Kado Manis Perpisahan Rian dan Berry

Berry/Rian (kanan) juara Thailand Open GPG 2016/badmintonindonesia.org

Ganda putra Rian Agung Saputro/Berry Angriawan menjadi satu-satunya penyumbang gelar bagi Indonesia di Thailand Open Grand Prix Gold yang baru saja berakhir, Minggu (9/10/16). Gelar tersebut sekaligus menjadi kado perpisahan keduanya.

Setelah turnamen ini, dan dimulai di Denmark Open Super Series Premier dan French Open Super Series yang digelar pada akhir Oktober hingga awal November, Rian/Berry akan ditandemkan dengan pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Berry dipasangkan dengan Ahsan, sementara Rian mendampingi Hendra.

Di partai final Rian/Berry menundukkan wakil Jepang Takuto Inoue/Yuki Kaneko. Meski  menjadi unggulan kedua tak mudah bagi mereka menundukkan pasangan non unggulan itu. Keduanya butuh waktu satu jam untuk mengakhiri perlawanan Takuto/Yuki melalui pertarungan rubber game, 17-21, 21-14, 21-18.

Bagi Rian/Berry pertandingan ini tak ubahnya klimaks setelah melewati babak demi babak. Tak seperti menghadapi lawan-lawan di babak-babak sebelumnya, wakil Negeri Sakura itu benar-benar memberikan perlawanan sengit.

Kurang mendapat tantangan serius membuat Berry/Rian serasa disengat. Keduanya tersentak kaget di set pertama. Keduanya harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan setelah wakil Jepang itu mampu merebut set pertama.

Seperti diakui Rian dan Berry, lawan yang dihadapi sangat ulet dan memiliki pertahanan yang kokoh. Tak mudah bagi mereka mencuri poin meski sudah berupaya menerapkan sejumlah strategi.  

 “Inoue/Kaneko memang ulet, mereka tidak mudah dimatikan. Kami banyak mengikuti instruksi pelatih dengan tidak bermain buru-buru dan dahulukan bola depan supaya bisa terus mengangkat bola dan mendapat kesempatan untuk menyerang,” tandas Berry seperti dikutip dari badmintonindonesia.org.

Belajar dari set pertama, Berry/Rian mulai bermain lebih taktis. Bobot pukulan pun ditingkatkan agar mampu membongkar pertahanan pasangan nomor 44 dunia itu. Meski demikian di interval pertama set kedua, Inoue/Kaneko sempat mempimpin 11-10.

Beruntung pengalaman dan ketenangan Berry/Rian begitu terlihat di saat-saat genting ini. Tak terlena dengan gaya bermain lawan, perlahan-lahan keduanya mampu mengendalikan permainan. Set kedua, Berry/Rian mengunci poin lawan di angka 14.

Di set penentuan  Inoue/Kaneko, sebagaimana ciri khas semangat pantang menyerah pemain-pemain Jepang, tak membiarkan Berry/Rian mengambil poin dengan mudah. Seperti di set kedua, Inoue/Kaneko berhasil menyalip poin Berry/Rian hingga interval dengan skor 11-10.

Setelah jeda pertandingan cukup menegangkan. Kedua pasangan saling kejar mengejar angka. Namun kematangan Berry/Rian terlihat di saat-saat kritis. Keduanya pun menutup set ketiga dengan skor 21-18.

Gelar ini menjadi yang pertama bagi pasangan nomor 25 dunia di tahun ini. Sekaligus sebagai tanda mata sebelum “bercerai”.  Selain itu, keberhasilan ini memberi arti tersendiri bagi keduanya. Rian mendedikasikan gelar ini kepada sang ibu yang akan menjalani operasi tumor. Sementara Rian menjadikan gelar ini sebagai kado ulang tahunnya yang jatuh pada 3 Oktober lalu.

Mengomentari perpisahan mereka, keduanya menanggapi santai. Alih-alih merasa sedih, Rian mengaku bahwa yang terpenting adalah prestasi.

 “Berpisah sama Berry nggak sedih kok, kan mau pasangan sama siapapun, yang penting saya dan Berry sama-sama bisa maksimal prestasinya,” tandas Rian.

 Sony Runner-up
Indonesia sejatinya bisa menambah satu lagi gelar juara andai saja tunggal putra Sony Dwi Kuncoro mampu melewati hadangan wakil tuan rumah Tanongsak Saensomboonsuk. Menghadapi lawan yang jauh lebih muda, Sony yang sudah berusia 32 tahun masih menunjukkan diri sebagai pesaing utama. Sayang lawan yang dihadapi kali ini benar-benar merepotkan dan membuatnya seperti tak kuasa menyembunyikan usianya yang sudah tak muda lagi.

Tanongsak bermain cepat dan sangat strategis. Smes dan penempatan bola pemain 25 tahun itu sangat akurat dan benar-benar menyulitkan Sony.

Game pertama berjalan cepat. Tak butuh waktu lama bagi tunggal nomor 26 dunia itu. Di set kedua, Tanongsak bermain semakin percaya diri. Dukungan publik tuan rumah yang memadati National Stadium mempertebal semangatnya. Sony sempat memimpin dua poin dalam kedudukan 9-7. Namun tunggal peringkat 32 dunia gagal menjaga konsistensi dengan kehilangan enam poin secara beruntun.
Agresivitas Tanongsak semakin meningkat dan menempatkan Sony di bawah tekanan. Perolehan poin wakil tuan rumah semakin mudah setelah sejumlah serangannya gagal dibendung Sony. Pertandingan pun berakhir straight set 15-21, 16-21 dalam waktu 42 menit.

“Saya kalah cepat dari lawan, kalah strategi juga. Memang saya akui hari ini permainan dia lebih bagus dari saya,” aku Sony.

Dengan kekalahan ini membuat Sony gagal mengulangi hasil positif seperti pada pertemuan terakhir mereka di Hong Kong Open 2003. Sekaligus membuat rekor pertemuan keduanya menjadi tipis. Tambahan satu kemenangan menambah catatan kemenanganTanongsak menjagi tiga dalam dalam tujuh pertemuan  keduanya.  

 “Saya bersyukur saya bisa sampai ke babak final. Selanjutnya, saya harus bisa menjaga konsistensi penampilan saya,” tandas Sony.
Sony Dwi Kuncoro (kiri), runner up Thailand Open GPG 2016/badmintonindonesia.org

Tuan rumah berjaya
Kemenangan Tanongsak memastikan Thailand keluar sebagai juara umum dengan dua gelar. Gelar pertama dipersembahkan ganda putri Putitta Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai yang turun di partai pertama. Unggulan teratas itu menang mudah atas wakil Jepang yang menempati unggulan kelima, Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara 21-12, 21-17

Tuan rumah nyaris menambah satu gelar lagi di partai kedua. Sayang tunggal putri unggulan ketiga Busanan Ongbumrungphan gagal membendung pemain muda Jepang Aya Ohori. Ohori yang baru berusia 20 tahun menang dua game langsung 25-23, 21-8.

Bersama Indonesia dan Jepang, Malaysia pun kebagian satu gelar dari sektor ganda campuran. Unggulan tiga Tan Kian Meng/Lai Pei Jing sukses menjungkalkan pasangan Hong Kong Tang Chun Man/Tse Ying Suet straight set 21-16, 22-20

Hasil lengkap babak final Thailand Open GPG 2016:
Ganda Putri
Putitta Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai (1/THA) vs Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara (5/JPN) 21-12, 21-17
 Tunggal Putri
Aya Ohori (JPN) vs Busanan Ongbumrungphan (3/THA) 25-23, 21-8
Ganda Putra
Rian Agung Saputro/Berry Angriawan (2/INA) vs Takuto Inoue/Yuki Kaneko (JPN) 17-21, 21-14, 21-18
Ganda Campuran
Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (3/MAS) vs Tang Chun Man/Tse Ying Suet (HKG) 21-16, 22-20
 Tunggal Putra
Tanongsak Saensomboonsuk (5/THA) vs Sony Dwi Kuncoro (2/INA) 21-15, 21-16

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 9/10/2016.




Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing