Jangan Sampai Benteng Pertahanan Itu Runtuh!
Ilustrasi/Danone |
Dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19
yang entah sampai kapan akan berujung. Banyak tantangan dan masalah mengemuka, berkelindan
dengan realita hidup saban hari. Hampir semua sektor kehidupan tak bisa mengelak.
Tidak terkecuali institusi kecil seperti keluarga.
Apa tantangan terbesar orang tua saat ini?
Bagaimana memastikan anggota keluarga aman terlindungi dan terhindar dari
paparan Covid-19 adalah salah satunya.
Aman dari Covid-19 adalan prioritas utama
saat ini. Namun rasa aman itu belum cukup bila kita tidak bisa bersekutu dengan
laku normal baru (new normal). Salah satu ciri normal baru adalah sentralisasi
kegiatan di rumah, mulai dari urusan personal hingga profesional.
Ajakan di rumah saja menandai tempat
tersebut sebagai locus “pengasingan”
untuk memutus transmisi Covid-19, sekaligus pusat segala rutinitas.
Di rumah itu rupa-rupa tantangan datang silih
berganti. Memastikan semua anggota keluarga aman, sekaligus ketersediaan makanan
dan kecukupan nutrisi bagi anggota keluarga, khususnya anak-anak.
Ancaman
Stres
Salah satu protokol kesehatan yang patut
ditaati pada masa pandemi ini adalah menjaga jarak fisik. Komunikasi dan kontak
dengan orang lain diatur dalam jarak tertentu. Bahkan seruan physical distancing diikuti dengan
himbauan untuk lebih baik berdiam di rumah. Bila tidak ada hal penting yang akan
dilakukan, sebaiknya di rumah saja.
Situasi ini tentu tidak mudah dilakukan.
Berdiam diri di rumah dalam jangka waktu lama bukan hal yang mengenakkan. Apalagi
untuk anak-anak yang sudah terbiasa dengan ruang gerak yang luas.
Pada titik ini peran dan tanggung jawab
orang tua menjadi berlipat ganda. Di satu sisi, orang tua perlu berdamai lebih
dulu dengan normal baru. Di sisi lain, mereka pun harus membuat anak-anaknya
damai dengan keadaan tersebut.
Situasi ini bila tidak dikelola dengan baik
akan mendatangkan ekses tertentu. Stres adalah salah satunya. Secara sederhana,
mengutip https://www.siloamhospitals.com/
stres merupakan “reaksi tubuh yang
muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan atau suatu perubahan.”
Stres yang tidak
dikelola dengan baik bisa menyebabkan gangguan fisik, juga psikologis. Merasa panik,
cemas, hingga bisa berujung depresi.
Siapa saja bisa mengalami
stres. Selain pasien dan keluarga yang terkonfirmasi Covid-19, tenaga medis dan
keluarga, kaum yang kehilangan pekerjaan, pelajar yang tak terbiasa dengan belajar
dari rumah, juga pekerja yang tak nyaman dengan “work from home”, anak-anak
juga adalah kelompok yang rentan mengalami hal tersebut.
Stres yang dialami pada
anak, bila tidak disikapi dengan baik akan menurunkan banyak akibat. Tidak hanya
psikologis orang tua yang terganggu, anak bakal kehilangan nafsu makan. Bila ini
sampai terjadi maka asupan nutrisi anak tak akan terpenuhi. Masa depan mereka
bisa menjadi taruhan.
Tegangan New Normal
“Are you eating
nutrient or food?” Apakah kamu makan makanan yang bernutrisi atau sekadar
mengenyangkan perut?
Demikian selentingan
yang keluar dari mulut Arif Mujahidin, Corporate
Communication Director Danone Indonesia, saat mengawali webinar “Bicara Gizi”
pada Rabu, 30 September 2020 lalu.
Web seminar yang bertemakan “Biasakan Anak
Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja” menghadirkan sejumlah narasumber
berkompeten yakni dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Spesialis Gizi Klinis;
Putu Andini, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi dan Soraya Larasati, ibu
dengan gaya hidup sehat.
