Merangkul Generasi yang Memunggungi Cabai Rawit
![]() |
Ilustrasi Kompas.com |
Indonesia mendapat kado pahit di awal tahun dengan
meroketnya harga cabai, khususnya cabai rawit merah. Tidak hanya di Ibu Kota
Jakarta yang bergantung pada pasokan dari luar, di beberapa daerah di luar Jawa,
seperti Kalimantan harga bahkan melambung tinggi. Di Segiri, Samarinda,Kalimantan Timur misalnya, produk yang oleh masyarakat setempat disebut cabai
rawit tiung ini pernah menginjak Rp 200.000 per kilogram (kg).
Sebagai bangsa yang doyan rasa pedas, kenaikan ini langsung
menimbulkan kasak kusuk. Resah dan gelisah di kalangan konsumen coba diteduhkan
pemerintah. Seperti dikatakan Presiden Joko Widodo kenaikan tersebut tersebab
kondisi pertanian cabai pada 2016 kurang bagus. Curah hujan yang tinggi membuat
banyak cabai yang busuk dan tidak sedikit terjadi puso atau gagal panen.
Minimnya persediaan (supply) tidak
bisa mengimbangi permintaan (demand)
maka konsekuensi kenaikan harga itu tak terhindarkan.
Entah apa sebab
utama, bagaimana penyelesaiannya dan seperti apa kondisi terkini, situasi ini tidak
bisa tidak memunculkan tanya mendasar. Rasa miris mengemuka lantaran kondisi ini
terjadi pada bangsa agraris. Bagaimana kondisi beberapa tahun ke depan ketika
lahan pertanian semakin sempit, tergusur oleh laju pembangungunan yang masif
dan para petani sudah berganti generasi?
Passion Generasi Y
Bila kita menengok ke desa-desa dan area pertanian sebagian
besar berisi generasi X atau baby boomers
dan generasi sebelum itu, generasi GI atau greatest generation. Ada juga mereka yang masuk dalam generasi seperti
saya yakni generasi Y atau generasi milenial, yakni yang lahir pada rentang
akhir 1970-an hingga pertengahan 1990-an, tetapi tidak signifikan.
Saat mengunjungi sejumlah kota di Pulau Jawa dan di luar
Pulau Jawa, juga saat liburan kembali ke kampung halaman, sedikit ditemui kaum
muda yang masih mau berkutat di dunia pertanian, termasuk di dalamnya
peternakan, kehutanan, serta perikanan.
Saya termasuk dalam gerbong besar lainnya. Sejak lulus
perguruan tinggi di Flores, NTT langkah kehidupan saya ayunkan ke ibu kota,
alih-alih kembali ke kampung halaman menceburkan diri di dunia pertanian. Di
ibu kota saya pun memilih bidang kerja yang tidak bersentuhan dengan tanah dan
tumbuhan, seperti halnya orang
kebanyakan.
Apakah sayamemilih menjadi perantau dengan penuh kebebasan
atau tersandaera pada kepentingan dan motif tertentu? Jawaban untuk hal ini
bisa mengular panjang. Setidaknya, apakah pekerjaan yang saya jalani saat ini
sanggup mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan? Dengan kata lain, saya bebas dan
bahagia menjalaninya? Menilik kondisi saya saat ini jawaban tentu ya. Lantas
apa yang bisa dikatakan tentang ini?
Tidak usah terlalu panjang menarik hingga generasi Z (gZ
atau iGeneration atau Homeland Generation) yang sudah jelas seperti apa
kehidupan dan orientasi mereka. Saya dan generasi Y lainnya jelas memiliki
karakteristik yang berbeda dibanding generasi-generasi lainnya.
Seperti dikatakan Aldyon Restu Azkarahman dalam opininya di Kompas, 18 Oktober 2016, hal.7, generasi
Y dikenal lebih ambisius, berkespektasi tinggi, dan ingin serba cepat. Lahir
dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi dan akses informasi yang cepat dan
tak terbatas, adalah faktor penyebab.
Hal ini pun berpengaruh pada passion, konsep abstrak yang bisa dipahami sebagai hasrat atau keinginan,
sebagai pertimbangan utama dalam menjalani hidup dan meniti jenjang karir.
Lingkungan dan orang tua bukan lagi faktor utama dalam penentuan karir sehingga
lumrah ditemukan generasi Y mengambil jalur karir berbeda dengan orang tuanya.
Dengan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang besar membuat
mereka terpacu untuk segera meraih kesuksesan. Passion itu menjadi bahan bakar untuk menggapai impian yang sudah
dipatok dengan tahu dan sadar sejak usia relatif muda. Dan tidak sedikit
terlihat hasilnya, banyak yang menggapai sukses sebagai wirausahawan muda
dengan usaha atau start-up kreatif
ciptaannya, sesuatu yang jarang terjadi pada generasi sebelumnya.
Namun passion ini
membuat generasi Y kurang berjodoh dengan semua bidang, salah satunya
pertanian. Dunia pertanian yang luas itu mensyaratkan proses, yang terkadang
lamban dan butuh kesabaran ekstra. Selain faktor manusia, alam dengan segala
misterinya pun menjadi faktor penting yang harus diakrabi.
Prasyarat ini berbeda dengan karakter generasi Y yang ingin
serba cepat dan praktis. Tak pelak bila dunia tersebut kurang dilirik seperti
terlihat dari data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2011 dimana
lulusan fakultas pertanian (termasuk peternakan dan perikanan) hanya sebesar
3,32 persen dari total lulusan mahasiswa di Indonesia. Jumlah tersebut akan
semakin berkurang dengan lulusan yang memilih berkarir di luar bidang
non-pertanian.
Selain terus berkurangnya generasi keluarga petani, seperti
survey BPS pada 2013 diketahui rumah tangga petani berkurang 5,1 juta pada
kurun 2003 hingga 2013, prediksi bahwa pada tahun 2020, 40 persen usia
produktif di Indonesia dikuasai generasi Y semakin mengkhawatirkan sektor ini.
Bebas Aksi tapi
Terlindungi
Gambaran di atas bisa jadi terlalu sempit dan relatif dan
tidak akan separah yang diperkirakan nanti akan terjadi. Karena zaman berbeda
maka apa yang terjadi dengan generasi Y dan generasi-generasi berikutnya perlu
dirangkul untuk turut mengembangkan sektor pertanian. Selain mengembangkan
konsep pertanian modern juga meluncurkan startup
bidang pertanian untuk menjembatani kehidupan generasi masa kini dengan
bidang pertanian.
Belum lama ini Presiden Jokowi meluncurkan lima aplikasi
berbasis gawai android bernama Petani, TaniHub, LimaKilo, Pantau Harga dan
Nurbaya Initiatives. Tujuannya untuk melakukan pertukaran informasi dan
memotong jalur distribusi dari produsen ke konsumen, hal mana yang rentan
“permainan” yang berimplikasi pada melambungnya harga.
Namun patut diakui terobosan itu belum menyentuh akar
keprihatinan, dan kelak menjamin meningkatnya jumlah petani dan produk
pertanian. Ikhtiar untuk berswasembada pangan saat negara dikuasai generasi Y
masih dalam tanda tanya besar.
Untuk mengantarai peralihan estafet antargenerasi dibutuhkan
usaha dan kerja lebih. Meski demikian tidak perlu sampai melemahkan semangat
generasi Y untuk terus berkreasi sesuai passion
mengisi hidup pada zamannya ini.
Tak kalah penting, apakah hidup Anda sudah terlindungi dalam
menjalani passion? Patut diakui saat
ini kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi kian meningkat. Data
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) tahun 2015, pendapatan premi industri
asuransi jiwa mencapai Rp128,6 triliun atau tumbuh 5.8 persen dibanding tahun
2014 yang sebesar Rp 121,62 triliun. Tahun ini diprediksi akan meningkat 20
persen (Kompas, 24 Desember hal.4).
Demi memperluas penetrasi dan menjangkau generasi Y, PT FWD Life Indonesia (FWD Life) memanfaatkan jalur distribusi
daring (e-commerce) dengan
menghadirkan salah satu produk unggulan yakni Asuransi Bebas Aksi Flash.
Hemat saya produk ini sangat cocok dan relevan untuk
menemani generasi saat ini menjalani passion.
Betapa tidak, di balik semangat yang menggebu-gebu menjalani berbagai passion perlindungan asuransi jiwa
kecelakaan diri amat diperlukan. Menjalani passion,
yang tidak sedikit aat berisiko jelas membutuhkan proteksi.
Menariknya, Asuransi Bebas Aksi Flash hadir menjawab
karakter dan hidup masa kini yang praktis, cepat namun dengan biaya premi
sangat terjangkau. Asuransi yang mulai diperkenalkan sejak 15 Desember 2016 itu
menyajikan perlindungan komprehensif dengan hanya sekali bayar.
Siapa saja bebas memilih periode pertanggungan asuransi
dengan premi bersahabat. Periode waktu bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan menyediakan Rp 30 ribu untuk perlindungan tujuh hari, Rp 60 ribu akan
dilindungi selama satu bulan, atau bisa lebih lama yakni tiga bulan dengan
harga Rp 180 ribu.
Dengan adanya perlindungan menyeluruh itu memungkinkan siapa
saja, terutama kaum muda menjalani passion-nya,
yang tidak sedikit sangat berisiko. FWD Life siap mendampingi dengan
perlindungan 100 persen hanya dengan dua pengecualian yakni menyakiti diri
sendiri atau melanggar hukum.
Selain produk teranyar itu, tersedia pula produk asuransi
untuk kepentingan investasi. Sambil menjalani passion, dan terlindungi jiwa,
kita bisa berinvestasi untuk menyiapkan masa depan baik diri sendiri maupun
orang-orang terdekat.
Dengan beragam kemudahan baik dalam proses yang dilakukan
secara online dan tanpa kertas dan fleksibel dengan alternatif pembayaran
premi, di samping gratis biaya tarik dana atau penebusan polis, tersedia empat
produk unggulan yakni FWD VIP Maxima Link/SPrInt Link Plus, FWD SPrInt Retirement,
FWD SPrInt Education dan FWD SPrInt Link dengan beragam paket menarik.
Pertama, FWD VIP
Maxima Link (khusus kepada nasabah Bank Victoria)/SPrInt Link Plus menjanjikan
beragam pilihan investasi. Apabila
tertanggung meninggal sebelum usia 100 tahun akan dibayar Uang Pertanggungan
plus Nilai Investasi. Sementara bila tertanggung hidup hingga 100 tahun tetap
akan dibayarkan sejumlah Nilai investasi yang terbentuk.
Kedua, ditujukkan
sebagai persiapan masa pensiun, FWD SPrInt Retirement memiliki konsep seperti
FWD VIP Maxima Link bila tertanggung meninggal sebelum berusia 100 tahun. Bila
tertanggung terdiagnosis menderita penyakit kritis sebelum berusia 80 tahun pun
akan dibayar Uang Pertanggungan. Nilai investasi yang terbentuk akan dibayarkan
bila tertanggung tetap hidup hingga akhir kontrak polis.
Ketiga, produk FWD
SPrInt Education ditujukan untuk menjamin pendidikan buah hati. Manfaat dasar,
bila tertanggung meninggal sebelum berusia 100 tahun akan dibayar Uang
Pertanggungan plus Nilai Investasi yang terbentuk. Demikian pun nilai investasi
yang terbentuk akan terbentuk bila tertanggung tetap hidu hingga ahir masa
kontrak.
Keempat,FWD SPrInt
Link, yang memberi manfaat investasi serta proteksi atas risiko meninggal
dunia. Ada beragam paket yang ditawarkan di antaranya seperti gambar di bawah
ini.
Melengkapi gambaran singkat ini bisa langsung bertandang ke www.fwd.co.id.
Selain gambaran dan informasi yang lengkap dan bisa diunduh, berbagai fitur pun
tersedia seperti live chat, telepon,
email dan WhatsAp untuk memuaskan pelanggan. Bila masih kurang bisa hubungi
Customer Care kapan saja, 24 jam selama 7 hari di (+62) 1 500 391.
Bersama FWD Life bebas jalani passion tanpa takut dan cemas, termasuk kamu yang memunggungi cabai
rawit, sebutan untuk mewakili dunia pertanian.
Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana.
Comments
Post a Comment