Kemilau Gregoria Mariska di Tim Uber yang Belum “Move On”
Gregoria Mariska/badmintonindonesia.org |
Harapan publik Indonesia untuk melihat Tim Uber Indonesia
berbicara banyak di Bangkok, Thailand kali ini masih terus menggantung. Sejak edisi
2012 di Wuhan, China, berlanjut di New Delhi, India dan Kunshan, China, dua
tahun lalu, sepak terjang tim Indonesia berakhir di perempat final. Tim putri
Indonesia belum bisa “move on” dari delapan besar.
Kali ini Fitriani dan kawan-kawan dijegal tuan rumah. Meski
kalah tipis 2-3, Indonesia tetap tak mampu melewati pencapaian di tiga edisi
sebelumnya. Itulah hasil terbaik yang bisa dipetik bulu tangkis Indonesia di
turnamen beregu ini.
Bermain di kandang lawan, Indonesia telah berusaha bermain
maksimal. Awal kurang meyakinkan dari Fitriani, berhasil ditebus oleh Greysia
Polii dan Apriyani Rahayu. Fitriani menjadi bulan-bulanan mantan pemain nomor
satu dunia, Ratchanok Intanon.
Entah apa yang terjadi dengan Fitriani kali ini. Alih-alih
memberikan sedikit perlawanan, pemain berusia 19 tahun itu menyerah mudah, 8-21
dan 7-21. Tidak sulit rupanya bagi pemain Thailand yang kini berperingkat empat
dunia itu menyumbang poin pertama. Ia hanya butuh 33 menit menyudahi perlawanan
sekaligus menegaskan dominasnya atas pemain asal Garut, Jawa Barat itu. Dalam
tiga pertemuan terakhir, Ratchanok selalu menang, termasuk perjumpaan terakhir
di Indonesia Masters yang berakhir dua game langsung, 17-21 dan 16-21.
Pasca kekalahan ini, nama Fitriani langsung menjadi buah
bibir di kalangan pencinta bulu tangkis tanah air. Ia dinilai tak mengalami
perkembangan baik dalam teknik maupun mental. Ia menjadi satu-satunya pemain
yang belum juga menyumbang kemenangan bagi Tim Uber kali ini. Sejak ambil debut
di turnamen beregu, prosentase sumbangsihnya berada di bawah 50 persen. Ia baru
menyumbang enam kemenangan dan sembilan pertandingan lainnya berakhir dengan
kekalahan.
Kali ini Fitriani tidak harus menanggung semua komentar
miring itu. Beban yang dipikulnya terlalu berat. Selain menghadapi lawan yang memiliki rangking
lebih baik dan pengalaman yang lebih teruji, ia pun mendapat tekanan tambahan
dari publik tuan rumah.
Indonesia sempat menjaga asa setelah Greysia Polii dan
Apriyani Rahayu “melibas” Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. Pasangan
berperingkat enam dunia itu menang straight set 21-11 21-16. Kemenangan atas pasangan berperingkat delapan
dunia itu membuat skor imbang. Patut dicatat di pertandingan ini, pasangan
berbeda generasi itu menampilkan sisi pertahanan yang luar biasa. Tembok kokoh
yang dibangun membuat lawan frustrasi. Mereka akhirnya mampu mengunci perolehan
poin lawan di angka 16 dengan meraih enam poin beruntun setelah skor sempat
tipis 15-16.
Di partai ketiga, Gregoria Mariska sukses mewujudkan harapan
pencinta bulu tangkis Indonesia. Ia sukses membalikkan keadaan setelah
menumbangkan Nichaon Jindapol. Tidak main-main, Jorji menang dua game langsung
atas pemain berperingkat 11 dunia itu. Meski harus bermain habis-habisan, Jorji
yang kini berada di rangking 35 dunia mampu menyudahi perlawanan Nichaon dalam
dua game, 21-10, 22-20.
Kemenangan Gregoria gagal diikuti Della Destiara Haris/Rizki
Amelia Pradipta. Alih-alih menyumbang poin untuk memastikan kemenangan
Indonesia, keduanya malah bertekuk lutut di hadapan Puttita
Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai. Della Rizki kalah 20-22 dan 12-21 usai
bermain 55 menit.
Kekalahan ini cukup disayangkan. Nomor ganda sebenarnya
menjadi harapan untuk menyumbang poin. Della/Rizki sejatinya berpeluang menang
andaisaja mampu memanfaatkan momentum di babak pertama. Sempat tertinggal
11-17, keduanya mampu menyamakan kedudukan, 18-18. Sayang ritme positif yang
telah dibangun berubah negatif di poin-poin kritis. Di babak kedua, keduanya
gagal lepas dari tekanan, malah tertinggal cukup jauh.
Setelah pertandingan keduanya mengakui titik lemah utama. Mereka
tak mampu keluar dari tekanan dan terbawa permainan lawan. Sementara itu
menurut pelatih ganda putri, Eng Hian, konsistensi anak asuhnya masih menjadi
persoalan.
“Pada saat mereka bisa bermain dengan cukup bagus, itu
grafiknya bisa di angka 9 atau 10. Tapi saat mereka tidak bermain bagus, bisa
turun sampai di angka 2,” ungkap Eng Hian kepada badmintonindonesia.org.
Persoalan utama tidak pada teknik, tetapi mental. Keduanya
tak mampu menghadapi tekanan dan mengubah pola permainan. Bisa jadi tekanan
besar yang dialami membuat mereka gagal menampilkan permainan terbaik.
Ekpektasi besar yang dibebankan kepada mereka justru berakhir petaka.
Di partai penentuan, Ruselli Hartawan belum bisa melewati
tantangan Busanan Ongbamrungphan. Ia gagal mengulangi penampilan gemilang
seperti saat menaklukkan Li Xuerui
kemarin. Meski telah berjuang “all out”, Busanan, berperingkat 22 tahun itu
masih terlalu tangguh. Busanan menegaskan diri sebagai salah satu pemain dengan
pengalaman dan mental teruji. Ia belum pernah kalah ketika dimainkan sebagai
tunggal ketiga di turnamen beregu sejak level junior.
Kemenangan Busanan 9-21 12-21 sekaligus memastikan langkah
Thailand ke perempat final. Sekaligus menambah keunggulan dalam rekor pertemuan
menjadi 2-0. Di pertemuan pertama di Kejuaraan Dunia Junior 2014, Ruselli
menyerah 16-21 dan 13-21.
Pesona Jorji
Dengan tanpa mengabaikan para pemain lain, nama Gregoria
patut disebut. Pemain 18 tahun ini bermain baik sepanjang turnamen. Menghadapi Nichaon
hari ini, Jorji menunjukkan semangat juang tinggi. Ia menutup kemenangan dua
game langsung dengan aksi ciamik. Pemain kelahiran Wonogiri itu mampu
membalikkan bola meski sudah berada dalam posisi sulit. Nichaon hanya bisa
melongo tak percaya.
Kemenangan atas Nichaon melengkapi hasil sempurnanya di
Piala Uber kali ini. Ia sukses meraih empat kemenangan, termasuk mengalahkan
tiga pemain dengan rangking yang lebih tinggi. Selain Nichaon, Jorji lebih dulu
membuat mantan juara dunia, Li Xuerui tak berdaya.
Konsistensi Jorji mengingatkan kita pada An Se Yeong, pemain
muda Korea Selatan. Pemain junior kelahiran 2002 itu kembali menjadi penentu
kemenangan tim saat menghadapi Kanada. Kemenangan atas Britney Tam, 21-13,
19-21, 21-11 hari ini mengantar negaranya ke semi final.
Selain Jorji, potensi Ruselli pun harus terus dirawat. Selain
itu memaksimalkan sektor ganda sebagai harapan menyumbang poin. Susunan pemain
hari ini sudah tepat. Itulah “line up” dengan materi terbaik. Semoga skuad
Indonesia yang didominasi pemain muda ini terus diasah agar lebih siap
menghadapi event akbar selanjutnya yakni Asian Games 2018.
Di atas segalanya, untuk perjuangan mereka hari ini kita
patut memberikan apresiasi. Setidaknya kita tidak lagi menjadi bulan-bulanan
China, dan mampu merepotkan Thailand. Mengutip pernyataan sastrawan Pramoedia Ananta
Toer dalam “Bumi Manusia”, mereka “telah melawan…Sebaik-baiknya,
sehormat-hormatnya.”
N.B
Hasil pertandingan Tim Uber Indonesia Vs Thailand:
Sumber: www.tournamentsoftware.com |
Comments
Post a Comment