Pak Samsuri, Gowes dan Arus Balik Kehidupan Ibu Kota

Para peserta gowes baru saja meninggalkan titik start/@ToyotaID
 Kamu tidak bisa membeli kebahagiaan tapi bisa membeli sepeda yang membawamu lebih dekat padanya (anonim)

Ketika jalan raya hampir selalu padat merayap saban hari, menyebut kata sepeda kayuh hampir pasti terdengar asing. Di Jakarta pun kota-kota satelit misalnya, sepeda sudah lama tenggelam dalam laju pertambahan kendaraan bermotor dan mobil yang sangat menggila. Data Polda Metro Jaya, peningkatan jumlah motor dan mobil di Jakarta bertambah 12 persen setiap tahun. Setiap hari tak kurang dari 4.000 hingga 4.5000 sepeda motor dan 1.600 kendaraan roda empat baru terjun ke jalan raya ibu kota yang hanya bertambah 0,01 persen per tahun. 

Penambahan jumlah mobil dan sepeda motor yang seperti deret ukur, berbanding terbalik penambahan ruas jalan baru yang tak ubahnya deret hitung itu akhirnya melahirkan kenyataan bahwa kemacetan yang kini terjadi hampir di semua ruas jalan sebagai kenyataan hidup. Kondisi itu terasa semakin akrab, bahkan kadang memunculkan rasa rindu yang terdengar dari celetuk penduduk saat situasi lalu lintas tiba-tiba lengang pada akhir pekan, dini hari atau hari Lebaran. “Kok jalanan sepi ya..” “Tumben gak macet..”

Namun tidak semua orang merasa nyaman dengan kemacetan itu. Energi yang banyak terkuras di jalan dan hari-hari hidup yang banyak dilewatkan di atas kendaraan bermotor melahirkan rasa sesal mendalam. Hal itu membuat orang akhirnya merasa perlu, bahkan butuh, tidak hanya terhadap sarana transportasi massal yang bisa memecah kemacetan, juga transportasi alternatif seperti sepeda.

Di antara tingkah masyarakat ibu kota yang sibuk, di sudut-sudut jalan protokol terlihat sejumlah orang tekun mengayuh sepeda. Pun pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri, dari muntahan manusia dari gerbong-gerbong commuter line (KRL) di sejumlah stasiun, terlihat beberapa orang bergegas keluar sambil menenteng sepeda yang sudah dilipat.

Di sini, sepeda hadir sebagai antitesis atas kendaraan bermotor yang membuat sesak ibu kota. Lebih dari itu, sepeda menjadi bentuk perlawanan terhadap aneka bentuk polusi baik suara maupun asap yang diproduksi oleh kendaraan bermotor. Menggunakan sepeda adalah menggerakan gaya hidup sehat yang saat ini mulai dirindu dan perlahan tetapi pasti menarik semakin banyak orang untuk ikut serta.

Salah satu potongan dari arus balik kehidupan ibu kota itu saya temukan secara nyata pada Minggu pagi, 27 November lalu. Diselenggarakan oleh Toyota, acara bertajuk Unlock Weekend Healty Living : Fun Bike #PopUpPlayground, tidak hanya mewadahi para penyuka sepeda semata juga menjadi sebentuk ajakan untuk semakin memasyarakatkan sepeda dan merasakan manfaat bersepeda atau gowes.

Bertitik start di The Down Town Parking Area Summarecon Mall Bekasi, ratusan peserta dari berbagai kalangan, baik komunitas sepeda, masyarakat maupun blogger, bersepeda ria mengambil jalur yang kerap dipakai masyarakat setempat saat Car Free Day di akhir pekan. 

Mula-mula kami mengitari sejumlah sisi pusat perbelanjaan terbesar di Bekasi itu, melintasi piramida terbalik yang ikonik di salah satu ruas, lantas melebur dalam keramaian bersama masyarakat yang tengah menikmati hari bebas kendaraan di sepanjang ruas Jalan Ahmad Yani. Para peserta juga tertantang untuk menaklukkan fly over Summarecon Bekasi yang fenomenal itu.

Tidak semua peserta berhasil melewati jalur layang melengkung dengan desain unik itu. Ada yang hanya bertahan separuh jalan dan tak kuat mengayuh pedal sampai ke titik puncak sebelum merasakan sensasi melaju sedikit kencang di jalur menurun. Kembali mengambil jalur yang sama dari sisi berbeda membuat semakin banyak peserta yang angkat tangan, terlebih yang mengaku sudah lama tidak bersepeda.

Saya sendiri termasuk dalam kategori tersebut. Namun dengan sekuat tenaga saya berusaha memanfaatkan momentum tersebut untuk mengencangkan otot paha dan kaki yang selama ini dimanjakan oleh kendaraan bermotor. 

Jarak tempuh tujuh kilometer memang terlalu singkat bagi yang sudah akrab dengan gowes. Namun terlalu panjang bagi mereka yang baru kembali akrab dengan sepeda. Meski demikian dari pengakuan sejumlah kerabat di garis akhir, gowes pagi itu sungguh berkesan. Bermandi peluh tanda tubuh diajak berolahraga, aktivitas penting yang belum masuk kalender gaya hidup orang-orang yang terlalu sibuk bekerja, melahirkan sensasi tersendiri: gerah yang mempertebal rasa lelah tetapi menyegarkan badan.

Teladan Pak Samsuri
Bila gowes sedang mengisi arus balik kehidupan masyarakat ibu kota, Pak Samsuri tampak sebagai pengecualian. Berusia 78 tahun tetapi tubuhnya masih sangat bugar. Saat diajak berbicara sebelum acara tersebut semangatnya meletup-letup, mengisyaratkan bahwa api kehidupan masih bernyala terang dalam tubuhnya itu.

"Kondisi jantung saya sehat, gula darah normal, semuanya bagus, jadi saya siap ikut fun bike hari ini,"tandasnya berapi-api sambil menunjukkan sepotong kertas hasil Free Health Check Up.

Bapak tiga anak itu tidak sedang bercanda untuk ikut bersepeda. Sepeda telah menjadi kawan akrabnya selama bertahun-tahun dan alat yang mengikatnya dengan komunitas Club Biker's Patriot  dalam 16 tahun terakhir. Gowes adalah bagian dari rutinitasnya sebagai petugas di sebuah biro jasa pengurusan surat.
Sejumlah rute di Purwakarta, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta pernah ia jajaki. Bahkan saban bulan melahap rute Bekasi-Karawang berjarak 50 KM. Berbagai acara gowes atau fun bike pun telah diikuti. 

Meski sempat menyinggung beberapa penghargaan yang pernah diperoleh dari aktivitas tersebut, tampaknya ada poin penting yang ingin disampaian kakek dua cucu yang tinggal di Perumnas Tangerang itu.

Baginya sepeda tidak sekadar alat transportasi semata. Sepeda memberikan andil bagi tubuh. Mengayuh sepeda berkilo-kilo akan mendatangkan kesegaran bagi tubuh, dan lebih dari itu bagi kesehatan. “Banyak teman yang meninggal karena jantung karena itu saya giat bersepeda agar jantung tetap sehat,”tandasnya.

Menurutnya bersepeda pun dengan sendirinya membuat kita terpola dengan gaya hidup sehat seperti menjaga pola makan dan istirahat. Bagi Samsuri pola makan harus dijaga, sekalipun makanan yang dikonsumsi itu sederhana. Sayur dan buah-buahan sebaiknya tidak dilupakan dari daftar menu makanan. “Kalau mau bersepeda atau saat gowes jangan lupa pisang,”tandasnya.

Tidak kalah penting, memperhatikan waktu istirahat. “Dan jangan banyak pikiran" tambahnya.
Pak Samsuri dan lembar hasil pemeriksaan kesehatan/Dokpri
Melampaui olahraga
Bagi masyarakat biasa sepeda bisa sekadar menjadi bagian dari alat olahraga. Namun ada pula menjadikan sepeda sebagai bagian dari hobi. Munculnya banyak komunitas sepeda tidak lepas dari itikad untuk menjadikan sepeda lebih dari sekadar pengisi waktu senggang di akhir pekan belaka.

Pak Iskandar yang berada dalam satu komunitas dengan Pak Samsuri adalah contohnya. Sudah sekian tahun mereka terlibat dan merasakan manfaat dari komunitas Club Biker's Patriot. Dari pak Samsuri saya mendapatkan kesaksian hidup, sementara dari Pak Iskandar saya dan tentu para peserta mendapatkan banyak masukkan teknis dalam bersepeda.

Kesan yang saya tangkap dari penjelasan Pak Iskandar bersepeda itu tidak sulit. Rumus umum seperti dikatakan Pak Samsuri yakni istirahat yang cukup dengan tidur lebih awal. Selain itu melengapi diri dengan vitamin sebagai suplemen bagi tubuh.

“Sebelum gowes siapkan juga air putih dan jangan lupa sebaiknya membawa buah pisang,”tandas Pak Iskandar.

Namun agar aktivitas gowes bisa berjalan lancar dan berakhir sempurna, persiapan fisik saja tidak cukup. Tidak hanya tubuh yang perlu dipersiapkan, sepeda yang akan dipakai harus dalam kondisi siap.

Pengalaman gowes pagi itu membuktikan pernyataan Pak Iskandar. Ada beberapa peserta yang mengalami masalah dengan sepeda seperti rem yang tidak prima, serta rantai yang mudah kendur. Beberapa peserta terpaksa menepi untuk mendapatkan bantuan dari Club Biker's Patriot yang bertindak sebagai mentor, sekaligus pengawal. Bahkan ada yang terpaksa menuntun sepedanya hingga di garis finis.

Berbeda dengan sepeda motor, menurut Pak Iskandar perawatan sepeda itu cukup mudah.  Bila ada bagian tertentu yang mulai goyang bisa segera diberi minyak. Dan kerusakan-kerusakan tertentu bisa ditangani sendiri. Games membongkar-pasang ban sepeda di sela-sela acara tersebut menunjukkan bahwa siapa saja bisa bertindak sebagai tenaga mekanik bagi sepedanya. Bila sepeda bermasalah tidak harus selalu dibawa ke bengkel. 

Tidak asal kayuh
Meski tampak sederhana bersepeda nyaman itu bukan tanpa teknik. Ketinggian sadel, posisi duduk, hingga panjang stang perlu masuk hitungan. Ketinggian sadel setiap orang berbeda-beda. Menurut Pak Iskandar, rumus menghitung berapa tinggi sadel ideal itu mudah. “Mula-mula ukur dulu tinggi kaki dari pangkal paha hingga lantai lalu dikalikan 0,85,” bebernya. 

Bila ketinggian sadel diperoleh dengan rumus perkalian, panjang stang setiap orang disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang. “Bagi yang bertubuh gemuk, jangan sampai duduk perut tertekan,”tandasnya.
Terkait posisi duduk, posisi duduk jangan terlalu tegak. Tujuannya agar tubuh tidak melawan arang angin yang membuat beban mengayuh pedal semakin besar. 

“Selain itu posisi duduk yang tepat adalah saat duduk posisi lutut sejajar dengan poros atau as kira-kira 90 derajat,”tambahnya.

Selain hal-hal teknis itu, keselamatan dalam bersepeda juga perlu dijaga. Melengkapi diri dengan perlengkapan yang memadai dan benar adalah penting mulai dari helm, celana, baju, sepatu, deker atau pelindung lutut hingga sarung tangan.

“Agar mampu bersepeda jauh, setting dulu mindset. Bukan jauhnya yang dilihat tetapi semangat mencapai tujuan,”bebernya.

Bantuan Sienta
Bila ingin bersepeda dengan mengambil tempat tertentu kehadiran Toyota All New Sienta sangat membantu. Produk anyar Toyota ini tidak hanya menghadirkan kenyamanan bagi para pengendara, juga memberikan ruang bantuan bagi para bikers.

Seperti namanya kendaraan bertipe Multi Purpose Vehicle (MPV) ini diikhtiarkan untuk memainkan banyak peran atau Multi Activity Vehicle. Tak terkecuali bagi para bikers. Mobil 1500 cc ini, memiliki kabin yang luas saat barisan kursi belakang dilipat.

Ruang lapang yang tersedia memungkinkan dua sepeda dibawa masuk ke dalamnya tanpa perlu dipretelin atau dilepas bagian-bagian tertentu. Alias dua buah sepeda semisal mountain bike secara utuh masuk dan berdiam nyaman di dalam mobil yang hadir dengan empat tipe yakni E,G, V dan Q dengan model pintu geser atau sliding door itu.

Dengan demikian bagi para bikers yang ingin menjajal arena-area tertentu yang jauh, Toyota All New Sienta siap menemani. Toyota All New Sienta  pilihan tepat di setiap gowes Anda. Jadi kehadiran Toyota All New Sienta semakin mempermudah dan melengkapi kebutuhan siapa saja yang ingin merasakan manfaat bersepeda. 

Akhirnya seperti yang sudah dirasakan Pak Samsuri, gowes itu banyak faedah, tidak hanya mengisi arus balik transportasi masyarakat urban. Juga sarana menuju kehidupan yang sehat dan membahagiakan. Seperti kata-kata anonim di awal tulisan ini, kamu tidak bisa membeli kebahagiaan tapi bisa membeli sepeda yang membawamu lebih dekat pada kebahagiaan itu.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 1 Desember 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Millennial Marzukiana, Strategi “Proxy War” Ananda Sukarlan untuk Bang Maing

Menulis Terus Sampai Jauh...