Para narasumber/Danone |
Pernyataan Arif
Mujahidin membuat kita bertanya diri. Apakah yang kita konsumsi sekadar makanan
untuk mengakhiri rasa lapar atau asupan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan
tubuh?
Tentu kebutuhan makanan
masing-masing individu tidak sama. Umur, jenis kelamin, berat badan, aktivitas,
iklim, hingga kondisi wanita hamil dan menyusui, menjadi unsur pembeda. Dari
sisi peruntukan porsi nutrisi untuk seorang anak lebih diprioritaskan ketimbang
orang tua.
dr.Juwalita beralasan, nutrisi
untuk anak akan menentukan tumbuh kembang dan masa depannya. Sementara itu,
kebutuhan nutrisi untuk orang tua lebih untuk kelangsungan proses metabolisme
tubuh. Untuk itu soal kebutuhan makanan dan nutrisi seorang anak tidak bisa
disepelehkan.
Selama masa pandemi,
setiap orang tua dituntut untuk memastikan tumbuh kembang anak berjalan
optimal. Hal ini tentu tidak mudah. Orang tua harus menyediakan makanan dengan
gizi seimbang di satu sisi. Di sisi berbeda, makanan tersebut bisa dinikmati dengan
baik.
Bukan tidak mungkin,
penerapan gizi seimbang di rumah akan menghadapkan orang tua pada banyak
tantangan. Tidak semua anak bisa menikmati makanan yang disajikan dengan
sukacita. Anak terkadang merasa bosan, tidak hanya pada makanan yang tersaji,
juga pada aktivitas makan itu sendiri. Makan bukan lagi kegiatan yang
menyenangkan. Waktu makan tidak lagi dipandang sebagai momen yang
ditunggu-tunggu.
Selain itu, mengutip dr
Juwita, “Saat di rumah saja, anak cenderung cepat bosan dan memilih makanan yang
mereka sukai saja. Hal ini bisa berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal.”
Menjadi Orang Tua Kreatif
Rasa bosan yang tidak ditindaklanjuti dengan baik bisa membuat anak stres.
Orang tua pun bisa mengalami hal serupa bila tidak bisa mengelola setiap
tegangan dengan baik. Apa jadinya rumah tangga yang terpapar stres berkepanjangan
dan menjalar ke mana-mana?
Adaptasi yang terus dilakukan terhadap
berbagai kebiasaan baru, seyogianya membuat orang tua semakin kreatif dan
produktif, termasuk untuk urusan makanan.
Pertama,
Soraya Larasati bersaksi, kekhawatiran terhadap
anak terpapar rasa bosan tentu ada. Namun, “Saya belajar untuk kreatif
dalam menyajikan makanan maupun menyiapkan berbagai kegiatan agar anak tidak
bosan di rumah saja.”
Selain mengajak anak terlibat dalam menyiapkan
makanan, ia juga berusaha mengajak anak untuk berkenalan dengan sumber nutrisi
yang belum pernah dicoba.
“Saya sering membuatkan menu makanan nabati. Ragam
makanan nabati yang sangat bervariasi dari jenis kacang-kacangan dan sayuran baik
untuk dikenalkan pada anak-anak,” Soraya memberi contoh.
Putu Andini memberi contoh lain. Anak usia yang lebih kecil, bisa diajarkan mencuci buah dan sayur, memilah jenis makanan, menghitung jumlah makanan atau alat makan serta mengeksplorasi nama, warna dan aroma dari berbagai jenis makanan.
Sedangkan
untuk anak yang lebih besar, bisa dilibatkan untuk memotong, mencampur adonan,
mengenalkan dan mencampur bahan, menentukan porsi makan dan menata peratan
makan di meja.
Aktivitas ini
tidak hanya membuat anak terhindar dari rasa bosan, juga mengasah perkembangan
kemampuan kognitif, fisik, sosial dan emosional anak. Tidak hanya itu, aktivitas
tersebut bisa meningkatkan bonding antara
orang tua dan anak.
Kedua, orang
tu perlu memperhatikan, tidak hanya kualitas tetapi juga kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Dokter Juwita memberikan rumus sederhana terkait gizi seimbang.
Jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan keragaman. Sasaran adalah
ketercukupan nutrisi baik makro (karbohidrat, protein, lemak), maupun mikro
(vitamin dan mineral).
Ketiga, orang
tua bisa mengacu pada panduan “Isi Piringku”. Agar pertumbuhan optimal, orang
tua harus memastikan 12 hingga 15 persen dari porsi makanan harian merupakan
sumber protein. Protein ini penting untuk membantu pertumbuhan, pemeliharaan
dan perbaikan tubuh.
Foto slide presentasi Danone |
Jangan sampai runtuh
Penelitian menyebutkan bahwa 95% hormon serotonin
diproduksi di usus. https://www.apa.org/monitor/2012/09/gut-feeling
. Tandanya, apa yang kita makan dan saluran cerna dapat mempengaruhi kesehatan
psikis.
Anak perlu diberikan gizi seimbang. Suasana
hati anak pun harus dijaga agar asupan gizi bisa dikonsumsi dengan baik. Jadi, baik
kondisi psikis orang tua, maupun sang anak harus tetap terjaga.
Bila sampai terganggu, maka akan berdampak
luas. Seperti kata Putu Andani, stres berkepanjangan yang tidak diolah akan
berdampak pada perilaku makan anak di rumah. Masa depan sang anak bisa
terganggu karena tumbuh kembang tak berjalan optimal.
Selain itu, asupan nutrisi merupakan sumber
pertahanan imun untuk menghadapi wabah Covid-19. Dari berbagai upaya pencegahan
wabah yang bermula di Wuhan, Tiongkok itu, salah satunya adalah memperkuat sistem
kekebalan tubuh. Imun yang kuat, tidak hanya melindungi kita dari virus Covid-19,
tetapi juga serangan berbagai penyakit lain.
Laju penderita Covid-19 di Indonesia begitu
cepat. Per hari ini, mengacu kawalcovid19.id, jumlah penderita sudah menginjak angka 300 ribu orang. Sebanyak
11 ribu dari antaranya meninggal dunia.
Kita tidak ingin jumlah tersebut terus
bertambah, apalagi sampai mengancam diri dan anak kita, bukan? Jadi, kita harus
pastikan jangan sampai benteng pertahanan imunitas itu runtuh!
Selamat siang untuk semuanya, nama saya Steven Nesty Binti, saya ingin membagikan kesaksian hidup saya yang sebenarnya di sini di platform ini agar semua pencari pinjaman berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet
ReplyDeleteSetelah beberapa lama mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus ditolak, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman online tetapi saya ditipu dan kehilangan Rp10,7 juta, untuk seorang pria di Afrika.
Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, maka saya berdiskusi dengan teman saya Bu Tieka Melawati (tiemelaw@gmail.com) yang kemudian memperkenalkan saya dengan Bu Deborah, Manajer Kantor Pinjaman AVANT, sehingga teman saya meminta saya untuk memproses pinjaman saya dengan Nyonya Deborah. Jadi saya menghubungi Bu Deborah melalui email: (avantloanson@gmail.com) dan juga di WhatsApp: +6281334785906
Saya mengajukan pinjaman Rp 380 juta dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan untuk pengalihan pinjaman tersebut, Saya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari satu setengah jam, uang pinjaman saya dimasukkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu bercanda sampai saya mendapat telepon dari bank saya bahwa rekening saya sudah dikreditkan Rp380 juta. Saya sangat senang akhirnya Tuhan menjawab doa-doa saya dan Dia telah memberi saya keinginan hati saya.
Semoga Tuhan memberkati Bu Deborah untuk memberikan kehidupan yang adil bagi saya, maka saya menyarankan siapa saja yang berminat untuk mendapatkan pinjaman dapat menghubungi Bu Deborah melalui email: (avantloanson@gmail.com) atau via WhatsApp: +6281334785906 untuk pinjaman Anda
Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (nestybintisteven@gmail.com) Salam