Mengasuransikan Keluarga dan Mengkeluargakan Asuransi


Gambar dari www.bumiputera.com.

Berbicara tentang asuransi maka apa yang pertama kali muncul di benak Anda? Beberapa dari antaranya adalah polis, uang pertanggungjawaban, premi, proteksi dan sebagainya. Ya, semua itu merupakan elemen penting dalam asuransi, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.

Terlepas dari hal-hal teknis yang tidak bisa tidak dipahami oleh siapa saja yang terlibat di dalamnya, ada kecenderungan yang saling bertolak belakang terkait asuransi tersebut. Di satu sisi asuransi masih ditanggapi sebelah mata, bahkan masih ada yang merasa apatis terhadap keberadaan asuransi. Ada banyak alasan munculnya sikap antipati tersebut. Bisa saja bersifat apriori karena ketiadaan pengetahuan dan pemahaman. Bisa juga karena preseden baik yang dialami secara langsung maupun tidak langsung. 

Di sisi berbeda, manfaat asuransi tersebut semakin tak terelakkan. Tak hanya terkait kepentingan individu semata, juga menyangkut orang banyak. Dalam ruang lingkup sedikit lebih sempit dan dalam konteks Indonesia, pentingnya asuransi bagi keluarga setidaknya dilandasi pada sejumlah alasan.

Pertama, meski tidak signifikan dan sesuai ekspektasi banyak pihak, pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan sendirinya berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga jumlah kelas menengah di Indonesia terus bertambah.

Kebutuhan kelompok ini terus bertambah seiring peningkatan pendapatan. Salah satu yang dirasa penting dan masuk dalam daftar kebutuhan utama adalah proteksi atau perlindungan baik terhadap diri sendiri maupun anggota keluarga. 

Bahkan dalam tingkat yang tinggi, kelompok ini tidak hanya memperlukan perlindungan jiwa dengan ganjaran uang pertanggungjawaban ratusan juta rupiah. Mobilitas yang tinggi mendorong kelompok ini untuk melengkapi diri dengan proteksi kesehatan. Untuk proteksi jiwa dan kesehatan itu mereka pun ingin mendapatkan yang terbaik dengan layanan premium atau kelas satu. 

Kedua, potensi di kalangan kelas menengah tersebut melengkapi ruang besar dalam masyarakat Indonesia yang belum tersentuh asuransi. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat penetrasi industri asuransi konvensional hingga akhir September 2015 baru mencapai 2,51 persen. Angka tersebut merupakan perbandingan antara total premi bruto asuransi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Dengan kata lain mengutip Ketua OJK, Muliaman Hadad, porsi industri asuransi di Indonesia masih kecil. Asetnya baru 7 persen dari PDB. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibanding negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand dengan aset tiga kali lipat.

Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas peduduk Indonesia belum menjadi anggota asuransi. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat betapa pentingnya asuransi tersebut.

Di pihak lain, kondisi ini dengan sendirinya membuka peluang bagi masyarakat untuk segera bergabung. Tidak hanya menjadi anggoa semata, juga ambil bagian sebagai agen asuransi.

Jamak kita dengar kisah masyarakat sukses berkat asuransi. Seperti dilaporkan Kompas, 18 Agustus 2016 lalu, pada acara Top Agent Award 2016 muncul sejumlah sosok sukses yang mendapatkan pemasukan hingga puluhan juta sebagai agen asuransi.

Markomah (43 tahun) misalnya. Ia adalah ibu rumah tangga dari Kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang kini mendapat Rp20 juta perbulan dari profesinya sebagai agen asuransi yang telah ditekuni selama 15 tahun.

Latar belakang sebagai ibu rumah tangga tak menghalanginya untuk meraup untung dari bisnis asuransi. Kini dengan penghasilan tersebut, sudah jauh dari cukup untuk menghidupkan keluarganya.

“Jam kerja kita yang atur sendiri. Kuncinya banyak teman..setahun dapat bonus dua kali piknik ke luar negeri,”tutur ibu empat anak kelahiran Magelang, Jawa Tengah tersebut.

Kisah sukses  Markomah ini hanyalah satu contoh. Tak terhitung berapa banyak orang yang kini menikmati kemewahan dari jerih payahnya menekuni profesi tersebut. Tidak banyak kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang agen asuransi.  Ibu rumah tangga seperti Markomah saja bisa. 

Kisah sukses wanita seperti Markomah tersebut tentu melecut siapa saja, baik itu kaum muda maupun yang kini berprofesi sebagai ibu rumah tangga untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Menurut data AAJI per triwulan I-2016, jumlah agen tumbuh 13,7 persen dibanding triwulan IV-2015. Hingga Juni 2016 jumah agen asuransi jiwa mencapai 513.000 orang. 

Sejahtera Bersama  AJB Bumiputera
Satu dari aneka asuransi yang kini eksis di Indonesia adalah AJB Bumiputera. Bahkan Bumiputera menjadi pioner asuransi jiwa di Tanah Air. Berusia lebih dari seabad, AJB Bumiputera tentu telah melewati aneka rintangan. Teguh melintas zaman dan hingga kini masih berdiri tegak sebagai salah satu asuransi terkemuka yang dibuktikan dengan aneka prestasi dan penghargaan.

Sebagai asuransi khas Indonesia yang lahir dari dan dibesarkan oleh orang Indonesia, Bumiputera menawarkan aneka manfaat melalui berbagai produk yang ditawarkan. Berbagai bentuk asuransi ditawarkan baik untuk perorangan maupun perkumpulan.

Asuransi tersebut memberikan kemudahan baik untuk proteksi jiwa, investasi maupun demi kelancaran pendidikan. Seperti dipaparkan secara jelas di laman resmi http://www.bumiputera.com/, berbagai produk tersebut dengan sendirinya berorientasi tidak hanya pada kesehatan dan kesejahteraan individu, juga keluarga dan pada gilirannya masyarakat secara keseluruhan.

Seperti disinggung pada bagian sebelumnya, penetrasi asuransi di tanah air yang masih minim membuka peluang bagi Bumiputera untuk mendekatkan diri lebih jauh dengan masyarakat. Menyasar keluarga sebagai target adalah salah satu pilihan yang paling mungkin.

Di sana berkumpul banyak individu yang kepentingan keselamatan jiwa dan kesehatan serta kesejahteraannya diperjuangkan oleh setiap anggotanya. Selain itu, keluarga juga menjadi alasan yang mendorong setiap anggota keluarga, tak terkecuali ibu rumah tangga untuk ikut ambil bagian menjadi agen asuransi.

Karena waktunya lebih fleksibel maka seorang ibu rumah tangga masih memiliki waktu untuk mengurus pekerjaan penting di rumah. Di sini Bumiputera bisa merangsek masuk untuk menjangkau anggota-anggota baru tidak hanya sebagai klien juga agen. Salah satunya seperti disinggung di atas adalah ibu rumah tangga.

Selain memikirkan kesejahteraan keluarga, menarik agen dari kalangan ibu rumah tangga lebih berpeluang karena di banyak  keluarga, urusan pengelolaan atau investasi keuangan biasanya diserahkan kepada ibu rumah tangga. Karena itu membidik kelompok ini menjadi lebih mudah karena mereka sudah lebih dulu berkenalan dengan dunia tersebut.

Adakah ibu rumah tangga yang tidak ingin keluarganya terlindungi dan sejahtera lahir dan batin? Tentu saja tidak. Karena itu saatnya Bumiputera merangsek masuk ke tengah-tengah komunitas kecil ini untuk mengasuransikan keluarga dan mengkeluargakan asuransi.

Semoga!

Referensi:


Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 21 November 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing