih satu gelar dari nomor ganda putri oleh Greysia Polii
dan Nitya Krishinda Maheswari.
Pada pertandingan yang dihelat di SK Handball Stadium, Seoul,
Minggu (17/09/2017), Praveen Jordan dan Debby Susanto sukses menyumbang gelar
pertama. Menghadapi Wang Yilyu dan Huang Dongping, juara All England 2016 itu
bermain penuh percaya diri.
Keduanya hanya butuh 45 menit untuk menyudahi pertandingan dua
game langsung, 21-17 dan 21-18. Praveen/Debby bermain tenang dan komunikasi di
antara keduanya berjalan baik. Rupanya mereka belajar banyak dari pertandingan
Austalia Open beberapa pekan sebelumnya, yang mana keduanya kandas di partai
puncak. Selain itu Praveen/Debby mampu mengatasi tekanan setelah kalah di
pertemuan sebelumnya di Kejuaraan Asia pada April lalu. Saat itu pasangan
berperingkat 13 dunia menang straight set, 22-24 dan 19-21.
Gelar juara ini menjadi yang pertama bagi Praveen/Debby di
tahun ini. Tentu kemenangan ini memotivasi keduanya untuk mempertahankan
performa puncak yang sempat kedodoran beberapa waktu sebelumnya. Pasangan yang
menjadi juara SEA Games 2015 dan perunggu Asian Games 2014 itu masih dihadapkan
pada sejumlah turnamen besar ke depan yang perlu ditaklukkan sekaligus
mengembalikan mereka ke lingkaran lima besar dunia.
Praveen Jordan/Debby Susanto juara Korea SS 2017/badmintonindonesia.org |
Gelar pertama Ginting
Berbeda dengan Praveen/Debby yang berhasil mengakhiri
paceklik gelar setahun terakhir, Anthony Sinisuka Ginting sukses meraih gelar
super series pertama. Di partai final pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat 20
tahun silam memenangkan perang saudara menghadapi kompatriotnya Jonatan
Christie.
Pemain yang sudah saling mengenal ini menunjukkan kegigihan
untuk merebut gelar super series pertama. Tidak hanya Ginting, Jojo juga
memendam hasrat yang sama. Tak heran pemain sebaya ini menampilkan permainan
sengit sepanjang lebih dari satu jam.
Ginting sukses merebut game pertama, namun berhasil diimbangi
Jojo di game kedua. Set penentuan lebih sebagai pertarungan mental, karena
skill kedua pemain tidak jauh berbeda. Ginting lebih dulu memimpin namun
perolehan poinnya sempat terhenti di angka 18.
Dalam keadaan tertinggal Jojo berusaha bangkit dan berhasil
merebut lima poin secara beruntun sekaligus memimpin 19-18. Dalam situasi
kritis, Anthony tampil agresif sementara Jojo kelihatan ragu-ragu untuk
melancarkan serangan. Tak heran Ginting pun menyudahi pertandingan dengan skor
akhir 21-13, 19-21 dan 22-20.
Ginting yang kini berperingkat 22 dunia memperpanjang
catatan kemenangan atas rekan sepelatnas itu. Di pertemuan pertama sekaligus
satu-satunya di Malaysia Open pada awal Mei ini, Ginting menang dua game
langsung, 17-21 dan 12-21.
“Rasanya senang akhirnya bisa menjadi juara. Selama ini saya
juga sempat mengalahkan pemain unggulan, artinya capaian saya kali ini bukanlah
sebuah hal yang karena keberuntungan saja. Ini merupakan hasil kerja keras saya
bersama pelatih dan teman-teman di tunggal putra,” ungkap Anthony kepada
badmintonindonesia.org seusai mengandaskan rekannya yang berperingkat 24 dunia
itu.
Terlepas dari gelar juara yang disabet Ginting, pencapaian
dua pemain muda Indonesia ini menjadi harapan di tengah penantian panjang untuk
mendapatkan juara baru di nomor tunggal putra. Kita sudah menanti cukup lama
datangnya sosok penerus Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro. Setelah tahun lalu
Sony tampil sebagai juara di Singapura Open tahun ini giliran pemain muda yang
membanggakan Indonesia di kancah internasional.
Duo Minions kandas
Indonesia gagal menambah gelar setelah di partai terakhir
pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo gagal
melewati hadangan pasangan gaek asal Denmark, Mathias Boe dan Carsten Mogensen.
Tidak mudah memang bagi duo Minions melewati hadangan
pasangan senior tersebut. Kedua pasangan saling mengejar dan menekan sejak game
pertama. Meski telah melewati kepala empat performa Boe/Mogensen masih bertaji.
Tidak hanya rapat dalam bertahan, pasangan nomor satu dunia itu pun memiliki
pukulan yang berbobot. Sementara itu Marcus/Kevin terlihat kesulitan menembus
rapatnya pertahanan unggulan teratas itu.
Meski begitu kedua pasangan ini sukses menampilkan permainan
menghibur. Para penonton yang datang ke stadion, yang memang jumlahnya tak seberapa,
cukup terhibur dengan adu cepat dan taktis antara kedua unggulan teratas itu.
Boe/Mogensen lebih dulu memenangkan game pertama sebelum
disamai Marcus/Kevin. Di set penentuan Boe/Mogensen tampil tenang dan menguasai
lapangan. Setelah bertanding lebih dari satu jam, Boe/Mogensen pun menyudahi
pertandingan dengan skor akhir 19-21 21-19 15-21.
Boe/Mogensen sukses melanjutkan tren positif saat menghadapi
ganda terbaik Indonesia itu. Dalam empat pertemuan sebelumnya, Marcus/ Kevin
hanya mampu meraih sekali kemenangan yakni di China Open 2016 dengan skor 18-21 20-22. Sementara pertemuan terakhir di
penyisihan grup Piala Sudirman, Boe/Mogensen pun menang setelah bermain rubber
set 16-21 24-2223-21.
Kekalahan ini memang menodai catatan sempurna Marcus/Kevin
dalam enam kali tampil di partai final super series. Sebaliknya memperpanjang
daftar gelar juara Boe/Mogensen di ajang serupa setelah edisi 2009 dan 2014.
Namun demikian Marcus/Kevin masih punya banyak kesempatan untuk kembali ke
jalur kemenangan. Berbeda dengan Boe/Mogensen yang cepat atau lambat akan
semakin termakan usia.
Di atas segalanya raihan dua gelar sudah cukup membanggakan
Indonesia. Situasi ini berbanding terbalik dengan tuan rumah yang selalu meraih
minimal dua gelar dalam dua tahun terakhir. Kali ini satu-satunya harapan Korea
di nomor ganda putri, Chang Ye Na/Lee So Hee kandas di tangan pasangan China, Huang
Yaqiong/Yu Xiaohan. Kekalahan ini cukup mengejutkan. Pasalnya Chang/Lee adalah unggulan tiga sementara lawannya berstatus
non unggulan. Namun harapan semata wayang tuan rumah itu harus mengakui
kehebatan pasangan muda China itu dua game langsung 21-11, 21-15.
Satu gelar lainnya direbut India. Unggulan lima Pusarla
V.Sindhu masih terlalu tangguh bagi unggulan delapan asal Jepang, Nozomi
Okuhara. Namun kedua pemain muda ini menampilkan pertandingan yang menarik
ditonton. Adu skill dan ketahanan diperagakan nyaris satu setengah jam sebelum
disudahi Sindhu dengan skor 22-20 11-21 dan 21-18. Kemenangan Sindhu ini membuat
head to head kedua pasangan imbang, saling berbagi kemenangan dalam delapan
pertemuan.
Para pebulutangkis masih akan tetap berada di Asia Timur.
Setelah ini, mereka masih akan bertanding di Japan Super Series yang akan
dimulai pekan depan. Sepertinya drama dan aksi balas dendam akan kembali
terjadi. Kita tunggu saja.
Hasil final #KoreaSS
2017:
Tunggal putra:
Anthony S Ginting (Indonesia) vs Jonatan Christie (Indonesia),
21-13, 19-21, 22-20.
Tunggal putri
Pusarla V. Sindhu (India) vs Nozomi Okuhara (Jepang),22-20,
11-21, 21-18.
Ganda Putra
Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) vs Marcus Gideon/Kevin Sanjaya (Indonesia),
21-19, 19-21, 21-18.
Ganda Putri
Huang Yaqiong/Yu Xiaohan (China) vs Chang Ye-na/Lee
So-hee (Korea Selatan) 21-11, 21-15.
Ganda Campuran
Praveen Jordan/Debby Susanto (Indonesia) vs
Wang Yilyu/Huang Dongping (China) 21-17, 21-18.
Comments
Post a Comment