Peluang Menggiurkan The Warna dan Sophie Paris, Siapa Dapat Menolak?
Sejumlah produk anyar Sophie Paris/foto dokpri |
Berbicara tentang perubahan, saya selalu suka dengan
ungkapan ini. Tempora mutantur et nos
mutamur in illis. Ungkapan dari bahasa Latin itu kira-kira berarti
demikian: waktu berubah dan kita pun turut berubah di dalamnya.
Merujuk pada kemunculannya, ungkapan ini sebenarnya sudah cukup klasik. Ia muncul pertama kali dalam filsafat Barat melalui salah satu pemikirnya, Heraclitus. Gagasan tentang perubahan itu kemudian dirangkum dalam bahasa Yunani Kuno sebagai “panta rhei.” Arti harafiahnya adalah semuanya mengalir.
Aktualitas ungkapan itu, sebagaimana perubahan, selalu
menyata. Tidak ada orang yang bisa menolak perubahan. Dan bila tak ingin
tergilas zaman, maka harus ikut berubah.
Perubahan itulah yang kini mengemuka di dunia digital
umumnya dan sosial media khususnya. Sebagai buah dari perubahan, digitalisasi
itu membuat orang tidak bisa tidak ikut terseret. Sampai-sampai dunia digital
kini menjadi salah satu medan pertarungan paling sengit sekaligus tempat meraup
banyak keuntungan.
Kesadaran ini semakin kuat ketika saya mengikuti workshop yang
diselenggarakan oleh Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB). Komunitas
tulis menulis ini dididirkan oleh blogger kondang, Ani Berta. Kini sepak terjang
ISB sudah sedemikian luas baik dalam jumlah anggota maupun bidang kegiatan.
Acara tersebut diselenggarakan pada Sabtu, 21 Juli 2018
bertempat di Nutrifood Inspiring Center yang mengambil lokasi di Apartemen
Menteng Square Tower, Jakarta Pusat.Hadir saat itu perwakilan dari Sophie
Paris; Imam Mahmudi yang merupakan seorang ahli dalam Digital Marketing; dan
Dany Anwar selaku pendiri The Warna.
Ibu Titi dari Sophie Paris/foto dokpri |
Seperti disinggung sebelumnya, semua lini usaha baik Sophie
Paris maupun The Warna sudah merambah ke dunia digital. Digitalisasi bahkan
membuat mereka tidak bisa tidak berbenah.
Siapa yang tidak kenal Sophie Paris. Perusahaan yang berdiri
sejak 1995 ini sudah mengisi ruang gaya hidup masyarakat Indonesia. Ragam produknya
di dunia fashion hingga kosmetik telah lama digunakan di tanah air.
Kita coba mundur sedikit ke belakang. Perusahaan ini
didirikan oleh Mr.Bruno Hasson. Ia memulainya sebagai industry rumahan. Dari tiga
orang karyawan yang bekerja di loteng rumah menghasilkan tas-tas yang kemudian
mencuri perhatian.
Website sophieparis.com/dokpri |
Ketertarikan banyak orang membuat perusahaan ini berkembang
cepat. Karyawan pun ditambah. Seiring meningkatnya omzet penjualan, sistem promosi
dan pemasarannya pun digiatkan. Perusahaan ini dimulai dengan sistem penjualan
langsung alias Direct Selling dengan tenaga penjual di garda terdepan.
Selanjutnya sistem penjualannya mengambil bentuk Multi Level
Marketing dengan pola berjenjang. Dibutukan mitra dan anggota untuk memasarkan
semua produknya dengan komisi dan reward menggiurkan. Namun seiring
berkembangnya dunia digital menuntut Sphie Paris berubah.
Tidak bisa lagi mengandalkan sistem konvensional semata. Menurut
pihak Sophie Paris kini pihaknya sudah merambah ke dunia digital. Produk dipasarkan
dan ditawarkan secara online. Tidak lagi terbatas pada katalog manual. Kehadiran
website www.sophieparis.com membuat
segala aktivitas kini tidak lagi terjadi secara offline. Pemasaran, promosi,
informasi terbaru hingga proses pendaftaran anggota pun terjadi di sana.
Mendaftar menjadi anggota Sophie/dokpri |
Cara ini jelas membuat Sophie Paris bisa terus eksis. Merek
kenamaan ini bisa tetap bertahan di tengah derasnya persaingan. Itulah salah
satu transformasi yang dilakukan perusahaan asal Prancis ini untuk agar tetap
dicintai para pelanggan setianya. Untuk memperkuat posisi di dunia digital,
Sophie Paris juga giat melakukan aneka pelatihan dengan memanfaatkan kemajuan
lini sosial media seperti facebook dan Instagram. Tentu ini cara kekinian untuk
merambah dunia dengan tingkat perkembangan yang masif.
Di Indonesia, masih ada sejumlah gerai Sophie Paris seperti
di bilangan Jakarta Pusat. Selain itu keberadaan kantor di Jl.Adyaksa Raya,
Lebak Bulus, Jakarta Selatan membuat lini usaha ini tetap menancapkan kukunya
di tanah air.
Secara kualitas produk-produk Sophie Paris jelas masih bisa
bersaing. Bahkan beberapa dari antaranya memiliki keunggulan tersendiri. Salah satu
yang terlihat dari acara separuh hari itu ialah keunggulan di bidang kosmetik. Demo
singkat merias wajah yang dilakukan Ibu Titi mampu mengubah wajah yang biasa-biasa
menjadi luar biasa.
