Pertanian Regeneratif, Pikir sebelum Beli, hingga Rahasia Membuat Konten Viral
Isu lingkungan tidak akan pernah tuntas dibahas. Soal tempat tinggal manusia dengan seribu satu persoalan.
Salah satu yang patut menjadi perhatian adalah pemanasan global yang disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan.
Kesadaran ini kembali dilecut oleh Danone Indonesia dalam acara #DanoneCommunityEngagementDay2022 yang mengambil tema “Mengenal Penerapan Bisnis Berkelanjutan untuk Indonesia Lestari.”
Acara yang dilakukan secara daring pada Kamis, 1 September 2022 itu dihadiri oleh segenap komunitas Danone Digital Academy dan menghadirkan sejumlah pembicara. Mereka adalah Budi Rahardjo selaku Agriculture Manager Danone Indonesia, Annie Wahyuni yang menjabat Downstream Packaging Manager Danone Indonesia, dan Gerald Vincent yang adalah konten kreator.
One Planet One Health
Sebagai perusahaan makanan dan minuman (FMCG) terbesar di dunia, Danone tidak hanya fokus pada kepentingan bisnis semata.
Perusahaan ini sungguh menaruh perhatian pada praktik bisnis yang seimbang dan berkelanjutan. Danone memiliki visi besar yakni “One Planet One Health.”
Seperti disinggung Pak Budjo, sapaan manis Duni Rahardjo, ada empat pilar yang membingkai visi besar itu. Keempatnya adalah climate, water, circular packaging, dan agriculture.
Pilar-pilar itu kemudian diterjemahkan dalam target dan inisiatif. Dari sisi climate Done berupaya enjadi perusahaan netral karbon pada rantai nilai penuh pada 2050.
Mendukung target itu, Danone mulai mengurangi pemakaian energi yang memproduksi CO2, mengembangkan energi alternatif dengan energi listrik terbarukan yang diharapkan bisa digunakan sepenuhnya di setiap perusahaan dan unit-unit bisnis pada 2030 nanti.
Melestarikan, mengoptimalkan, dan integrasikan pengelolaan sumber daya air. Terkait aspek air, Danone menargetkan untuk mengembalikan lebih banyak air ke bumi ketimbang mengambilnya untuk kepentingan produksi.
Terkait circular packaging Danone ingin memulihkan lebih banyak plastik ketimbang terbuang menjadi sampah. Danone terlibat aktif dalam kampanye nasional tentang daur ulang. Danone hampir sepenuhnya menggunakan kemasan yang bisa didaurulang.
Pertanian regeneratif
Sisi lainnya yang tak kalah penting adalah terkait pertanian. Danone ingin mengubah paradigmna lama dengan praktik dan konsep pertanian regeneratif. Perubahan dimaksud dari pertanian sumber masalah menuju pertanian yang menjadi bagian dari solusi.
Paradigma lama yakni “bersaing dengan alam, memiskinkan tanah, monokultur, asupan kimiawi berlebih, hingga petani hanya sebagai ahli cocok tanam”, perlu bergesre ke “menyatu dengan sistem alam, merawat tanah dan melindungi air, beranekaragam, mengurangi input sesuai daya dukung lingkungan, dan petani sebagai perawat dan penjaga ekosistem.”
Pak Budjo memberikan beberapa gambaran besar bagaimana pertanian regeneratif ini dijelaskan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada lima aspek dari pertanian regeneratif. Mulai dari minim olah lahan (minimum tillage), soil protection (dalam bentuk terasering, rorak, organic mulch, dan strip planting), perlindungan air dalam bentuk rorak (menjebak dan meresapkan air serta menampung sedimen-sedimen), meningkatkan keanekaragaman, hingga keterpaduan pertanian dan peternakan.
“Pengolahan minimum dilakukan seperlunya saja atau seminimal mungkin disesuaikan dengan kebutuhan pertanian dan kondisi tanah,” tegas Pak Budjo.
Hal tersebut bertujuan agar tanah tidak mengalami kejenuhan, struktur tanah menjadi porak-poranda, dan kandungan hara pada tanah tidak dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Danone juga berupaya ambil bagian dalam upaya perempajaan petani dengan melakukan berbagai inisiatif dan edukasi yang menyasar generasi muda.
Tangkapan layar dari slide presentasi Budi Rahardjo
Thinking before Buying
Tidak hanya terkait pertanian, sebagai perusahaan yang bergumul dengan plastik, Danone juga menaruh perhatian serius. Danone terus bergerak untuk menjawab tantangan sampah plastik.
Salah satu pendekatan yang diterapkan adalah menciptakan model bisnis sirkular. Saat ini sebanyak 70 persen bisnis Danone telah berasal dari produksi air minum dengan kemasan daur ulang.
Komitmen itu dijabarkan lebih detail dalam tiga langkah penting yakni collection, education, dan innovation. Pengembangan ekosistem pengumpulan sampah plastik, edukasi bagi konsumen, serta inovasi terus menerus atas kemasan yang digunakan.
