Mampukah Duo Minions Lewati Hadangan Boe/Mogensen?

Marcus/Kevin usai memenangkan pertandingan perempatfinal Japan Open/badmintonindonesia.org

Saat Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan masih berpasangan, salah satu musuh bebuyutan mereka adalah Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong. Pertemuan antara kedua pasangan ini selalu dinanti karena menyajikan persaingan sengit dengan permainan atraktif. Tidak mudah memang bagi Hendra/Ahsan untuk meruntuhkan dominasi Lee/Yoo yang cukup lama menduduki posisi puncak. Namun demikian tidak mustahil pula bagi Hendra/Ahsan untuk menaklukkan kompetitornya yang akhirnya memutuskan pensiun setelah gagal mempersembahkan medali bagi Korea Selatan di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu.

Rivalitas baru di ganda putra salah satunya mengemuka antara penerus Hendra/Ahsan, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mathias Boe/Carsten Modensen. Seperti saat Hendra/Ahsan berjumpa Lee/Yoo, demikian pula selalu terjadi pertarungan ketat antara kedua pasangan yang kini bersaing ketat di puncak rangking dunia.

Tidak mudah memang bagi duo minions melewati hadangan raksasa dari Denmark itu. Boe/Mogensen seakan menjadi tembok baru yang merintangi perjalanan ganda terbaik Indonesia itu menuju puncak. Memang tidak dapat dipungkiri, usia Boe/Mogensen yang telah melewati kepala tiga, tidak menjadi titik lemah. Justru pasangan yang kini berada di urutan satu dunia terlihat semakin matang. Mereka tak mudah terpengaruh dengan gelora Marcus/Kevin yang meluap-luap. Dengan tenang keduanya menghadapi Marcus/Kevin dan perlahan tetapi pasti berhasil menjinakkannya.

Hal ini terlihat dalam tiga dari lima pertemuan terakhir yang selalu berakhir dengan kemenangan Boe/Mogensen. Malaysia Open 2015 menjadi awal pertemuan kedua pasangan. Saat itu Boe/Mogensen yang lebih diunggulkan berhasil membuktikan diri namun bersusah payah mengakhiri rubber game dengan skor akhir 22-20 13-21 15-21.

Setahun kemudian di China Open mereka kembali berhadapan. Boe/Mogensen yang ditempatkan sebagai unggulan empat merasakan “sengatat” pasangan liliput itu. Marcus/Kevin yang diunggulkan di tempat ketujuh menang straight set, 21-18 22-20.

Setelah kemenangan di China itu, Boe/Mogensen kembali memegang kendali head to head. Mulai dari Singapore Open 2017 yang mana Marcus/Kevin sedang berada di puncak performa dan menjadi unggulan pertama, berlanjut di penyisihan Piala Sudirman di tahun yang sama, serta terakhir sepekan lalu di babak final Korea Open, Boe/Mogensen sukses menaklukkan Marcus/Kevin 19-21, 21-19 dan 15-21.
Layaknya pertemuan antara pasangan unggulan, ketiga pertemuan itu selalu berjalan panjang dan menegangkan. Dengan segala kematangannya Boe/Mogensen sanggup meredam agresivitas dan permainan kaya trik dari Marcus/Kevin. Rekor sempurna Marcus/Kevin yang tak pernah kalah di enam partai final akhirnya tercoreng juga di hadapan Boe/Mogensen pekan lalu.

Apakah ini pertanda Boe/Mogensen memang lebih superior dari Marcus/Kevin? Seperti roda yang selalu berputar demikian pula dinamika performa yang selalu berubah. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa performa seorang atlet akan selalu berada di puncak, meski ini tidak menjadi alasan untuk sengaja mengaku kalah tanpa perlawanan.

Meski sulit, tetapi bukan sesuatu yang mustahil bagi Marcus/Kevin untuk merontokkan keperkasaan pasangan senior itu di pertemuan keenam kali ini. Pertandingan ini ibaratnya final sebelum final karena kedua pasangan ini adalah yang terbaik di banding dua pasangan lain yang akan berebut tiket final yakni Vladimir Ivanov dan Ivan Sozonov (Rusia) serta harapan tuan rumah Takuto Inoue dan Yuki Kaneko.

Marcus/Kevin mengalahkan pasangan Denmark lainnya di babak delapan besar yakni Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, 21-19 dan 22-20. Di babak pertama cukup mudah bagi Marcus/Kevin mengunci kemenangan. Namun lawan yang berperingkat 12 dunia memberikan perlawanan berarti di game kedua, hingga nyaris merebut kemenangan seandainya mampu merebut poin terakhir dalam kedudukan 18-20.

Marcus/Kevin terlihat makin tenang, sikap yang memang wajib dimiliki saat berhadapan dengan lawan yang mampu memberikan perlawanan. Ditambah lagi pasangan ini kerap mendapatkan kesulitan dan harus ketinggalan lebih dulu dari lawan.

Ketenangan dan kesabaran ini pula yang diperlukan untuk meladeni Boe/Mogensen hari ini. Kemenangan Boe/Mogensen atas rekan senegaranya yang lebih muda usia, Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding, 21-17 dan 21-19, menandakan bahwa pasangan veteran ini masih berada di jalur yang tepat untuk kembali menyulitkan harapan Indonesia itu.

Marcus dan Kevin tentu sudah menduga seperti apa jalannya pertandingan hari ini. “Pertandingan besok (hari ini) pasti akan seru, karena mereka pengalamannya kan banyak, jadi pasti lebih seru di lapangan. Lebih ribet mainnya,” kata Marcus dikutip dari badmintonindonesia.org.

Begitu pula apa yang harus mereka lakukan, tentu sudah ada dalam pikiran. Tinggal saja secara konsisten menerjemahkannya di lapangan pertandingan sebagaimana terlontar dari mulut Kevin, “Kami nggak mau mikir terlalu jauh. Enjoy aja step by step. Lebih siap mental, lebih tenang dan mau capek.”

Ulangan final

Selain Marcus/Kevin, Indonesia juga memiliki satu wakil lainnya di babak semi final yakni pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto. Pasangan juara All England 2016 ini mengunci tiket semi final setelah mengandaskan wakil Taiwan, Wang Chi Lin/Lee Chia Hsin. Praveen/Debby yang menempati unggulan empat harus bekerja keras dan tertantang untuk lebih tenang menghadapi lawan. Pertandingan selama 58 menit dilewati sebelum menang rubber game 18-21, 21-18, 21-16.

Kemenangan ini melanjutkan hasil positif di pertemuan pertama di Swiss Open tahun ini. Saat itu Praveen/Debby juga menang setelah bertarung tiga game, 21-11,17-21 dan 21-17.

Seperti di nomor ganda putra, partai ulangan final Korea Open juga terjadi di ganda campuran. Praveen/Debby dan Wang Yilyu/Huang Dongping kembali bertemu. Pekan lalu Praveen/Debby tanpa kesulitan melewati hadangan pasangan China itu. Laga berakhir dua game, 21-17 dan 21-18.

Apakah situasi yang sama akan terjadi lagi kali ini? Belum tentu. Di babak perempat final, pasangan non unggulan itu membuat kejutan menumbangkan rekan senegara yang menempati unggulan pertama Lu Kai/Huang Yaqiong. Kemenangan atas Lu/Huang tentu mempertebal semangat Wang/Huang untuk balas dendam atas Praveen/Debby.

Kedua pasangan jelas telah mengeluarkan banyak energi di delapan besar. Selain berlomba memulihkan tenaga, kesiapan mental menjadi kunci merebut tiket final, menghadapi pemenang antara Pranaav Jerry/Reddy N.Sikki dari India dan pasangan tuan rumah Takuro Hoki/Sayaka Hirota. Seperti kata Debby, “Yang pasti kami harus siap ekstra kerja keras. Karena tenaga hari ini terkuras cukup banyak. Tapi tadi lawan juga mereka main tiga game dan menguras tenaga juga. Jadi gimana caranya kami harus menjaga fokus, konsetrasi. Walaupun sudah capek tapi tetap enjoy. Persiapannya lebih ke non teknis.”

N.B
Jadwal semi final #JapanSS. Live di Kompas TV mulai pukul 10.00 WIB hari ini:
@INABadminton





Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Menulis Terus Sampai Jauh...

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing