Hendra/Ahsan Gagal, Jonathan Christie Ukir Sejarah Baru



                                               Jonatan Christie (badmintonindonesia.org)


Indonesia akhirnya menempatkan tiga wakil di babak semi final Malaysia Open Super Series Premier 2016. Tampil di Malawati Stadium, Shah Alam, Jumat (08/04), tiga wakil Merah Putih mampu mendulang kemenangan dengan proses perjuangan berbeda-beda.

Tunggal masa depan Jonatan Christie membuka pintu Indonesia setelah berhasil meredam perlawanan wakil Inggris Rajiv Ouseph. Jo, sapaan Jonatan menang dua set langsung dengan skor 21-19 dan 21-19.

Kemenangan ini sekaligus menjadi catatan tersendiri bagi pebulutangkis 18 tahun itu. Walau melangkah dari babak kualifikasi, Jo sanggup melangkah hingga ke empat besar. Ini kali pertama bagi Jo tampil di babak semi final turnamen level super series premier.

Jo terbilang lambat panas. Dari awal game pertama, perolehan poin Jonatan terus berada di bawah Rajiv, 3-9 dan 6-11. Titik balik Jo terjadi saat mampu menyamakan kedudukan di angka 14. Langkah Jo pun tak terbendung hingga akhirnya merebut set pertama.

Di set kedua hal serupa kembali terjadi. Kerap melakukan kesalahan, membuka kans bagi Rajiv untuk memimpin. Namun lagi-lagi Jo mampu bangkit hingga merebut kemenangan.

Kemenangan ini tak hanya mengantarkan Jo ke semi final. Ia pun berhasil menyamakan skor pertemuan mereka setelah sebelumnya kalah di Piala Sudirman dengan skor 21-17 dan 21-16.
Di babak semifinal, Jo akan menghadapi lawan super berat. Tak tanggung-tangung, pemain nomor satu dunia, Chen Long siap menerkamnya. Di atas kertas, pengalaman dan rangking dunia menempatkan Jo sebagai underdog.

Berada di bawah baying-bayang sang raksasa, membuat Jo harus bekerja ekstra keras. Setidaknya pekerjaan rumah terdekat adalah membersiapkan fisik dan pikiran sebagaimana yang disampaikan pelatih tunggal putra  Hendry Saputra.

“Sekarang dia harus recovery dulu aja, dari fisik dan pikiran. Untuk masalah lawan besok, akan didiskusikan bagaimana strateginya. Karena dia pasti ada capeknya, jadi saya harus perhatikan semuanya,” ungkap Hendry dikutip dari badmintonindonesia.org.

Terlepas dari pertandingan besok, Jo telah dan akan mendapat pengalaman berharga dari turnamen bergengsi ini.

Chen Long juga kan rangking satu dunia. Menang kalah itu urusan belakangan, yang paling penting saya bisa menampilkan yang lebih baik dari hari ini,” ungkap Jonatan. 

Greysia/Nity Ketar-ketir

Langkah Jo berhasil diikuti ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Menghadapi wakil Korea Selatan Chang Ye Na/Lee So Hee, pasangan nomor tiga dunia ini sempat ketar-ketir.

Kemenangan mudah di game pertama tak berlanjut di set kedua. Menang di set pertama dengan skor 21-16, Greysia/Nitya malah balik tertinggal di game kedua. Semestinya pasangan juara Korea Open 2015 itu bisa menutup pertandingan lebih awal jika saka keunggulan 10-5 terus dipertahankan. Namun Chang/Lee mampu mengejar dan balik menyusul hingga akhirnya menang 21-18.  

Di set ketiga, pertandingan berjalan sengit. Kedua pemain sama-sama bermain agresif dan mengandalkan smash-smash keras. Tampil heroic, Greysia/Nitya akhirnya mampu menyudahi pertandingan dengan skor 21-18.

Kedua pasangan sesungguhnya sudah tiga kali bertemu. Kemenangan ini mengikuti catatan positif di pertemuan sebelumnya di Perancis Terbuka tahun lalu. Saat itu ganda terbaik Tanah Air ini menang melalui pertarungan tiga set, 9-21, 21-18 dan 21-19. 

Greysia/Nitya kembali bertemu pasangan Korea, Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan  untuk memperebutkan tiket final. Sebagai unggulan dua, Greysia/Nitya tentu lebih diunggulkan dibanding unggulan tujuh itu. Namun keduanya perlu waspada mengingat mereka belum pernah bertemu sejauh ini.
  
“Kami mencoba konsisten buat besok. Dan kami ingin bisa main lebih baik lagi dari hari ini. Kami lebih siapkan mental dan fokus. Bisa mengontrol permainan kami lagi,” ungkap Greysia. 

Balas dendam

Ganda campuran andalan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi wakil terakhir. Pasangan yang karib disapa Owi/Butet itu sukses mengakhiri kiprah pasangan suami istri asal Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock, 21-17 dan 21-14.

Kemenangan ini sekaligus membalas dendam atas kekalahan mereka di dua pertemuan terakhir masing-masing di BWF World Super Series Finals 2015 dan All England 2016 lalu.

 “Hari ini kami main cukup baik. Kami mengatur permainan dengan baik, sehingga kami bisa leading jauh, dan kami masih terus yakin,” ungkap Liliyana.

“Kami sudah menerapkan strategi dengan cukup bagus. Kami konsisten dan jarang buang poin buat musuh. Yang pasti kami fokus terus,” timpal Tontowi. 

Selanjutnya di semi final Owi/Butet akan menghadapi pasangan nomor tujuh dunia asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.

Berdasarkan rekor pertemuan, Owi/Butet kurang diunggulkan dibanding unggulan enam itu. Owi/Butet kalah lima kali dalam delapan pertemuan terakhir.

Namun menghadapi laga ini, unggulan dua itu memiliki modal bagus. Selain performa yang semakin membaik, kemenangan dalam pertemuan terakhir di All England 2015 membangkitkan motivasi lebih untuk merebut tiket final.

“Kami nggak mau mikirin head to head. Kami mikirnya gimana besok kami menerapkan permainan. Kalau kami lihat dari kemarin hingga sekarang penampilan kami terus ada kemajuan. Mudah-mudahan besok kami tampil lebih baik dari hari ini dan bisa menyelesaikan permainan dengan baik,” sambung Liliyana.

Gagal pertahankan gelar
Ilustrasi badmintonindonesia.org


Nasib apes dialami ganda putra terbaik kita Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Unggulan dua itu kandas di tangan pasangan Denmark  Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding setelah bertempur tiga set, 8-21, 21-17 dan 17-21.

Kekalahan ini sekaligus memupuskan harapan mereka untuk mempertahankan gelar yang direbut tahun lalu. Saat itu di partai final keduanya menjadi juara setelah menggusur musuh bebuyutan sekaligus pasangan teratas dunia asal Korea Selatan, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong.

Kekalahan atas Mads/Kolding mengulangi pertemuan mereka di Prancis Terbuka tahun lalu. Kekalahan itu menipiskan keunggulan Hendra/Ahsan dalam rekor pertemuan keduanya menjadi 3-2.

“Kami banyak keserang dulu di game pertama. Kami juga banyak ketinggalan dan banyak bola ngangkatnya. Di game kedua kami berusaha duluin depannya, main bisa lebih enak. Tapi di game ketiga balik lagi. Mungkin karena kami buru-buru juga, jadi banyak melakukan kesalahan sendiri,” jelas Hendra. 

Walau demikian Hendra/Ahsan tak perlu larut dalam kekalahan. Masih ada Singapura Terbuka yang akan dimulai pekan depan sebagai ajang pelampiasan.

“Semoga di Singapore Open bisa lebih baik, lebih baik juga dari tahun lalu. Nanti kami diskusikan lagi dengan pelatih bagaimana strateginya,” ungkap Hendra.


Sebagai tambahan, pertandingan babak semi final akan dihelat, Sabtu (09/04) dimulai pukul 12.00 WIB.  Greysia/Nitya akan bertanding di partai keempat.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 8 April 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing