Geliat Ekowisata di Kaki Kelimutu

Pemandangan Detusoko:https://www.facebook.com/decotourism.id

Apakah Anda mengenal Nusa Tenggara Timur (NTT)? Semoga Anda tidak menjadi seperti salah seorang anggota DPR asal Jambi yang “keseleo lidah” menyebut tak ada yang istimewa dari provinsi itu selain komodo!

Bila Anda berkesempatan menjelajahi Pulau Flores misalnya, maka akan menemukan banyak jawaban untuk membantah anggota legislatif itu. Salah satunya adalah danau triwarna, Kelimutu.

Di kaki danau tiga warna itu, sekolompok pemuda sedang berjuang memaksimalkan setiap potensi alam dan budaya sebagai destinasi pariwisata dengan tetap mempertahankan keaslian dan kearifan lingkungan.

Para pemuda itu bergerak di bawah payung Remaja Mandiri Community (RMC) Detusoko. Detusoko merupakan nama tempat sekaligus kecamatan di Kabupaten Ende, satu dari 22 kabupaten di NTT.

Tempat ini berjarak kurang lebih 33 km dari Kota Ende. Hanya ada satu pilihan moda transportasi yakni melalui darat dengan waktu tempuh tak sampai satu jam dari ibu kota kabupaten. Detusoko berada di jalur Trans Flores yang membentang dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat di ujung barat hingga Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.

Tak jauh dari Danau Kelimutu yang berada di ketinggian 5,3 ribu kaki di atas permukaan laut, terhampar lembah yang subur dan sejuk. Terasering persawahan berpagar perbukitan hijau. Aneka tanaman pertanian seperti jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran, padi, singkong hingga komoditi perkebunan semacam cengkeh, kopi, vanili, kakao, dan kemiri, tumbuh.

Ekowisata

Panorama Danau Kelimutu:www.liburankekomodo.com

Detusoko berada di ketinggian 800 meter dari permukaan laut itu. Sejak lebih dari tujuh tahun terakhir Nando dan teman-teman menggerakan roda RMC. Menurut Nando, dalam salah satu kesempatan bincang-bincang beberapa waktu lalu, ada banyak alasan yang membuat mereka tergerak.

RMC menjadi pemantik bagi orang-orang muda untuk kembali ke kampung. Komunitas ini membangun kesadaran untuk mengenal lebih jauh setiap potensi di tempat dari mana mereka berasal. Selanjutnya bersama-sama belajar mengolah produk-produk lokal, memasarkan dan memperkenalkannya.

Salah satu aspek yang diperhatikan adalah pariwisata dan kekayaan budaya setempat. RMC sangat mengedepankan "eco-tourism" yang berbasis kearifan lokal, pertanian dan kewirausahaan berkelanjutan.

"Setidaknya ada empat unsur dalam ekowisata, yakni wisata yang meminimalkan dampak negatif; yang membangun kesadaran serta respek terhadap lingkungan dan budaya; yang memberikan pengalaman positif untuk pengunjung; dan wisata yang memberikan manfaat dan keutungan ekonomi secara langsung untuk lingkungan dan masyarakat lokal," ungkap Nando.

Nando bukan orang asing. Ia lahir dan menghabiskan masa kecil di Detusoko. Jejak pendidikannya hingga ke Miami, Florida, Amerika Serikat, justru membuka wawasannya untuk melihat kampung halamannya sebagai "surga" yang jatuh ke bumi.

Mayoritas masyarakat Detusoko yang berjumlah sekitar 13 ribu jiwa bermatapencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidup pada alam. Di sisi lain, Detusoko juga dianugerahi alam yang indah dengan sejumlah obyek wisata. Selain berada di kaki Kelimutu, di tempat itu juga terdapat sumber air panas, air terjun, bentangan persawahan, hingga kampung tradisional dan ritual adat yang masih dipelihara secara baik.

Hemat Nando, aneka kekayaan tersebut semestinya bisa bersinergi. Menurutnya, konsep eko-wisata sangat cocok untuk mengintegrasikan berbagai potensi tersebut.