Seperti diterangkan Annie Wahyuni, Danone terus bersinergi dengan berbagai pihak agar lebih banyak sampah plastik yang dikumpulkan dari pada yang digunakan, kemudian bisa didaurulang.
Tangkapan dari slide presentasi Danone
Pembangunan sejumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), salah satunya yang terbesar di Jawa Timur dengan kapasitas 60 ton per hari, lalu pengembangan aplikasi digital pengumpulan sampah di Bali dengan menggandeng Octopus, startup yang membantu menghubungkan pemulung, fasilitas pengumpulan sampah, dan Recycling Business Unit.
Selain itu, berkolaborasi dengan start up lainnya yakni Grab melalui fitur GrabExpressRecycle. Para pelanggan bisa memanfaatkan layanan ini untuk mengirimkan sampah plastik ke berbagai bank sampah dan lapak hijau. Fitur ini sudah bisa dipakai oleh para pelanggan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Tengerang, dan Tangerang Selatan.
Annie tak lupa menyinggung soal perilaku manusia yang sangat berpengaruh pada masalah sampah. Salah satu harapannya agar lebih banyak orang yang berpikir sebelum membeli sesuatu. Thingking before buying.
Hal ini penting. Berbelanja sesuai kebutuhan (need) dan bukan karena keinginan semata, menekan sisa makanan seminimal mungkin dan bila perlu tak sampai ada sisa makanan (zero waste), membeli barang yang bisa didaur ulang (circular), serta mengurangi sejauh mungkin sampah (minimal waste).
“Saat berbelanja saya akan lebih memilih kemasan botol ketimbang plastik. Karena yang pertama mudah didaurulang,” Annie memberi contoh.
Tangkapan dari slide presentasi Danone
Konten Viral
Di hadapan para peserta yang sepenuhnya bergerak di dunia konten, baik bloger maupun vloger, Gerald Vincent memberikan banyak pencerahan dan masukan terkait #KIATMembuatKonten atau #KIAT2022.
Ia memantik kepercayaan diri setiap orang agar berani tampil. Memulai menciptakan konten-konten yang memiliki manfaat dan nilai tersendiri dan tidak semata-mata berjuang agar konten itu menjadi viral.
“Viral itu fenomena yang terjadi sesaat. Banyak konten yang viral tidak bertahan lama. Setelah mereda langsung dilupakan. Easy come easy go,” tandas Gerald.
Gerald yang memiliki ratusan ribu bahkan jutaan pengikut di sejumah sosial media itu memberikan beberapa tips untuk menciptakan konten yang menarik. Baginya, konten menarik setidaknya memiliki beberapa aspek:
Pertama, ide. Sebaiknya ide yang berbeda dari orang kebanyakan. Perlu mempertahankan karakter dan kekhasan. “Kita hanya memiliki satu versi di dunia ini,” ungkapnya.
Kedua, perlu mematangkan tujuan dan niat. Apa tujuan membuat konten tertentu? Apakah ingin viral semata?
Ketiga, adakah nilai yang ingin dibagikan dari konten kita? Baginya, nilai perlu menjadi landasan, ketimbang tujuan-tujuan lain yang menurutnya bisa cepat tergerus.
Keempat, perlu memiliki passion atau rasa cinta pada subjek tertentu. Bila sudah memiliki kecintaan maka sesuatu akan dikerjakan dengan sepenuh hati. Konten yang lahir dari passion akan dirasakan oleh para audiens.
Kelima, percaya diri. Memiliki keberanian untuk berani tampil dan memulai. Menurutnya, hidup terlalu singkat untuk menjadi pemalu.
Keenam, selalu belajar. Tidak cepat puas, apalagi sampai terpenjara pada kemapanan. Sebab, tren terus berubah, perkembangan dunia dan teknologi pun tak pernah statis. Selalu berkembang dan terus memacu diri akan semakin berkembang adalah syarat penting bila ingin tetap eksis di dunia kreasi konten.
Apakah ada resep khusus agar konten tertentu bisa cepat viral? Konten dan algoritma!
Konten adalah raja sehingga perlu digarap semaksimal mungkin, mulai dari penulisannya (penulisan yang bagus dan pemilihan kata yang tepat), tampilannya (pencahayaan cukup, tidak patah-patah, penampilan menarik), konsep (unik dan menarik), kesungguhan (dibuat dengan cinta akan subyek tertentu sehingga pancarannya akan jelas terlihat).
Aspek kedua sungguh berperan penting. Namun, tidak ada seorang pun yang bisa mengetahui algoritma secara pasti. Setiap platform sosial media memiliki algoritma tersendiri.
Karena itu, Gerald meminta setiap orang yang ingin menjadi konten kreator perlu memupuk konsistensi (don’t be a one-hit wonder), terus menciptakan hal yang disukai dan dikuasai, dan jangan terpenjara pada tren. Jangan sampai tren justru membatasi kreativitas kita.
Tak kalah penting senantiasa mengutamakan nilai di atas segalanya. “Bila konten itu bernilai, jangan dipusingkan. Engagement akan datang dengan sendirinya,” tegasnya.
Tangkapan layar dari slide presentasi Gerald Vincent
Comments
Post a Comment