Kantor Sophie di Lebak Bulus/foto dari http://berbisnissophie.blogspot.com |
Peluang The Warna
Keberadaan Sophie Paris menjadi peluang bagi siapa saja
untuk memanfaatkan kemajuan sosial media untuk mendapatkan penghasilan. Pendaftaran
anggota baru masih terus dibuka. Tidak sukar menjadi bagian dari Sophie Paris
dengan persyaratan yang mudah. Bertandang ke web resmi dan mengisi sejumlah
informasi yang dibutuhkan anda sudah bisa langsung menjadi bagian dari
perusahaan yang telah melebarkan sayapnya ke luar negeri itu.
Demikian pun peluang yang ditawarkan The Warna. Dany Anwar
membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Ia tidak memiliki pengetahuan
dan pengalaman dalam dunia mode. Namun dari kekosongan itu ia kini bisa menjadi
seorang pengusaha muda yang sukses. The Warna menjadi saksi perjuangannya untuk
menghidupkan usaha kreatif sekaligus membuka kesempatan bagi banyak orang.
Dany Anwar, founder The Warna/Dokpri |
The Warna merupakan merek sepatu, tas, wedges, sneakers
hingga flat shoes bermotif etnik. Berdiri sejak 2013, berkat kerja keras pria “drop
out” ini, kini The Warna bisa memproduksi sendiri berbagai produk yang
mengambil insiprasi dari kekayaan budaya Indonesia. Sebagaimana namanya yang
merupakan kependekan dari “Warisan Nusantara”, The Warna menonjolkan kekayaan
nasional.
Berbagai motif etnik mulai dari batik, songket hingga tenun disulap
menjadi produk berkualitas.
Mengingat tidak semua produk itu bisa diubah menjadi sepatu,
maka The Warna membangun pabrik dan membuat sendiri materi dasar itu. Tidak
hanya memproduksi bahan dasar, seluruh proses pembuatan produk pun mengambil
tempat di pabrik sendiri yang terletak di Bogor, Jawa Barat.
Pabrik sendiri ini memungkinkan The Warna bisa terus
berkreasi dan mengikuti perkembangan dan selera pasar. Bahkan para konsumen
bisa memilih produk sesuai keinginan. Dengan sistem pemesanan di awal, The
Warna bisa menyajikan produk yang diinginkan seperti tinggi hak sepatu yang
bisa disesuaikan.
Menariknya lagi, The Warna membuka peluang usaha kepada siapa
saja terutama ibu rumah tangga. The Warna mengambil bentuk promosi berbeda. Alih-alih
menggelontorkan banyak uang untuk memasang iklan di sosial media dan medium
lainnya, The Warna justru mengambil sistem reseller. Siapa saja bisa mengambil
bagian sebagai perpanjangan tangan The Warna. Pendaftaran mudah dan tidak
memiliki syarat khusus.
Wesbsite resmi The Warna/dokpri |
Selain itu reseller juga mendapat banyak kemudahan. Salah satunya
materi promosi yang bisa dimanfaatkan untuk menjangkau pasar potensial di
sosial media. Tim konten The Warna akan menyiapkan segala materi untuk
digunakan reseller. Pelatihan dan pendampingan berkelanjutan membuat para
reseller bisa terus beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi di dunia
digital.
Lantas berapa penghasilan yang bisa diperoleh setiap
reseller? The Warna memang tetap bertumpu pada https://thewarna.com
sebagai web utama. Namun para reseller tidak perlu khawatir untuk memanfaatkan
peluang di dunia digital yang sedemikian luas. Dengan cara dan tekniknya bisa
memasarkan produk dan mendapatkan keuntungan tidak sedikit.
Menurut Dany, The Warna mematok harga jual ke reseller lebih
murah. Dengan demikian dari setiap barang yang dijual reseller bisa mendapat
keuntungan. Dany memastikan dari setiap penjualan, reseller mendapat keuntungan
sebesar Rp 45 ribu. Coba hitung bila
dalam sehari reseller mampu melakukan ratusan transaksi maka berapa keuntungan
yang bisa didapat?
Tidak sampai di situ. The Warna akan membantu para reseller
untuk mendapat pembeli dengan mengarahkan mereka ke reseller. Selain itu dengan
sistem dropship maka setiap reseller tidak dipusingkan lagi dengan urusan
pengemasan. Dengan sekali mendafaftar, status keanggotaan berlangsung seumur
hidup. Tidak ada target dan sanksi bagi setiap reseller yang membuat usaha ini
menjadi salah satu peluang emas yang sayang bila dilewatkan.
Imam Mahmudi, profesional dalam digital marketing/dokpri |
Akhirnya, apapun usaha yang kita lakukan di dunia digital
hendaknya memperhatikan empat tahap penting ini. Sebagaimana dikatakan Imam
Mahmudi, awareness, interest, decision dan
action adalah langkah jamak di dunia
digital. Awarness menyangkut
kemampuan menarik perhatian konsumen. Interest
bertalian dengan uapaya membuat produk kita mampu menarik perhatian
konsumen.
Kedua hal itu memantik keinginan orang membeli produk. Pada
akhirnya membuat orang ber-aksi untuk
membeli produk.
Selamat mencoba, mari manfaatkan peluang dari The Warna dan
Sophie Paris yang sayang bila ditolak!
Comments
Post a Comment