"Selain itu, sebagai generasi muda, kita sadar bahwa dunia global tengah menyuarakan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan dalam sektor pariwisata pun mengenal istilah 'Pariwisata Berkelanjutan,'" terang alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero, NTT itu.

Remaja Detusoko sedang bekerja:www.facebook.com/decotourism.id

Green jobs

Menukil www.iberdrola.com, Laporan Celah Emisi 2019 dari Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, emisi gas rumah kaca global harus dikurangi sebesar 7,6% per tahun antara tahun 2020 dan 2030. Hal ini untuk mencapai target Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global.

Bahkan jika semua komitmen perjanjian dipenuhi, lanjut laporan tersebut, suhu akan naik 3,2 ° C pada akhir abad ini, dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas fenomena iklim yang telah menghancurkan planet ini dalam beberapa tahun terakhir.

Mengingat situasi tersebut, umat manusia perlu mempercepat transisi menuju ekonomi dekarbonisasi yang menghargai lingkungan. Transisi seperti itu tidak hanya berpotensi untuk menghentikan perubahan iklim, tetapi juga menjadi pendorong pertumbuhan yang nyata dengan menciptakan banyak pekerjaan ramah lingkungan di sejumlah besar sektor.

United Nations Environment Programme (UNEP) mendefinisikan green jobs sebagai "posisi di bidang pertanian, manufaktur, R&D, administrasi, dan kegiatan layanan yang bertujuan untuk melestarikan atau memulihkan kualitas lingkungan secara substansial". Pekerjaan ini bertujuan untuk melindungi dan mempromosikan lingkungan, atau pekerjaan yang selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan planet ini dan berusaha untuk meminimalkannya.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), jenis pekerjaan ini mengarah pada: 1. Meningkatkan konsumsi energi dan bahan baku yang efisien. 2. Membatasi emisi gas rumah kaca. 3. Meminimalkan limbah dan kontaminasi. 4. Melindungi dan memulihkan ekosistem. 5. Berkontribusi pada adaptasi terhadap perubahan iklim.

Manfaat lain dari jenis pekerjaan ini adalah terkait dampaknya pada ekonomi global. ILO memprediksi, jika tidak ada yang berubah, pertumbuhan lapangan kerja di masa depan tidak akan cukup untuk memenuhi pertumbuhan angkatan kerja di negara berkembang.

Ada banyak sektor potensial untuk menciptakan pekerjaan yang ramah lingkungan. Di bidang energi, Menurut Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), energi terbarukan menciptakan lebih dari 500.000 pekerjaan baru di dunia pada tahun 2017 - meningkat 5,3% dibandingkan tahun 2016 - dan diperkirakan sektor ini sekarang mempekerjakan lebih dari 10 juta orang.

Pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi lanjutan di sektor energi terbarukan, seperti insinyur senior di pabrik termosolar, adalah pekerjaan ramah lingkungan dengan bayaran terbaik di dunia.

Selain itu di bidang pertanian. Mengacu Research Institute of Organic Agriculture (FiBL), pasar pertanian organik masih tumbuh di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, pasar terbesar dunia, penjualan makanan organik meningkat 6,4% pada 2017. Sementara itu, Eropa mengalami pertumbuhan sebesar 10,5%.

Peluang pekerjaan Green Job: slide presentasi Coaction Indonesia

Pekerjaan lain yang menjanjikan terjadi di sektor pariwisata. Ekowisata sedang menjadi tren. Dengan demikian RMC sedang berada di jalur positif. Nando selalu menegaskan setiap orang yang datang ke Detusoko tidak hanya bisa melihat dan menikmati alam yang indah, tetapi juga merasakan kekhasan dari kekayaan setempat yang otentik. Melalui konsep eko-wisata yang terus dikembangkan, para pengunjung diarahkan untuk menikmati Detusoko yang asli.

Setiap pengunjung akan disuguhkan makanan organik yang berasal dari kebun petani. Salah satu yang khas adalah nasi hitam. Selain itu, para tamu dapat melihat dari dekat, bahkan bisa menikmati sejenak roda pertanian di sana melalui layanan one day be a farmer. "Melalui aktivitas ini terbangun interaksi aktif pengunjung dengan petani sehingga ada pertukanan informasi, pengetahuan, dan pengalaman," ungkap Nando.

Di samping itu, para tamu bisa melihat dari dekat bagaimana produk-produk lokal diolah secara lebih profesional. Salah satunya adalah "Peanut Butter" atau selai kacang yang dibuat dari kacang tanah yang disangrai dan dihaluskan. Di samping itu, "Moni Marmalade" atau selai jeruk yang berasal dari buah jeruk yang tumbuh subur di Detusoko hingga daerah sekitar seperti Moni.

Produk lainnya adalah "Koro Dagalai Sauce." "Koro" dalam bahasa setempat berarti lombok. Sementara "dagalai" dipakai untuk menyebut tomat. Campuran lombok dan tomat ini menjadi komposisi utama sambal yang nikmat.

Tanaman cabai organik:https://www.facebook.com/decotourism.id

Masih ada produk lain yang layak disebut yakni kopi Detusoko. Daerah ini terkenal dengan jenis kopi Arabica dan Robusta yang khas. Dari hasil para petani, kopi kemudian diolah dan diproduksi secara organik. Kaum muda setempat menjadi aktor utama dalam pengolahan tersebut.

Berkarya dengan Hati

Patut diakui akses dari dan menuju ke Detusoko khususnya dan NTT umumnya masih menjadi pekerjaan rumah. Nando tidak kehabisan akal. Di tengah dunia yang semakin terbuka, ia bisa memperkenalkan dan memasarkan berbagai produk melalalui sosial media dan aplikasi.

Selain itu, ia mendirikan kedai di sisi salah satu ruas jalan provinsi. Kedai yang berdiri pada Oktober 2018 itu sengaja didesain untuk memberikan kepada para pengunjung pengalaman natural, sambil menikmati ragam produk lokal. Interiornya diberi sentuhan natural dengan bahan dari bambu, kayu, dan alang-alang. Di salah satu sisi terpampang ragam produk mulai dari berbagai kemasan kopi, sambal hingga sorgum.

Para pengunjung bisa bersantai sambil menikmati hamparan sawah. Nando menamai tempat itu sebagai Lepa Lio Cafe. "Lepa" berasal dari bahasa setempat yang berarti pondok tempat para petani beristirahat.

"Petani adalah masa depan dan Flores ini tanah yang menghasilkan. Karena itu harus banyak orang muda mencintai pertanian dan kembali ke kampung."

Salah satu produk kopi Detusoko:https://www.facebook.com/decotourism.id

Apa yang dilakukan RMC sudah mendapat perhatian luas. RMC pernah diundang ke sejumlah event baik lokal maupun internasional. Nando, di tengah kesibukannya sebagai Kepala Desa Detusoko, tetap menaruh perhatian pada ekowisata. Dengan posisi seperti itu, ia justru mendapat kekuatan untuk memasyarakatkan ekowisata dan mengekowisatakan masyarakat.

Lantas apa yang mendorong Nando dan RMC sampai bertindak sebegitu jauh? Bukankah Nando bisa memilih untuk menikmati jabatan yang ada tanpa harus bersusah payah mengurus alam dan budaya setempat?

Nando berpendirian, kampung dan desa bukan masa lalu, tetapi masa depan. Setiap potensi yang ada di sana adalah peluang untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu juga, bergiat di desa, tidak membuat seseorang kehilangan pamor dan prestise. Nilai-nilai inilah yang saat ini terus digencarkannya. Ia kerap berbagi dalam berbagai kesempatan baik kepada masyarakat setempat maupaun dari luar daerah.

Seperti sudah diprediksi para pakar, ekowisata adalah masa depan. Peluang green job ini terbuka lebar, Nando dan teman-teman sedang berjuang ke arah sana. Cepat atau lambat, waktu akan menghadirkan jawaban yang paripurna, tidak hanya bagi anggota DPR asal Jambi itu, tetapi bagi dunia.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing