Stop Gesekan dan Provokasi, Bersama Bersiap Menuju Kemenangan



Ilustrasi dari waspada.co.id

Ramadhan sebentar lagi tiba. Sebelum merayakan pesta kemenangan itu umat Muslim akan menjalani puasa. Puasa adalah ibadah, tidak sekadar menahan diri dari keinginan jasmani seperti makan dan minum. Sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari, kaum Muslim berpuasa.

Sebagai sebuah perjalanan rohani, puasa tidak bisa tidak dijalani dengan serta merta. Apalagi sekadar dipandang sebagai kewajiban menjalani ajaran agama. Sebelum berpuasa segala sesuatu perlu dipersiapkan, layaknya seorang musafir sebelum melakukan pengembaraan spiritual.

Ada berbagai persiapan yang sejatinya dilakukan. Ada persiapan ruhiyah (keimanan). Persiapan jenis ini dilakuan sejak din untuk menjaga diri masuk dalam hal-hal yang tidak berkenan.

 Selain itu persiapan jasadiyah (jasmani). Seperti namanya, persiapan ini lebih pada kekuatan dan ketahanan fisik. Tidak mudah memang berpuasa dalam rentang waktu sekian jam apalagi bagi tubuh yang selama ini telah dimanjakan dengan kebutuhan tepat waktu dan tanpa henti. Berolahraga misalnya adalah salah satu cara yang bisa ditempuh.

Di samping itu ada persiapan tsaqafiyah atau keilmuan. Memahami tata cara yang benar, menghadiri majelis taklim yang membicarakan tentang Ramadhan. Tak kalah penting adalah persiapan maaliyah (harta). Ini bukan menyiapkan materi untuk berbuka puasa, tetapi lebih pada persiapan untuk berbagi (sedekah).
Sambil berharap pada keberhasilan persiapan sama saudara Muslim, kaum non-Muslim pun bisa mengambil peran tertentu. Tidak harus secara langsung terlibat, tetapi lebih pada upaya mendukung situasi yang memungkinkan mereka bisa bersiap diri secara baik.

Indonesia adalah negara plural yang menempatkan kejamakan atau kebhinekaan sebagai jati diri. Meski menjadi agama mayoritas yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia keberhasilan ziarah rohani kaum Muslim juga sedikit banyak ditentukan oleh saudara-saudaranya beragama lain. Menciptakan situasi yang damai dan teduh, menghindari gesekan, menjauhkan diri dari godaan provokasi. Lebih mengutamakan panggilan kebenaran ketimbang kepentingan sesaat dan primordial. Semua itu adalah bagian tak terpisahkan dari keberhasilan puasa kaum Muslim. 

Tidak menutup kemungkinan untuk ikut berpuasa, mulai dari menahan diri dari makan berlebihan, atau ikut dalam ritme makan dan minum kaum yang berpuasa. Puasa tidak hanya soal kepatuhan pada perintah agama, juga mencakup  panggilan untuk menjalani gaya hidup sehat. Puasa itu sehat kok, tidak hanya jiwa, juga raga.

Selamat menyiapkan puasa saudara-saudariku...

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing